tirto.id - Experiential Learning merupakan salah satu model pembelajaran dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Lantas, hal apa yang perlu diperhatikan dalam penerapan experiential learning? Simak ulasannya.
Implementasi Kurikulum Merdeka menitikberatkan pada proses belajar yang memberikan pengalaman jangka panjang. Tidak semata penguasaan materi dengan hafalan pengetahuan yang telah tersaji.
Model pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Melainkan proses belajar berlangsung dengan eksplorasi pengetahuan dan mengembangkannya secara mendalam atau disebut experiential learning.
4 Langkah Experiential Learning
Experiential learning berfokus pada pengalaman nyata melalui tindakan, refleksi, dan penerapan langsung dari konsep yang dipelajari. Artinya, model belajar ini cenderung lebih seru dan mengasyikkan karena tidak terbatas pada materi saja.
Mengutip laman Simply Psychology, siklus pembelajaranexperiential learning David Kolb terdiri dari empat langkah, yaitu pengalaman konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimen aktif.
Menurut David Kolb, pengalaman konkret adalah fondasi pembelajaran. Melalui pengalaman, siswa dapat mentransformasikan pengetahuan dan keterlibatan aktif dalam pembelajaran.
Kemudian, observasi reflektif memainkan peran vital dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan individu menganalisis dan memaknai pengalaman siswa.
Refleksi tersebut dapat memunculkan ide baru, atau modifikasi dari konsep abstrak yang sudah ada melalui pengalaman yang dimiliki, yang disebut dengan konseptualisasi abstrak.
Berikutnya, eksperimen aktif memungkinkan peserta didik menguji dan menerapkan konsep-konsep yang baru mereka bentuk dalam situasi dunia nyata, sehingga dapat memperkuat pemahaman siswa.
Hal Apa yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Experiential Learning
Penerapan experiential learning dapat berjalan jika dipersiapkan dengan baik. Persiapan tersebut meliputi perencanaan, memiliki tujuan yang matang, hingga peran guru sebagai fasilitator.
1. Perencanan
Sebagai model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengalaman eksplorasi pengetahuan, guru perlu merencanakan materi secara matang agar relevan dengan tujuan pembelajaran.
Hal ini juga perlu didukung dengan metode pembelajaran yang memadai seperti alat bantu, logistik, dan risiko-resiko yang mungkin terjadi.
2. Memiliki tujuan
Sebagai model pembelajaran, experiential learning perlu memiliki tujuan yang terukur dan spesifik. Tujuan tersebut perlu dipahami oleh peserta didik agar berdampak secara signifikan dalam pembelajaran yang berlangsung. Tujuan tersebut juga dapat menciptakan proses belajar yang menyenangkan.
3. Guru sebagai fasilitator
Dalam konsep experiential learning, guru memiliki peran yang sedikit berbeda dari model pembelajaran konvensional. Guru biasanya menerangkan panjang lebar secara teoritis. Namun, dalam konsep ini guru membimbing dan menginstruksikan siswa dalam merefleksikan pengambilan makna dalam pengalaman.
Dengan peran tersebut, guru perlu memahami dinamika peserta didik dan memberikan umpan balik kepada siswa. Hal ini penting untuk mendorong nalar kritis siswa.
Apabila experiential learning dilakukan dengan baik dan benar, maka dapat mengaktifkan pola berpikir kritis siswa dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Selain itu, experiential learning juga dapat mendorong kolaborasi , pengalaman praktis dan meningkatkan kepercayaan diri siswa di tengah tantangan yang berhasil diselesaikan.
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo
Masuk tirto.id







































