tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong percepatan hilirisasi bauksit dengan melarang ekspor bahan mentah serta mendorong pembangunan fasilitas pengolahan di dalam negeri.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa total kapasitas smelter bauksit yang telah dibangun untuk mengolah bahan baku mentah mencapai 17,5 juta ton.
“Total smelter yang sudah dibangun, kapasitasnya itu 17,5 juta untuk barang mentahnya, ya, produknya. Jadi, dari semua smelter yang ada, kapasitasnya itu 17,5 juta terhadap bahan-bahan bakunya,” ujar Bahlil di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Kebijakan pelarangan ekspor bijih bauksit yang berlaku efektif sejak Juni 2023 menjadi pendorong utama investasi di sektor hilir. Kebijakan ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
“Baik, teman-teman semua, menyangkut bauksit ini adalah salah satu komoditas yang akan kita dorong untuk hilirisasi. Dan sekarang kita sudah melarang ekspor bahan mentahnya. Ini sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan investasi,” ucapnya.
Bahlil mengakui bahwa realisasi investasi di sektor minerba masih perlu ditingkatkan. Tahun ini, target investasi hilirisasi sektor minerba ditetapkan sebesar 7-8 miliar dolar AS, namun hingga Agustus realisasinya baru mencapai 3-4 miliar dolar AS.
Adapun saat ini sudah banyak perusahaan yang tertarik membangun smelter bauksit di dalam negeri. Hilirisasi bauksit ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri nasional.
“Sekarang kita masih banyak impor untuk produk-produk turunan dari bauksit, yaitu aluminium. Jadi, antara kebutuhan dalam negeri dengan kapasitas industri, kebutuhannya masih lebih besar. Jadi, nggak ada masalah,” jelas Bahlil.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































