Menuju konten utama

BI Wspadai Kenaikan NPL Bank di Tengah Lambatnya Kredit Konsumsi

Risiko ini timbul sejalan dengan pelambatan permintaan kredit konsumsi yang pada September 2025 hanya tumbuh sebesar 7,42.

BI Wspadai Kenaikan NPL Bank di Tengah Lambatnya Kredit Konsumsi
Sejumlah pekerja berjalan di kawasan Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (3/9/2025). Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen yang tertuang dalam asumsi makro pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 bisa dicapai dengan sinergi kebijakan pemerintah dan bank sentral. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

tirto.id - Direktur Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI), Irman Robinson, meminta bank untuk berhati-hati dengan kecenderungan meningkatnya rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) kredit sektor konsumsi.

Menurutnya, risiko ini timbul sejalan dengan pelambatan permintaan kredit konsumsi yang pada September 2025 hanya tumbuh sebesar 7,42 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya yang mencapai 7,7 persen.

“Yang mungkin jadi concern bagi kita bersama adalah tidak hanya non-performing loan di kredit konsumsi, tapi juga sejalan dengan perlambatan dengan kredit konsumsi,” kata dia, dalam Pelatihan Wartawan, di Hotel Santika, Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (24/10/2025).

Kata Irman, sektor yang memiliki kecenderungan pelambatan penyaluran kredit paling dalam di antaranya adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor atau KKB. Perlu diketahui, pada September 2025, KPR tumbuh 7,2 persen, melambat dari bulan sebelumnya sebesar 7,1 persen, sementara KKB hanya tumbuh 0,7 persen, anjlok realisasi Agustus 2025 yang masih sebesar 3,4 persen.

“NPL-nya juga kalau kita lihat kredit konsumsi juga memang masih di bawah 5 persen sebetulnya, tapi trennya cenderung meningkat. Ini yang perlu menjadi perhatian kita bersama,” lanjut dia.

Berdasarkan catatan Bank Sentral, NPL untuk kredit konsumsi pada September 2025 tercatat sebesar 2,53 persen. Rasio kredit macet tersebut sedikit lebih rendah Daripada NPL perbankan yang pada September 2025 sebesar 2,28 persen secara bruto dan 0,87 persen secara neto.

Sementara itu, menurut Ekonom Bahana TCW Investment Management, Emil Muhammad, melambatnya kredit konsumsi khususnya KPR dan KKB terjadi karena ada pergeseran konsumsi masyarakat dan juga menurunnya kepercayaan diri masyarakat untuk melakukan konsumsi. Sebagai contoh, jika sebelumnya orang lebih suka menyetir sendiri untuk mencapai tempat tujuannya, kini bepergian bisa dilakukan dengan mengandalkan kendaraan online.

“Makanya ketika kita sudah lihat BI sudah turunkan suku bunga 150 basis, ini hanya masalah waktu. Kenapa bisa property sector mulai dilirik lagi saham-sahamnya? Kenapa nggak nunggu data ini bangkit dulu? Nanti terlambat. Jadi kalau kita ingin lihat tanda-tanda kebangkitan property sector, lihatlah di pasar saham sebagai leading indicator-nya. Kapan ini akan bangkit? Once confidence-nya balik,” jelas Emil.

Baca juga artikel terkait BANK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra