tirto.id - Setiap orang yang menderita AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome sudah pasti juga terinfeksi HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Akan tetapi, tidak semua orang dengan infeksi HIV menderita AIDS. Mengapa demikian?
Dewi Purnamasari dalam buku Pendidikan Kesehatan HIV dan AIDS bagi Tenaga Kesehatan (2016) menjelaskan bahwa HIV adalah virus RNA yang khusus menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga merusak kemampuannya untuk melawan infeksi dan penyakit.
Seseorang dianggap positif HIV ketika tubuhnya telah terinfeksi virus tersebut. Selain itu, di dalam tubuhnya telah mengembangkan antibodi sebagai respons terhadap virus.
Sementara itu, AIDS merupakan sebuah kondisi akibat penurunan sistem imun yang terjadi karena infeksi HIV. Istilah acquired digunakan karena seseorang hanya akan mengalami AIDS jika terinfeksi HIV.
Di sisi lain, immunodeficiency mengacu pada kerusakan sistem kekebalan tubuh. Adapun, syndrome merujuk pada gejala klinis yang muncul, termasuk infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme, dan sebagainya.
Untuk memahami lebih mendalam tentang HIV AIDS pada wanita, simak penjelasan mengenai penyebab HIV pada wanita, gejala HIV pada wanita, dan cara pencegahannya, di bawah ini.
Penyebab HIV pada Wanita
Secara umum, penyebab HIV pada wanita tidak berbeda jauh dengan pria. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran, memberikan edukasi seksual komprehensif, dan memberikan akses ke layanan kesehatan yang aman dan terjangkau. Tujuannya adalah mengurangi risiko penularan HIV pada wanita.
Dilansir dari Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas Vol. 2, No. 1 (2017) dan sejumlah sumber lainnya, berikut uraian singkat mengenai penyebab HIV pada wanita.
1. Perilaku seksual tidak aman
Penyebab HIV pada wanita yang pertama adalah perilaku seksual tidak aman. Berhubungan seks tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi HIV dapat meningkatkan risiko penularan virus. Bergonta ganti pasangan seksual juga tergolong sebagai muasal penularan HIV AIDS.2. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril, terutama pada praktik narkotika atau obat-obatan terlarang, dapat menjadi sumber penularan HIV AIDS. Pada beberapa kasus, praktik medis yang tidak aman, seperti penggunaan peralatan medis yang tidak steril, juga dapat menjadi sumber penularan HIV.3. Penularan dari ibu ke janin
Penularan HIV AIDS juga bisa terjadi melalui ibu ke anaknya. Wanita hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus kepada janinnya, baik selama kehamilan, persalinan, maupun saat menyusui.4. Faktor sosial dan ekonomi
Faktor sosial, seperti ketidaksetaraan gender dan kurangnya akses terhadap pendidikan, informasi, dan layanan kesehatan reproduksi, dapat memperbesar risiko penularan HIV pada wanita.Selain itu,wanita yang mengalami kemiskinan atau keterbatasan ekonomi kemungkinan besar lebih rentan terhadap praktik seksual yang berisiko. Hal demikian terkait erat dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan yang dapat melindungi mereka dari infeksi HIV
5. Kurangnya kesadaran dan pendidikan
Kurangnya kesadaran tentang risiko penularan HIV dan kurangnya pendidikan seksual dapat menyebabkan perilaku seksual yang tidak aman.6. Kondisi medis dan infeksi lain
Kondisi medis tertentu, seperti infeksi menular seksual lainnya, dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV.7. Hubungan dengan faktor demografis
Faktor demografis, seperti usia, status perkawinan, dan tempat tinggal, juga dapat memengaruhi tingkat risiko penularan HIV pada wanita. Tercatat, perempuan dengan usia pertama menikah kurang dari 20 tahun berisiko lebih besar mengalami HIV/AIDS dibanding perempuan yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun. Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa risiko HIV meningkat pada wanita muda yang memiliki perbedaan perbedaan usia lebih jauh dengan pasangannya.Gejala HIV AIDS pada Wanita
Dikutip dari buku Pendidikan Kesehatan HIV dan AIDS bagi Tenaga Kesehatan (2016), secara umum, gejala HIV pada wanita dan gejala HIV pada pria dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tahap. Kesemuanya berkaitan dengan perkembangan penyakit tersebut.
1. Tahap awal (Stadium I)
Gejala HIV pada wanita maupun pria belum terlihat pada tahap awal. Namun, ada potensi terjadi pembesaran kelenjar limfa.2. Tahap menengah (Stadium II)
Ciri-ciri HIV pada wanita atau pria pada tahap ini di antaranya berat badan menurun kurang dari 10 persen, infeksi saluran nafas rekuren (sinusitis, tonsillitis, otitis media, dan pharyngitis), herpes zoster, kheilia angularis, ulkus oral yang rekuren, dermatitis seboroik, dan infeksi jamur pada kuku.3. Tahap akhir (Stadium III)
Gejala infeksi tahap akhir ini bisa juga disebut dengan AIDS dengan ciri-ciri berat badan menurun lebih dari 10 persen, diare kronis lebih dari satu bulan, demam (baik intermiten maupun konstan lebih dari satu bulan), TB paru, infeksi bakterial berat (pneumonia, empiema, piomiositis, meningitis, infeksi pada tulang sendi, bakteremia, dll), serta anemia.4. Tahap lanjut (Stadium IV)
Tahap ini telah memasuki gejala penyakit berat pada AIDS dengan ciri-ciri HIV wasting syndrome, pneumonia pneumocystis jiroveci, pneumonia bakterial rekuren, herpes simplek kronik (orolabial, genital, atau anorektal, lebih dari 1 bulan, adanya visceral di beberapa tempat), esophagus kandidiasis (kandidiasis pada trakea, bronkus, atau paru), TB ekstrapulmonar, sarkoma kaposi, cytomegalovirus, toxoplasma pada sistem syaraf pusat, dan sebagainya.Cara Pencegahan HIV AIDS pada Wanita
Dalam buku Pendidikan Kesehatan HIV dan AIDS bagi Tenaga Kesehatan (2016) juga dijelaskan beberapa upaya pencegahan HIV yang dapat diimplementasikan. Pencegahan itu bisa dilakukan dengan menerapkan konsep “ABCDE”, yang merangkum berbagai strategi pencegahan efektif, terutama untuk wanita. Berikut penjelasan selengkapnya.
1. Abstinence (A)
Abstinence artinya menjauhi hubungan seksual atau tidak melakukan hubungan seksual, khususnya bagi mereka yang belum menikah. Hal ini penting untuk menghindari aktivitas seksual yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV.2. Be faithful (B)
Pencegahan HIV pada poin ini dilakukan dengan bersikap saling setia kepada satu pasangan seksual tanpa berganti-ganti pasangan. Mendorong komitmen dalam hubungan dapat mengurangi risiko penularan HIV.3. Condom (C)
Upaya pencegahan HIV AIDS yang ketiga adalah menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Penggunaan kondom sebagai alat pengaman saat berhubungan seksual efektif mengurangi risiko infeksi.4. Drug No (D)
Menolak penggunaan narkoba juga merupakan upaya pencegahan HIV AIDS karena penggunaan narkoba dapat meningkatkan risiko infeksi.5. Equipment (E)
Penggunaan alat-alat yang bersih, steril, sekali pakai, dan tidak bergantian, seperti alat cukur dan sejenisnya juga menjadi salah satu upaya pencegahan. E juga dapat merujuk pada pemberian edukasi, memberikan informasi yang benar dan tepat sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.Upaya pencegahan HIV pada wanita juga melibatkan peningkatan keterampilan dan pengetahuan. Pendekatan ini disesuaikan dengan kepercayaan dan budaya masyarakat setempat, sehingga memberikan informasi yang sesuai dengan konteks budaya dan keyakinan dapat lebih efektif dalam mendorong perilaku pencegahan HIV.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin