Menuju konten utama

Cara Terapkan Experiential Learning dalam Pembelajaran Bersama

Model pembelajaran experiential learning membutuhkan kolaborasi antarguru. Berikut penjelasan, langkah, dan manfaat kolaborasi antarguru dalam pembelajaran.

Cara Terapkan Experiential Learning dalam Pembelajaran Bersama
Seorang guru yang merupakan Aparatur Negara Sipil (ASN) berinteraksi dengan siswa saat kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Pekunden, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/6/2025). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/bar

tirto.id - Kolaborasi antarguru dapat diterapkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran. Salah satunya yakni penerapan experiential learning.

Dalam pembelajaran, dibutuhkan suatu pendekatan atau metode yang efektif agar peserta didik dapat memperdalam pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Metode pembelajaran yang efektif tidak hanya memudahkan murid memahami materi, tetapi juga memiliki pengetahuan melalui bentuk pemahaman yang tidak sebatas permukaan atau tekstual.

Melalui experiential learning, peserta didik tidak hanya mendengarkan materi atau membaca buku teks, tetapi juga melakukan aktivitas dan mengalami langsung materi yang sedang dipelajari. Hal inilah yang memudahkan murid memahami sekaligus memiliki pengetahuan berbasis pengalaman.

Lalu, apa yang sebenarnya dimaksud dengan experiential learning dalam pembelajaran dan bagaimana menerapkannya dengan kolaborasi antarguru? Simak penjelasan berikut ini.

Apa yang Dimaksud dengan Experiential Learning dalam Pembelajaran?

Experiential learning merujuk pada experience atau pengalaman. Pada dasarnya, metode ini menekankan pengalaman sebagai pijakan untuk menuju pemahaman dan pengetahuan.

Mengutip Highland Experience, Beard & Wilson (2006) mendefinisikan experiential learning sebagai proses pembuatan rasa dari keterlibatan aktivitas antara dunia dalam diri pembelajar dan dunia di luar lingkungan pembelajar. Jadi, antara pembelajar dan lingkungan terjadi interaksi yang dapat menimbulkan pembelajaran yang bermakna. Fasilitator dalam hal ini membantu membuat lingkungan pembelajaran yang dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran.

Di sisi lain, Abdul (2015: 93) mengemukakan bahwa model pembelajaran experiential adalah suatu model proses belajar-mengajar yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman secara langsung. Pengalaman tersebut sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Adapun experiential learning ini didasarkan pada teori belajar yang menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman langsung akan lebih tahan lama. Selain itu, pengetahuan itu juga mudah diingat daripada hanya mendengarkan atau membaca informasi.

Terdapat beberapa tahap dalam pembelajaran experiential learning. Berikut ini penjelasannya:

  • Tahap pengalaman nyata
Tahap ini melibatkan pengalaman langsung dan nyata. Peserta didik terlibat dalam situasi yang memerlukan interaksi, tindakan, dan pengamatan langsung. Ini bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami pembelajaran langsung dan praktis.

  • Tahap refleksi
Tahap ini melibatkan peserta didik dalam merenungkan kembali pengalaman konkret yang telah mereka alami. Peserta didik diminta untuk mempertimbangkan kembali pengalaman yang telah mereka alami, mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari, dan mengidentifikasi bagaimana pengalaman tersebut dapat membantu mereka dalam konteks yang lebih luas. Ini bertujuan untuk membantu peserta didik memperdalam pemahaman tentang pengalaman yang telah mereka alami.

  • Tahap konseptualisasi
Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi pola dan tema yang muncul dari pengalaman konkret dan refleksi mereka, lalu menghubungkannya dengan konsep-konsep yang relevan dalam bidang studi. Tujuannya yakni membantu peserta didik mengembangkan pemahaman yang lebih luas mengenai konsep-konsep yang terkait dengan pengalaman konkret mereka, serta membantu mereka mengembangkan keterampilan untuk menghubungkan pengalaman konkret mereka dengan konsep-konsep tersebut.

  • Tahap Implementasi
Peserta didik menerapkan pemahaman dan konsep-konsep yang mereka pelajari dari pengalaman konkret dan refleksi mereka ke dalam kehidupan. Tujuannya adalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri yang lebih besar dalam menghadapi tantangan dan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Bagaimana Menerapkan Experiential Learning dalam Pembelajaran Bersama Guru Lain?

Kolaborasi antarguru dalam mewujudkan pembelajaran experiential learning sangat diperlukan. Hal ini karena terdapat beberapa aspek dan tahapan dalam pendekatan ini. Selain itu, tiap bidang studi dapat memiliki keterkaitan dengan pengalaman tertentu yang mendukung pembelajaran.

Terdapat beberapa langkah pokok yang bisa digunakan untuk menerapkan experiential learning. Berikut ini penjelasannya.

  • Perencanaan: Sebelum menerapkan pembelajaran experiential learning, tentunya ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Berikut ini hal yang harus dipersiapkan atau dilakukan para guru:
    • Merancang pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan nyata dan target pembelajaran lintas bidang studi atau mata pelajaran.
    • Mendiskusikan tujuan, indikator keberhasilan, dan peran atau tanggung jawab tiap guru dalam proses pembelajaran.
    • Menyiapkan aktivitas bersifat terbuka yang bisa menstimulasi rasa ingin tahu dan kreativitas peserta didik.
  • Pelaksanaan: Tahap ini merupakan aksi kolaboratif nyata antarguru menjadi kegiatan inti (ekplorasi dan elaborasi) dari penerapan experiential learning. Beberapa tahapan dapat dilakukan, seperti:
    • Siswa bekerja dalam kelompok lintas kelas atau lintas mata pelajaran
    • Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan instruksi jelas, membimbing eksplorasi, serta mendorong siswa untuk mengambil keputusan dan menerima konsekuensi dari pengalaman.
    • Para guru secara aktif mengamati, memberikan umpan balik, serta mendukung proses refleksi dan diskusi antarsiswa.
  • Evaluasi: Tahap evaluasi merupakan kegiatan penutup dalam penerapan experiential learning. Di tahap ini, para guru akan mengukur dan menilai seberapa besar keefektifan penerapan yang telah dilakukan bersama.

Manfaat Kolaborasi Antarguru dalam Pembelajaran

Panca Oetami Atiek, dalam tulisannya (2024) dalam laman web resmi Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I mengemukakan manfaat kolaborasi antarguru. Guru SMK Teuku Umar Semarang ini menyebut, kolaborasi antarguru menjadi kunci penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan inovatif.

Dengan berkolaborasi, tidak hanya peserta didik yang menerima manfaat, tetapi juga guru. Guru dapat belajar dari pengalaman satu sama lain, mengembangkan keteramplan baru, serta menemukan cara-cara inovatif untuk mengatasi tantangan dalam pendidikan.

Kolaborasi antarguru dapat membuka peluang untuk berbagi dan mengembangkan ide-ide kreatif. Selain itu, kolaborasi antarguru juga dapat membantu menciptakan ligkungan yang lebih inklusif. Guru dapat mengembangkan strategi untuk mendukung siswa dengan berbagai kebutuhan belajar serta memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan perhatian dan dukungan yang dibutuhkan.

Pembaca yang ingin mengetahui informasi lebih banyak mengenai guru dapat mengakses kumpulan artikel sejenis melalui tautan berikut ini.

Baca juga artikel terkait MODUL AJAR atau tulisan lainnya dari Umu Hana Amini

tirto.id - Edusains
Kontributor: Umu Hana Amini
Penulis: Umu Hana Amini
Editor: Wisnu Amri Hidayat