tirto.id - Kolaborasi antarguru dapat diterapkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran. Salah satunya yakni penerapan experiential learning.
Dalam pembelajaran, dibutuhkan suatu pendekatan atau metode yang efektif agar peserta didik dapat memperdalam pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Metode pembelajaran yang efektif tidak hanya memudahkan murid memahami materi, tetapi juga memiliki pengetahuan melalui bentuk pemahaman yang tidak sebatas permukaan atau tekstual.
Melalui experiential learning, peserta didik tidak hanya mendengarkan materi atau membaca buku teks, tetapi juga melakukan aktivitas dan mengalami langsung materi yang sedang dipelajari. Hal inilah yang memudahkan murid memahami sekaligus memiliki pengetahuan berbasis pengalaman.
Lalu, apa yang sebenarnya dimaksud dengan experiential learning dalam pembelajaran dan bagaimana menerapkannya dengan kolaborasi antarguru? Simak penjelasan berikut ini.
Apa yang Dimaksud dengan Experiential Learning dalam Pembelajaran?
Experiential learning merujuk pada experience atau pengalaman. Pada dasarnya, metode ini menekankan pengalaman sebagai pijakan untuk menuju pemahaman dan pengetahuan.
Mengutip Highland Experience, Beard & Wilson (2006) mendefinisikan experiential learning sebagai proses pembuatan rasa dari keterlibatan aktivitas antara dunia dalam diri pembelajar dan dunia di luar lingkungan pembelajar. Jadi, antara pembelajar dan lingkungan terjadi interaksi yang dapat menimbulkan pembelajaran yang bermakna. Fasilitator dalam hal ini membantu membuat lingkungan pembelajaran yang dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran.
Di sisi lain, Abdul (2015: 93) mengemukakan bahwa model pembelajaran experiential adalah suatu model proses belajar-mengajar yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman secara langsung. Pengalaman tersebut sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Adapun experiential learning ini didasarkan pada teori belajar yang menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman langsung akan lebih tahan lama. Selain itu, pengetahuan itu juga mudah diingat daripada hanya mendengarkan atau membaca informasi.
Terdapat beberapa tahap dalam pembelajaran experiential learning. Berikut ini penjelasannya:
- Tahap pengalaman nyata
- Tahap refleksi
- Tahap konseptualisasi
- Tahap Implementasi
Bagaimana Menerapkan Experiential Learning dalam Pembelajaran Bersama Guru Lain?
Kolaborasi antarguru dalam mewujudkan pembelajaran experiential learning sangat diperlukan. Hal ini karena terdapat beberapa aspek dan tahapan dalam pendekatan ini. Selain itu, tiap bidang studi dapat memiliki keterkaitan dengan pengalaman tertentu yang mendukung pembelajaran.
Terdapat beberapa langkah pokok yang bisa digunakan untuk menerapkan experiential learning. Berikut ini penjelasannya.
- Perencanaan: Sebelum menerapkan pembelajaran experiential learning, tentunya ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Berikut ini hal yang harus dipersiapkan atau dilakukan para guru:
- Merancang pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan nyata dan target pembelajaran lintas bidang studi atau mata pelajaran.
- Mendiskusikan tujuan, indikator keberhasilan, dan peran atau tanggung jawab tiap guru dalam proses pembelajaran.
- Menyiapkan aktivitas bersifat terbuka yang bisa menstimulasi rasa ingin tahu dan kreativitas peserta didik.
- Pelaksanaan: Tahap ini merupakan aksi kolaboratif nyata antarguru menjadi kegiatan inti (ekplorasi dan elaborasi) dari penerapan experiential learning. Beberapa tahapan dapat dilakukan, seperti:
- Siswa bekerja dalam kelompok lintas kelas atau lintas mata pelajaran
- Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan instruksi jelas, membimbing eksplorasi, serta mendorong siswa untuk mengambil keputusan dan menerima konsekuensi dari pengalaman.
- Para guru secara aktif mengamati, memberikan umpan balik, serta mendukung proses refleksi dan diskusi antarsiswa.
- Evaluasi: Tahap evaluasi merupakan kegiatan penutup dalam penerapan experiential learning. Di tahap ini, para guru akan mengukur dan menilai seberapa besar keefektifan penerapan yang telah dilakukan bersama.
Manfaat Kolaborasi Antarguru dalam Pembelajaran
Panca Oetami Atiek, dalam tulisannya (2024) dalam laman web resmi Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I mengemukakan manfaat kolaborasi antarguru. Guru SMK Teuku Umar Semarang ini menyebut, kolaborasi antarguru menjadi kunci penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan inovatif.
Dengan berkolaborasi, tidak hanya peserta didik yang menerima manfaat, tetapi juga guru. Guru dapat belajar dari pengalaman satu sama lain, mengembangkan keteramplan baru, serta menemukan cara-cara inovatif untuk mengatasi tantangan dalam pendidikan.
Kolaborasi antarguru dapat membuka peluang untuk berbagi dan mengembangkan ide-ide kreatif. Selain itu, kolaborasi antarguru juga dapat membantu menciptakan ligkungan yang lebih inklusif. Guru dapat mengembangkan strategi untuk mendukung siswa dengan berbagai kebutuhan belajar serta memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan perhatian dan dukungan yang dibutuhkan.
Penulis: Umu Hana Amini
Editor: Wisnu Amri Hidayat
Masuk tirto.id







































