tirto.id - Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, mengungkap adanya ancaman dari pihak lessor atau pemilik pesawat apabila perusahaan tidak segera mendapatkan tambahan dana dari Danantara.
Ia mengatakan, ancaman tersebut muncul lantaran Garuda dan anak usahanya, Citilink, kesulitan membayar sewa pesawat di tengah keterbatasan dana perawatan armada.
“Artinya sebelum dana ini turun, ada ancaman dari lessor. Jadi pesawat-pesawat yang ada di Citilink itu banyak yang suplai dari Garuda. Karena Citilink tidak bisa membayar sewa, kita ikut diancam. Dibilang, ‘Citilink kalau kamu enggak bisa bayar sewa, nanti pesawat yang di Garuda kita tarik juga.’ Nah, ini kondisi yang kritis,” ujar Wamildan, dikutip dari kanal YouTube Rhenald Kasali, Selasa (14/10/2025).
Lantaran itu lah, jelas Wamildan, suntikan modal dari Danantara sangat mendesak untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada operasional maskapai. Sebab, jika bantuan dana kembali tertunda, beban biaya perawatan pesawat akan terus menumpuk.
“Dana ini tidak bisa ditunda. Semakin ditunda, maintenance ini numpuk terus,” ujarnya.
Menurut Wamildan, kondisi keuangan Garuda memang memburuk sejak periode Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan pandemi COVID-19, yang membuat cadangan dana perusahaan terkuras habis.
Saat pertama kali dilantik sebagai direktur utama, Wamildan menemukan 25 dari 70 pesawat Garuda dalam kondisi tidak beroperasi (grounded). Jumlah tersebut jauh di bawah Lion Air Group yang memiliki sekitar 320 armada pesawat.
“Sekarang Garuda 70 pesawat. Jauh dibanding Lion Air Group. Kalau total pesawat Citilink ada 57, tapi pada saat saya masuk, yang terbang itu cuma 25 pesawat,” ungkapnya.
Di sisi lain, setiap pesawat membutuhkan dana besar untuk perawatan rutin berdasarkan siklus penerbangan maupun umur pakai. Biaya perawatan satu mesin pesawat mencapai sekitar 5 juta dolar AS, dan setiap pesawat komersial memiliki dua mesin. “Dan perawatannya bisa makan waktu 1–3 bulan,” jelasnya.
Untuk memulihkan kinerja perusahaan, manajemen Garuda saat ini menjalankan tiga program utama, yakni meninjau ulang kondisi finansial dan operasional, akselerasi melalui efisiensi biaya dan peningkatan operasional, serta ekspansi jaringan dan penambahan armada.
Sebelumnya, Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia, mengatakan maskapai pelat merah itu akan menambah tujuh armada baru hingga akhir 2025. Lima di antaranya sudah dibeli hingga Agustus lalu.
“Di bawah manajemen yang baru, hingga Agustus 2025, Garuda Indonesia telah menambah lima armada baru, sehingga total kekuatan kami menjadi 78 armada,” kata Reza dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (22/9/2025).
Penulis: Natania Longdong
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id






































