Menuju konten utama

PLN Butuh Investasi Rp44,69 Triliun untuk Dorong PLTP

Proyek PLTP yang baru dibangun Indonesia hingga saat ini baru sebesar 2,3 giga watt.

PLN Butuh Investasi Rp44,69 Triliun untuk Dorong PLTP
Pekerja menyelesaikan pekerjaan pada proyek sumur produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (6/9/2022). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/tom.

tirto.id - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Darmawan Prasodjo, menyebut Indonesia berpotensi memiliki energi panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Di mana potensi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Indonesia mencapai 24,6 giga watt (GW).

Namun sayangnya proyek PLTP yang baru dibangun hingga saat ini baru sebesar 2,3 GW. Rendahnya pembangunan PLTP ini dikarenakan proyek rsebut membutuhkan nilai investasi sekitar 2,7 miliar dolar AS atau Rp44,69 triliun (asumsi kurs Rp16.555).

“Sedangkan untuk panas bumi ini historical, kami melihat historical untuk satu giganya biayanya investasinya sekitar 2,7 billion dolar AS. Jadi lebih mahal memang investasinya tetapi biaya operasinya itu jauh lebih murah,” ucap Darmawan dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Darmawan melihat investasi untuk pengembangan panas bumi, lebih besar dibandingkan pembangkit berbasis gas. Katanya, terdapat sekitar 0,5 miliar dolar AS per GW untuk pengembangan pembangkit gas, dengan biaya operasional yang cukup besar untuk membeli gas.

Lalu, untuk biaya pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) juga membutuhkan nilai investasi yang besar, tetapi biaya operasionalnya lebih murah. Hal tersebut dikarenakan tidak menggunakan fuel cost atau biaya bahan bakar.

“Untuk itu pengembangan dari panas bumi ini membutuhkan investasi yang cukup besar karena semuanya ditarik ke depan dalam bentuk exploration, kemudian juga development, kemudian penambahan pembangkit. Tetapi setelah itu energinya setengah gratis, rendah sekali,” kata Darmawan.

Dia juga menyebut bahwa PLN memiliki skema front loaded investment dalam pengembangan PLTP. PLN sendiri saat ini, sudah berkongsi atau bermitra dengan sejumlah perusahaan dengan kapasitas paling besar kedua di dunia, sebesar 2,3 GW.

“Di sini adalah beberapa proyek panas bumi yang sudah commission, yang sudah beroperasi dengan jumlah terpasang 2,3 (GW) dan juga operatornya ini berbagai investasi, investor baik itu domestik maupun internasional,” ucapnya.

Di sisi lain, Darmawan juga memaparkan realisasi pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang sudah dibangun dan beroperasional mencapai 1,6 GW sejak 2021 hingga April 2025. Adapun realisasi itu baru sekitar 7,6 persen dari target pengembangan pembangkit EBT dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021 hingga 2030, yakni sebesar 20,9 GW.

“Sejak tahun 2021 hingga April 2025, total sudah ada penambahan 1,6 gigawatt pembangkit EBT yang sudah berhasil dioperasikan. Ini termasuk PLTS Apung Cirata, ini terbesar di Asia Tenggara,” jelasnya.

Baca juga artikel terkait PLTP atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Dwi Aditya Putra