Menuju konten utama
Istilah Medis

Mengenal Wasting Syndrome pada Penderita HIV/AIDS & Penyebabnya

Mengenal wasting syndrome pada penderita HIV/AIDS, apa saja penyebabnya?

Mengenal Wasting Syndrome pada Penderita HIV/AIDS & Penyebabnya
Ilustrasi wasting syndrome pada penderita HIV/AIDS yang menyebabkan kondisi malnutrisi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Wasting syndrome pada penderita HIV/AIDS adalah istilah yang digunakan untuk mengacu pada kondisi penurunan berat badan penderita HIV/AIDS yang tidak diinginkan lebih dari 10 persen dari berat badannya.

Kondisi itu terjadi karena masalah diare atau kelelahan dan demam yang telah berlangsung setidaknya selama 30 hari.

B Baker dalam publikasi ilmiah pada tahun 1998 berjudul How to Recognize Wasting Syndrome menyebut bahwa wasting syndrome pada penderita HIV/AIDS disebabkan oleh asupan kalori yang tidak memadai, malabsorpsi nutrisi, tingkat metabolisme yang berubah, dan kekurangan hormon.

U.S Depatements of Veterans Affairs menulis bahwa kondisi ini dapat terjadi pada orang dengan penyakit HIV/AIDS stadium lanjut, dan disebabkan oleh banyak hal termasuk peradangan atau infeksi oportunistik.

Penderita HIV/AIDS yang mengalami wasting syndrome mungkin akan mudah kenyang atau bahkan tidak mempunyai nafsu makan sama sekali.

Penurunan berat badan dapat mengakibatkan hilangnya lemak dan otot. Setelah hilang, berat badan sulit untuk kembali naik.

Pengobatan yang paling penting untuk wasting syndrome adalah pengobatan HIV/AIDS yang efektif dengan obat antiretroviral.

Selain itu, kondisi ini dapat dikontrol, sampai tingkat tertentu, dengan makan makanan yang sehat sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Penderita HIV/AIDS dengan wasting syndrome perlu mengonsumsi lebih banyak kalori dan protein agar tidak kehilangan massa otot.

Penyebab Wasting Syndrome

International Association of Providers of AIDS Care (IAPAC) memaparkan beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab terhadap wasting syndrome pada penderita HIV/AIDS:

1. Rendahnya asupan makan

Banyak hal yang dapat memengaruhi rendahnya asupan makan pada penderta HIV/AIDS. Apalagi nafsu makan yang rendah adalah hal yang umum terjadi pada penderita HIV/AIDS.

Selain itu, beberapa ARV harus diminum saat perut kosong atau saat makan. Sehingga, mungkin sulit bagi beberapa orang dengan HIV untuk makan ketika mereka lapar.

Kemudian, efek samping obat seperti mual, perubahan indra perasa, atau kesemutan di sekitar mulut juga menurunkan nafsu makan.

Selanjutnya, Infeksi oportunistik (OI) di mulut atau tenggorokan dapat membuat makan terasa sakit. Infeksi pada usus dapat membuat orang merasa kenyang setelah makan sedikit saja.

Tidak hanya itu, depresi juga dapat menurunkan nafsu makan. Terakhir, kekurangan uang atau energi dapat membuat sulit untuk berbelanja makanan atau menyiapkan makanan.

2. Penyerapan nutrisi yang buruk

Orang sehat menyerap nutrisi melalui usus halus. Pada penderita HIV/AIDS, beberapa infeksi (termasuk parasit) dapat mengganggu proses ini.

HIV/AIDS dapat secara langsung mempengaruhi lapisan usus dan mengurangi penyerapan nutrisi. Diare menyebabkan hilangnya kalori dan nutrisi.

3. Metabolisme yang berubah

Pemrosesan makanan dan pembentukan protein dipengaruhi oleh HIV/AIDS. Bahkan sebelum gejala muncul, penderita membutuhkan lebih banyak energi.

Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan aktivitas sistem kekebalan tubuh. Orang dengan HIV/AIDS membutuhkan lebih banyak kalori hanya untuk mempertahankan berat badan mereka.

4. Perubahan kadar hormon

HIV tampaknya mengubah beberapa kadar hormon termasuk testosteron dan hormon tiroid. Selain itu, sitokin juga berperan dalam penurunan berat badan. Sitokin adalah protein yang menghasilkan peradangan untuk membantu tubuh melawan infeksi.

Orang dengan HIV/AIDS memiliki kadar sitokin yang sangat tinggi. Hal ini membuat tubuh memproduksi lebih banyak lemak dan gula, tetapi lebih sedikit protein.

Sayangnya, faktor-faktor ini dapat bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang semakin buruk. Sebagai contoh, infeksi dapat meningkatkan kebutuhan energi tubuh.

Pada saat yang sama, infeksi dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan menyebabkan kelelahan.

Hal ini dapat mengurangi nafsu makan dan membuat orang tidak dapat berbelanja atau memasak makanan. Mereka makan lebih sedikit, yang pada akhirnya akan mempercepat prosesnya.

Baca juga artikel terkait PENDERITA atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno