Menuju konten utama

Casio F-91W, Arloji Ikonis yang Identik dengan Teroris

Popularitas Casio F-91W melegenda. Namun, ia juga memantik kontroversi, bahkan pernah dicap sebagai arloji teroris lantaran banyak militan mengenakannya.

Casio F-91W, Arloji Ikonis yang Identik dengan Teroris
Casio F-91W. (Wikimedia Commons/Ashley Pomeroy)

tirto.id - Sejak diperkenalkan ke pasar global pada 1989, Casio F-91W menandai tonggak penting dalam revolusi arloji digital. Reputasinya menjulang bukan karena kemewahan, melainkan berkat citra sederhana, murah, dan andal di berbagai medan.

“Saya tidak melakukan aktivitas apa pun yang menggunakan arloji pada hari pertama bekerja. Sebagai gantinya, saya diantar-jemput ke kamp pelatihan selama 10 hari oleh Japanese Self-Defense Forces!” ungkap Ryusuke Moriai, perancang Casio F-91W, saat mengenang hari-hari pertamanya bergabung ke Casio.

Boleh jadi pengalaman itulah yang mengilhaminya untuk mendesain Casio F-91W, sebuah jam digital bermodul kuarsa (quartz oscillator) yang mulanya dibuat untuk pengadaan peralatan taktis pasukan militer Singapura. Arloji itu bahkan menjadi item standar yang digunakan tentara Singapura saat menjalani dinas, di samping seragam, sepatu bot, dan ransel.

Harga jual awalnya sungguh terjangkau, hanya dibanderol 19,95 dolar (sekitar Rp325.000). Ia sudah dilengkapi fitur tahan air, masa pakai baterai sekitar 7 tahun, jam sukat, alarm, serta penanda hari/tanggal yang kompak dan ringkas. Saking populernya, jam tersebut sampai dijuluki “miracles” karena mampu mengalahkan penjualan para pendahulunya.

Akan tetapi, hal pertama yang melejitkan karisma Casio F-91W bukanlah harga dan fitur unggulannya.

Casio F-91W pertama kali menghebohkan dunia ketika Osama bin Laden sesumbar mengenakannya dalam sebuah potret propaganda pada 2001. Arloji itulah yang tercatat sebagai satu-satunya barang bermerek yang pernah dikenakan oleh pendiri kelompok teroris Al-Qaeda di muka umum.

Sejak itu, Casio F-91W langsung merebut opini publik. Banyak laporan menyebutnya sebagai medium pengantar maut, pengatur waktu untuk muatan peledak dan Improvised Explosive Devices (IED) yang kerap bertautan dengan Al-Qaeda, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), dan kelompok militan transnasional lainnya.

Masyhur di Kalangan Teroris

Warsa 1995 di Manila, dua pria bernama Murad dan Ramzi membikin geger Kepolisian Nasional Filipina. Akibat malapraktik pencampuran bahan kimia di apartemennya, kebakaran melanda hampir seluruh gedung.

Ketika tengah mengamankan lokasi kebakaran, polisi melihat gelagat aneh dari kedua pria itu. Sontak, polisi bernama Aida Fariscal bergegas menahan Murad dan Ramzi, kemudian memutuskan menggeledah kamar apartemen mereka setelah kebakaran mereda.

Fariscal terperangah saat melihat banyak barang-barang mencurigakan berserakan, termasuk baterai, beberapa kabel yang melingkar, serta arloji Casio F-91W. Berbagai peranti itu dicurigai sebagai perkakas bom rakitan IED.

Laporan mutakhir menyebut, Murad bernama asli Abdul Hakim Ali Hashim. Dia didakwa sebagai perakit bom waktu yang diduga hendak membunuh Paus Yohanes Paulus II. Waktunya memang berdekatan; pemimpin tertinggi gereja Katolik itu dijadwalkan kunjungan ke Filipina pada akhir tahun itu.

Sementara itu, Ramzi Yousef diidentifikasi sebagai dalang insiden teror serupa setahun sebelumnya lewat skema peranti yang mirip. Dia menggunakan Casio F-91W sebagai pengatur waktu di kursi penerbangan 434 Philippine Airlines. Untungnya, ledakan yang ditimbulkan tidak cukup kuat untuk menjatuhkan pesawat. Meski begitu, insiden tersebut merenggut nyawa seorang turis Jepang yang duduk tepat di atas kursi tempatnya meletakkan bom.

Ramzi Yousef pulalah aktor yang disebut FBI ada di balik pengeboman fenomenal World Trade Center 1993. Namun, dia baru ditangkap pada 7 Februari 1995 dan divonis seumur hidup oleh Hakim Kevin Duffy pada 8 Januari 1998. Saat ini, Ramzi Yousef mendekam di penjara keamanan super maksimum (ADX) di Florence, Colorado.

Ilustrasi Teroris

Pendiri organisasi militan Islam Al-Qaeda. (Wikimedia Commons/Jacquelinekato)

Sepanjang 1990-an, Casio F-91W dilaporkan dibagi-bagikan kepada rekrutan militan di kamp-kamp pelatihan Al-Qaeda di Afghanistan dan Pakistan. Arloji itu benar-benar menjelma mesin pembunuh. Ia tak hanya digunakan sebagai penanda waktu.

Para rekrutan dilatih khusus mengoptimalkan fitur alarm dan hitung mundur sederhana untuk merancang muatan peledak. Dengan kombinasi papan sirkuit elektronik, baterai 9 volt, dan kimia primer racikan, arloji ini sudah mampu membuat hulu kejut rendah yang efektif dikendalikan dari jarak jauh.

Meski tak pernah dimafhumi sebagai produk penunjang senjata teroris, kejadian-kejadian mengerikan sebelumnya membuat Casio F-91W mengemban konotasi negatif. Apalagi, menurut laporan The Guardian, studi Pemerintah AS menyimpulkan bahwa lebih dari 50 tersangka anggota Al-Qaeda yang diringkus di Teluk Guantanamo mengenakan arloji F-91W (32 orang) atau Casio A-159W (20 orang)—dua seri itu sangat mirip dari segi model layar.

Dalam salinan “lembar evaluasi”, sepertiga dari tahanan teroris itu dilaporkan telah dibekali ilmu untuk meracik detonator. Mereka yang mengenakan Casio F-91W pasti diinterogasi guna memastikan relasinya dengan IED. Kendati demikian, tak ada bukti kuat kausalitas antara penggunaan jam tangan Casio F-91W dan perannya sebagai item detonator sistemik.

Keterkaitan antara Casio F-91W dan teroris juga dapat dilihat dalam kasus penangkapan Ahmed Ressam alias “Millenium Bomber”, salah satu anggota Al-Qaeda, pada Desember 1999. Inspektur Kantor Investigasi Layanan Bea Cukai AS memergokinya mengantongi empat bahan peledak dengan pemicu yang terdiri atas Casio F-91W dan baterai 9 volt. Diduga, bahan peledak itu hendak digunakan untuk mengebom Bandara Internasional Los Angeles pada malam tahun baru.

Arloji tersebut juga ditemukan dalam investigasi kasus ledakan yang mengoyak para turis di Kuil Erawan, Bangkok, pada 17 Agustus 2015. Kepolisian Thailand menemukan bahan peledak, kabel, serta empat jam tangan yang semuanya bermerek Casio F-91W.

Tenar di Berbagai Kalangan, Andal di Segala Medan

Tak hanya kalangan teroris militan agama, Casio F-91W juga masyhur di deretan Subcomandante Marcos, pimpinan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista (EZLN), para pejuang lokal di Pertempuran Tora Bora 2001, serta tentara dan perwira intelijen AS. Alasan utama praktisi spionase digital menggunakan arloji itu adalah efisiensi.

Casio F-91W bahkan populer di kalangan tentara dan agen Central Intelligence Agency (CIA). John R. Seeger, salah satu pelatih SPYEX, perwira dinas intelijen senior CIA selama 22 tahun, mengakui bahwa arloji tersebut adalah inventaris favoritnya.

Jadi, mustahil mengidentifikasi dan melabeli seseorang secara mutlak sebagai ekstremis, hanya karena ia gemar menggunakan Casio F-91W. Sebab, kepopulerannya merambah sejuta umat.

Selain Osama bin Laden, Barack Obama muda pernah kedapatan mengenakan arloji tersebut sejak sebelum menjabat presiden AS. Aksesoris itu mulanya diberikan oleh tim keamanannya saat kampanye presiden 2008. Seolah menjadi citra ikonis profesionalnya, Casio F-91W di pergelangan tangan Obama sering tertangkap kamera di beberapa sesi foto resmi presiden. Dia juga konsisten mengenakannya di acara kenegaraan.

Tak ketinggalan pula film komedi independen AS, Napoleon Dynamite (2004), yang mengguncang dunia dengan Casio F-91W di pergelangan tangan Jon Heder.

Casio F-91W

Casio F-91W. (FOTO/pexels.com/Luiz Eduardo Pacheco)

Pada 12 Juli 2006, Dave Gilson, jurnalis majalah Mother Jones, berhasil menulis transkrip pernyataan dari beberapa tahanan di Teluk Guantanamo. Salah satunya berisi celetukan Salih Uyar, warga Turki yang jadi korban “salah tangkap” insiden itu.

“Jika membawa arloji ini adalah kejahatan, personel militer Anda sendiri juga membawanya. Apakah ini berarti mereka teroris juga?” sindirnya.

Nyaris semua laporan menyebut, alasan utama para teroris memilih arloji Casio F-91W sebagai aksesoris adalah ketangguhannya. Serupa anomali, harganya yang murah ternyata berbanding lurus dengan ketahanannya.

Casio seri itu kuat dilindas mobil, lolos uji pukul palu, bahkan tak rusak sama sekali setelah direbus di air mendidih. Boleh jadi karena itulah para teroris menjadikannya sebagai primadona, di samping senapan Kalashnikov dan truk pikap Toyota.

Bahkan, dalam beberapa kasus, para tentara kedapatan memodifikasinya hingga menjadi lebih canggih dari objek semulanya. Biasanya, pengguna akan menyuntikkan minyak ke dalam selongsong silika (casing) Casio F-91W agar makin tahan air. Ada pula yang diinjeksi dengan minyak zaitun karena diklaim mampu meningkatkan ketahanan selama tiga hari direndam dalam tangki air berkedalaman 1.000 meter.

Baca juga artikel terkait AL-QAEDA atau tulisan lainnya dari Abi Mu'ammar Dzikri

tirto.id - Mozaik
Kontributor: Abi Mu'ammar Dzikri
Penulis: Abi Mu'ammar Dzikri
Editor: Fadli Nasrudin