Menuju konten utama

Taksonomi Solo pada Deep Learning & Contohnya

Taksonomi SOLO menjadi salah satu kerangka dalam deep learning. Simak penerapan taksonomi SOLO dalam deep learning yang diwacanakan diterapkan di Indonesia.

Taksonomi Solo pada Deep Learning & Contohnya
Guru menyampaikan materi pembelajaran menggunakan smart board atau papan tulis interaktif kepada siswa saat kegiatan belajar mengajar di SMKN 3 Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (27/5/2025). ATARA FOTO/Auliya Rahman/bar

tirto.id - Pembelajaran mendalam atau deep learning merupakan salah satu metode pengajaran yang kini diwacanakan akan diterapkan pada sistem mengajar terbaru di Indonesia. Salah satu kerangka pengukuran deep learning adalah taksonomi SOLO. Apa yang sebenarnya dimaksud taksonomi SOLO?

Melansir Instagram resminya, Ditjen GTKPG Kemdikdasmen menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam guru berperan sebagai aktivator dan motivator di kelas. Peran tersebut berfungsi sebagai pembantu siswa untuk mengeksplorasi, berkreasi, dan mengaitkan hubungan antar-konsep.

Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) kemudian dapat digunakan sebagai landasan guru dalam melatih murid mengaitkan hubungan antar-konsep yang jadi salah satu tujuan metode pembelajaran mendalam.

Sebelumnya, pembelajaran di Indonesia kerap menggunakan taksonomi Bloom yang berfokus pada level kemampuan kognitif siswa. Taksonomi ini membagi level kognitif dari yang rendah (seperti mengingat) hingga kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti mengevaluasi).

Berbeda dari taksonomi Bloom, taksonomi SOLO lebih berfokus pada level pemahaman siswa akan materi. Pada taksonomi ini, siswa dianggap memahami dengan baik jika ia mampu membuat suatu gagasan yang dihasilkan dari meramu berbagai konsep berbeda.

Apa itu Taksonomi SOLO pada Pembelajaran?

Secara umum, taksonomi SOLO adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap konsep ilmu.

Taksonomi ini pertama kali dikembangkan oleh John B. Biggs dan Kevin F. Collis melalui paper berjudul "Evaluating the Quality of Learning: The SOLO Taxonomy (structure of the observed learning outcome)" (1982).

Dalam kerangka kerja yang dicanangkan Biggs dan Collis ini, pembelajaran perlu dilakukan dengan mengukur sejauh mana siswa memahami konsep/materi.

Dengan demikian, orientasi yang dicapai seorang guru dalam pembelajaran adalah kualitas hasil belajarnya. Apakah siswa sudah dapat mengaitkan satu konsep dengan konsep besar yang menaunginya, misalnya. Atau, apakah siswa sudah dapat melakukan hipotesis dari sebuah masalah yang dilihat dari berbagai sudut pandang.

Pada praktik di dalam kelas, guru dapat menggunakan taksonomi ini sebagai alat pengukur apakah pembelajaran sudah berhasil meningkatkan level pemahaman murid. Basis pengukurannya bisa didapatkan dari jawaban murid, baik tertulis maupun lisan.

Jika dalam asesmen diagnostik, misalnya, siswa baru berada pada level pemahaman awal berupa mengingat istilah, maka pembelajaran yang dapat dilakukan guru adalah mengajak murid untuk berlatih menggunakan istilah. Harapannya, siswa tidak hanya sekadar mengetahui konsep, tetapi juga bisa menggunakannya dalam gagasan.

Tahapan Taksonomi SOLO pada Deep Learning

Ketika mencanangkan taksonomi SOLO, John B. Biggs dan Kevin F. Collis mengenalkan lima tahap pemahaman. Kelima tahap tersebut adalah pre-structural, uni-structural, multi-stuctural, relational, dan extended abstract.

Kelima tahap tersebut menjadi acuan bagi guru untuk menilai sejauh mana siswa memahami sebuah materi dan pembelajaran seperti apa yang diperlukan untuk meningkatkannya.

Secara umum, masing-masing tahapan tersebut dapat dipahami sebagai berikut.

1. Tahap Pre-structural

Tingkat pemahaman ini dicirikan dengan pemahaman yang sangat terbatas dan tidak terarah mengenai konsep yang dipelajari. Pada tingkat ini, siswa tidak dapat memberikan jawaban yang relevan jika diberi pertanyaan/soal terkait materi.

2. Tahap Uni-structural

Level pemahaman uni-structural dicirikan dengan siswa yang mampu menjelaskan/menyebutkan sebagian kecil apsek dari materi. Umumnya, pemahaman mereka pada tahap ini tidak terintegrasi dan masih terpecah-pecah.

Siswa mungkin dapat memberikan fakta terkait materi, namun tidak dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai gambaran yang lebih besar tentang fakta tersebut.

3. Tahap Multi-structural

Level pemahaman ini dicirikan dengan kemampuan siswa yang terbatas pada memahami beberapa elemen dari konsep tanpa bisa menjelaskan keterkaitannya secara holistik.

Siswa pada tahap ini telah dapat menyajikan beberapa informasi dari beberapa sudut pandang tetapi masih belum bisa menghubungkannya.

4. Tahap Relational

Pada tahap ini, siswa dapat menghubungkan menghubungkan berbagai elemen untuk membuat pemahaman yang lebih menyeluruh. Pada tahap ini siswa telah dianggap cakap.

5. Tahap Extended Abstract

Tahap pemahaman terakhir dalam taksonomi ini adalah tahap extended abstract. Tahap ini dicirikan dengan siswa yang mampu menunjukkan kemampuan menerapkan pengetahuan pada skenario abstrak yang baru. Siswa yang mencapai tahap ini dapat dikatakan unggul.

Contoh Soal Taksonomi SOLO pada Deep Learning

Karena orientasi dari taksonomi SOLO adalah level pemahaman siswa, guru dapat menilai level tersebut melalui soal-soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Sebagai contoh, jika tujuan pembelajaran adalah meningkatkan level pemahaman siswa menjadi pre-structural, maka guru dapat menilai melalui soal yang sesuai.

Berikut contoh soal sesuai lima tahap taksonomi SOLO yang dapat dijadikan sebagai referensi:

  • Tahap pre-structural: Perpindahan penduduk dari desa ke kota disebut sebagai?
  • Tahap uni-structural: Apa saja karakteristik masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan?
  • Tahap multi-structural: Jelaskan perbedaan karakteristik masyarakat pedesaan dan perkotaan?
  • Tahap relational: Mengapa generasi muda di desa banyak yang memilih melakukan urbanisasi walaupun ada kesempatan kerja jadi petani di desa?
  • Tahap extended abstract: Fenomena urbanisasi generasi muda membuat jumlah petani makin menurun seiring waktu, bagaimana Anda melihat fenomena ini, apa saja dampaknya baik bagi masyarakat desa maupun perkotaan?

Baca juga artikel terkait KURIKULUM atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Edusains
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan