Menuju konten utama

Bahlil Targetkkan 76% Pembangkit Listrik RI Akan Gunakan EBT

Kapasitas pasang ini terdiri dari 42,6 gigawatt (GW) EBT dan 10,3 GW berasal dari storage.

Bahlil Targetkkan 76% Pembangkit Listrik RI Akan Gunakan EBT
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5/2025). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.

tirto.id - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menargetkan 76 persen dari total kapasitas pasang pembangkit listrik di Indonesia berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Kapasitas pasang ini terdiri dari 42,6 gigawatt (GW) EBT dan 10,3 GW berasal dari sisstem penyimpanan energi atau storage.

“Kami sampaikan untuk mewujudkan RUPTL ke depan kita membutuhkan 69,5 GW listrik yang mulai tahun 2025 sampai 2034. Dan hasilnya adalah 76 persen itu merujuk pada energi baru terbarukan,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5/2025).

Bahlil merinci, kapasitas pembangkit EBT tersebut antara lain dari energi surya sebesar 17,1 GW, Air 11,7 GW, Angin 7,2 GW, Panas bumi 5,2 GW, Bioenergi sebesar 0,9 GW, dan Nuklir 0,5 GW. Sementara untuk kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW.

Kemudian, untuk pembangkit fosil masih akan dibangun sebesar 16,6 GW. Ini terdiri dari gas 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW. Adapun rencana penambahan itu akan dilakukan dalam dua tahap, yakni lima tahun pertama dan lima tahun kedua.

“Lima tahun pertama totalnya 27,9 GW, dan lima tahun kedua 41,6 GW,” ujar Bahlil.

Dalam kesempatan ini, Bahlil resmi mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2025-2034. Penyusunan RUPTL itu sudah melalui proses pengkajian yang panjang sebelum akhirnya resmi disahkan, yang mana langkah itu penting untuk kebutuhan energi dalam negeri.

RUPTL itu diklaimnya juga sudah memenuhi target dari Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Oleh karenanya, dia ingin RUPTL dibangun itu tidak hanya atas dasar orderan sebuah pihak atau konsep sepihak.

"Maunya kita adalah konsep yang dibangun itu adalah untuk melihat tingkat kebutuhan kita sekarang dengan basisnya pada waktu kemarin,” katanya.

Baca juga artikel terkait ENERGI TERBARUKAN atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Dwi Aditya Putra