tirto.id - HIV (Human immunodeficiency Virus) merupakan virus yang bisa menginfeksi sel darah putih sehingga menyebabkan daya kekebalan tubuh manusia menurun.
Sementara itu, dalam Infodatin terbitan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (hlm. 1) menjelaskan bahwa AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah hasil dari HIV itu sendiri.
Maksudnya, AIDS diklaim sebagai gejala-gejala yang muncul karena kekebalan seorang manusia itu menurun (disebabkan virus atau infeksi HIV).
Situs Kementerian Kesehatan, Dirjen Pelayanan Kesehatan, mendeskripsikan AIDS sebagai terminal infeksi HIV. HIV dapat menyebabkan infeksi hingga menghancurkan sel-sel kategori CD4.
Sel CD4 yang hancur ini mengakibatkan pelemahan daya tahan tubuh. Penyakit-penyakit lain punn pada akhirnya dapat mudah masuk ke tubuh manusia yang terkena HIV. Ternyata, penyakit ini merupakan jenis yang bisa menular ke orang lain.
Lantas, bagaimana cara penularan HIV dan AIDS?
Cara Penularan HIV dan AIDS
Penularan HIV yang menyebabkan AIDS dapat terjadi lewat berbagai media. Di antaranya adalah melalui macam-macam cairan tubuh penderitanya.
Misalnya, penularan dapat terjadi akibat terinfeksi cairan darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, hingga air susu ibu (ASI).
Melihat beberapa penularan di atas, hubungan seksual diklaim mempunyai resiko tinggi terhadap terjadinya penularan HIV. Jika terdapat seorang pasangan yang salah satunya HIV, maka potensi tertular akan lebih besar.
Namun, beberapa kasus menyebutkan ada juga pasangan yang tidak terkena penularan tersebut kendati berhubungan. Situs Kemenkes menyebutnya sebagai pasangan serodiskordant.
Lalu, bagaimana cara pencegahan penularan HIV dan AIDS melalui darah?
Pencegahan Penularan HIV AIDS Melalui Darah
Berdasarkan catatan Mochamad Rohiman dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (2020, hlm. 17), terungkap ada beberapa cara mencegah penularan HIV/AIDS melalui darah. Berikut ini daftar cara pencegahan tersebut beserta dengan penjelasannya.
1. Transfusi Darah Tidak Tercemar HIV
Ketika seseorang mengadakan transfusi darah, ada baiknya tidak menggunakan darah yang berasal dari tubuh pengidap HIV. Hal ini dilakukan agar virus HIV yang hinggap di tubuh pendonor tidak masuk kepada tubuh yang didonorkan.
2. Penggunaan Produk Darah dan Plasma Steril HIV
Ketika mengadakan transfusi darah, seseorang harus memastikan bahwa produk darah yang digunakan tidak mengandung HIV (steril). Dengan begitu, resiko HIV menular dari para pengidapnya tidak akan terjadi terhadap pengguna produk.
3. Penggunaan Alat Suntik dan Tusuk Lainnya Harus Steril
Selain cairan darah dari pendonor yang harus steril, penggunaan alat suntik yang notabene melukai kulit harus menggunakan benda yang steril. Biasanya, dokter akan melakukan desinfeksi menggunakan alat desinfektan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar alat suntik tersebut steril.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani