tirto.id - Dalam KBBI, sosiologi diartikan sebagai pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat. Istilah sosiologi ini pertama kali diperkenalkan oleh August Comte yang kemudian dikenal sebagai bapak Sosiologi dunia.
Mengutip modul Sosiologi SMA (2016), menurut August Comte, sosiologi merupakan ilmu yang menggunakan masyarakat sebagai objeknya.
Teori sosiologi dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan waktu, di mana salah satunya yakni teori sosiologi klasik. Teori sosiologi klasik adalah sebuah studi sistematis tentang masyarakat dan kehidupan sosial pada periode paling awal.
Teori sosiologi klasik ditandai dengan munculnya aliran sosiologi Perancis dengan tokoh-tokoh, seperti Saint-Simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim.
Kemudian ada pula sosiologi Jerman, Karl Marx, Max Weber, dan Georg Simmel, serta aliran sosiologi di beberapa negara lain.
Teori Sosiologi Menurut Karl Marx
Karl Marx dalam sejarah sosiologi dimasukkan sebagai tokoh teori klasik bersama dengan tokoh-tokoh lain, seperti August Comte, Emile Durkheim, Max Weber, dan Georg Simmel.
Marx menyusun teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, sistem politik, dan paham ini disebut Marxisme.
Marxisme mencakup materialisme historis dan materialisme dialektis. Tulisan ini hanya dibatasi pada materialisme historis. Adapun materialisme dialektis akan dibahas pada kesempatan lain.
Kajian sosiologinya yang terkenal yakni konflik sosial antara majikan dengan buruh. Golongan majikan dikenal dengan istilah borjuis, sedangkan golongan buruh dikenal dengan istilah protelar.
Konsep Historical Materialism dan Dialectic Materialism merupakan ideologi utama yang melahirkan konsep kelas, hubungan antar kelas dan perjuangan kelas.
Menurut bukuTeori Sosiologi Klasik (2017) oleh Wahyuni, yang dimaksud kelas oleh Marx adalah sekelompok orang-orang yang mempunyai fungsi dan tujuan yang sama.
Ada tiga kelas masyarakat dengan peranannya masing-masing menurut Marx, yaitu kelas pemilik tanah yang sumber-sumber keuangannya terutama bersumber kepada pemasukan upah, laba dan sewa tanah.
Kelas kedua yaitu kelas pemilik modal, dan ketiga kelas pekerja atau yang menyandarkan hidupnya dari tenaganya untuk bekerja.
Menurutnya, hubungan antar masing-masing kelas tersebut sebenarnya bukan hubungan yang saling melengkapi, tetapi merupakan bentuk kesenjangan sosial.
Banyak terjadi eksploitasi antar kelas baik secara ekonomis maupun secara politis yang melibatkan kelas pemilik modal (golongan borjuis) dan kelas pemilik tanah terhadap kelas pekerja.
Marx menyatakan bahwa semua periode sejarah ditandai oleh perjuangan kelas, tetapi pertikaian-pertikaian kelas tersebut berbeda satu dengan yang lainnya dan sesuai dengan periode sejarahnya.
Sejarah sebagai suatu rentetan abadi dari segala kesenjangan kelas si kaya dan si miskin atau antara penguasa dan rakyat jelata.
Marx berpegang teguh pada pendirian bahwa sekalipun pertikaian antar kelas selalu menandai jalannya sejarah, pelaku-pelaku dalam perjuangan kelas itu selalu berganti dan berubah dalam setiap zamannya
Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa meskipun gejala-gejala historis saling memengaruhi berbagai peristiwa yang terjadi, tidak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya perkembangan-perkembangan politik, hukum, filsafat, kesusastraan serta kesenian, semuanya tertopang pada faktor ekonomi.
Oleh karena itu, menurut Marx, faktor ekonomi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam konsep kelas yang dikemukakannya.
Penulis: Nirmala Eka Maharani
Editor: Maria Ulfa