tirto.id - Pendiri sekaligus CEO Fast Retailing Co., Tadashi Yanai, menilai kebijakan tarif bea masuk yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah membuatnya pusing.
Pasalnya, kebijakan yang memicu konfrontasi dan perang dagang ini justru disulut oleh negara yang menganggap dirinya bebas dan demokratis.
“Ini sungguh memusingkan. Negara yang bebas dan demokratis ini menerapkan tarif dan membuka jalan bagi konfrontasi dan perang. Namun, Presidennya justru ingin mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian. Ini sebuah teka-teki. Namun ini kenyataan,” katanya dalam Forbes Global CEO Conference di Hotel St. Regis, Jakarta Selatan, Rabu (15/5/2025).
Meski begitu, mau tak mau, ia harus menerima kebijakan yang dibuat oleh Gedung Putih itu dan menjadikannya sebagai tantangan yang harus dihadapi para pelaku usaha.
Karena itu, agar ekonomi dunia dapat terus bertumbuh, ia mengajak Indonesia—yang dianggap sebagai mesin pertumbuhan Asia—untuk bekerja sama dan bersatu melawan kebijakan tarif Trump. Dengan bersatunya Jepang, Indonesia, dan negara-negara Asia lainnya, diharapkan kawasan ini dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia.
“Namun, itulah tantangan kita yang lain. Kita harus menerima tantangan ini. Asia, khususnya Indonesia, adalah mesin pertumbuhan. Kita perlu bersatu sebagai bangsa Asia dan menunjukkan kekuatan kita,” lanjut Yanai.
Tak hanya itu, bos jenama fesyen asal Jepang, Uniqlo, itu juga menilai bahwa jika hadiah perdamaian yang diinginkan, kebijakan tarif resiprokal seharusnya tak lagi diterapkan.
Kini dengan adanya kebijakan yang diumumkan pada 2 April 2025 tersebut, Yanai hanya berharap dunia tidak akan mengalami resesi. “Saya berharap resesi tidak akan datang. Mari kita bekerja sama demi masa depan yang lebih baik,” tutur dia.
Sebagai informasi, pada September lalu, Trump telah mengumumkan tarif resiprokal untuk Jepang sebesar 15 persen, turun dari yang ditetapkan sebelumnya sebesar 27,5 persen. Meski begitu, penurunan tarif tersebut diganjar dengan imbalan paket investasi dan pinjaman senilai 550 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari Jepang kepada AS.
“Saya baru saja menandatangani PERJANJIAN DAGANG terbesar dalam sejarah dengan Jepang,” kata Trump di platform Truth Social miliknya. “Ini adalah masa yang sangat menggembirakan bagi Amerika Serikat, terutama karena kita akan terus menjalin hubungan yang hebat dengan Jepang,” tambahnya.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id






































