Menuju konten utama

Contoh Sosiologi Bersifat Teoretis, Empiris, Kumulatif, Non-etis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial, bersifat teoretis, empiris, kumulatif, dan non-etis. Berikut contoh masing-masing sifat sosiologis.

Contoh Sosiologi Bersifat Teoretis, Empiris, Kumulatif, Non-etis
Ilustrasi Peradaban. foto/IStockphotos

tirto.id - Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat. Tokoh yang pertama kali memperkenalkan bidang ilmu ini adalah Auguste Comte, yang kemudian disempurnakan oleh Emile Durkheim.

Dalam praktiknya, menurut Pitirim Sorokin, sosiologi mempelajari tiga aspek, meliputi:

  1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (agama dan ekonomi, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik).
  2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (geografi, biologi, dan sebagainya).
  3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
Sementara itu, menurut Emile Durkheim, yang dijuluki sebagai Bapak Sosiologi Modern, sosiologi memiliki objek kajian yang jelas yakni fakta sosial.

Durkheim lebih lanjut mendefinisikan fakta sosial sebagai sesuatu yang berada di luar individu. Sebagai contoh, budaya di masyarakat Indonesia yang mengharuskan—secara tidak langsung—bersalaman dengan tangan kanan, menghormati orang yang lebih tua, serta mengucapkan salam ketika bertemu orang lain.

Di sisi lain, Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa sosiologi memiliki beberapa sifat, yang membedakannya dengan ilmu pengetahuan lainnya. Sifat-sifat sosiologi meliputi empiris, teoretis, kumulatif, dan non-etis.

Contoh Sosiologi Bersifat Empiris

Sosiologi bersifat empiris artinya ilmu pengetahun ini didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasil yang tidak bersifat spekulatif. Selain itu, sosiologi menghasilkan teori dan temuan melalui penelitian ilmiah, pengamatan, wawancara, serta analisis atas fakta-fakta sosial; bukan berdasarkan asumsi maupun dugaan.

Contoh sosiologi bersifat empiris yakni masyarakat Indonesia terkenal ramah, sederhana, kekeluargaan, dan gotong royong.

Contoh Sosiologi Bersifat Teoretis

Sosiologi bersifat teoretis artinya ilmu pengetahuan ini selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil penelitian. Sosiologi menyusun hasil penelitian, membuat kesimpulan, kemudian menjelaskan tentang hubungan sebab-akibat, korelasi antara berbagai variabel atau faktor itu.

Contoh sosiologi bersifat teoretis, seorang pelajar atau mahasiswa rajin belajar secara tekun karena didorong keinginan menjadi orang yang pandai serta berguna bagi keluarga dan masyarakat.

Contoh Sosiologi Bersifat Kumulatif

Sosiologi bersifat kumulatif artinya teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang telah ada, maknanya untuk memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori lama. Lebih lanjut, teori sosiologi senantiasa berkembang dan dinamis mengikuti dinamika masyarakat. Tidak hanya itu, teori yang telah ada dikaji ulang untuk mengetahui relevansi dengan dinamika masyarakat.

Contoh sosiologi bersifat kumulatif yakni Teori Evolusi yang dikemukakan Charles Darwin, menyatakan bahwa manusia di bumi berasal dari spesies kera. Namun, seiring berkembangnya zaman, terdapat beberapa teori yang menyempurnakan atau bahkan membantahnya dengan teori yang lain.

Contoh Sosiologi Bersifat Non-etis

Sosiologi bersifat non-etis. Artinya, yang dipersoalkan dalam proses pengamatan dan penelitian sosiologi tidak berkaitan dengan baik-buruk, benar-salah, atau alasan moral lain, melainkan fakta sosial.

Contoh sosiologi bersifat non-etis adanya fenomena ketidakteraturan masyarakat dalam kerumunan, hilangnya budaya antre, serta cenderung individualis. Namun, perspektif sosiologis mendeskripsikan gejala sosial tersebut berdasarkan hukum kausalitas dengan pertanyaan seperti, "apa yang menyebabkan itu?", "Bagaimana itu terjadi?", dan lain sebagainya.

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin