tirto.id - Salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam adalah bulan Dzulhijjah. Puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan setiap tanggal 9 Dzulhijjah, tepat sehari sebelum Hari Raya Idul Adha.
Tahun ini, puasa Arafah dilaksanakan tanggal 6 Juni 2025, umat Islam saat ini sedang melaksanakan puasa Arafah yang memiliki keutamaan luar biasa.
Puasa Arafah sangat dianjurkan (sunnah muakkad) bagi umat Islam, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits riwayat Muslim:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللّٰهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
Shiyaamu yawmi ‘arafata, ahtasibu ‘alallaahi an yukaffira as-sanata allatii qablahu was-sanata allatii ba’dahu.
Artinya: "Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya." (HR. Muslim)
Dengan keutamaan yang begitu besar, banyak umat Islam berusaha untuk melaksanakan puasa Arafah. Namun, bagaimana jika seseorang masih memiliki tanggungan puasa qadha Ramadhan? Apakah boleh niat puasa Arafah dan mengganti puasa Ramadhan digabungkan?

Niat Puasa Arafah dan Qadha Ramadhan, Bolehkah Digabung?
Ketika mendekati hari Arafah, sebagian Muslim yang masih memiliki utang puasa Ramadhan bertanya-tanya, bolehkah niat puasa Arafah dan mengganti puasa Ramadhan dilakukan sekaligus? Apakah keutamaannya tetap diperoleh bila niatnya digabung?
Pertanyaan ini kerap muncul, terutama saat seseorang ingin mendapatkan keutamaan puasa Arafah, namun belum sempat menyelesaikan puasa qadha Ramadhan.
Untuk menjawabnya, mari kita lihat beberapa pendapat ulama dan tokoh agama yang menjawab pertanyaan bolehkan niat puasa Arafah dan mengganti puasa Ramadhan digabung?
Menurut Ustadz Alhafiz Kurniawan, Wakil Sekretaris LBM PBNU, niat puasa Arafah dan mengganti puasa Ramadhan boleh digabungkan.
Ustadz Alhafiz Kurniawan juga menegaskan bahwa seseorang tetap mendapatkan pahala puasa sunnah Arafah meskipun niat utamanya adalah qadha Ramadhan.
Pandangan ini berlandaskan pada pendapat Syekh Zakariya Al-Anshari dalam kitab Asnal Mathalib. Disebutkan dalam fatwa Al-Barizi, seseorang tetap mendapatkan pahala puasa sunnah (misalnya hari Asyura), walaupun yang diniatkan adalah puasa qadha atau nazar.
Hal ini juga dikuatkan oleh ulama seperti Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, dan Sayyid Bakri dalam I'anatut Thalibin.
Selain itu, Imam Nawawi dalam Al-Majmu' menyatakan bahwa jika seseorang melaksanakan puasa wajib (qadha) pada hari yang disunnahkan puasa, maka ia juga mendapatkan pahala puasa sunnah, meskipun tidak meniatkannya secara eksplisit.
Dalam Hasyiyah Al-Bujairimi, dijelaskan bahwa orang yang berpuasa qadha Ramadhan di hari Arafah tetap mendapatkan keutamaan puasa Arafah meski hanya berniat qadha, karena keutamaan hari itu tetap berlaku bagi siapapun yang berpuasa.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa niat puasa Arafah dan mengganti puasa Ramadhan sah dilakukan dalam satu waktu, dan tetap mendapatkan keutamaan keduanya.
1. Niat Puasa Arafah
Puasa Arafah merupakan salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji. Ibadah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijjah dan memiliki keutamaan besar, yaitu pengampunan dosa selama dua tahun—satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya. Karena itu, banyak umat Muslim yang menantikan kesempatan ini untuk berpuasa.Agar puasa Arafah sah dan diterima, seseorang harus melafalkan atau menetapkan niat dalam hati sebelum waktu Subuh. Niat adalah syarat utama dalam ibadah puasa, termasuk puasa sunnah seperti puasa Arafah.
Berikut bacaan niat puasa Arafah yang dapat dibaca sejak malam hari hingga sebelum Subuh:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma 'arafata sunnatan lillaahi ta'aala.
Artinya: "Aku berniat puasa Arafah, sunnah karena Allah Ta'ala."

2. Niat Puasa Qadha Ramadhan
Bagi umat Islam yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, melaksanakan qadha (mengganti) puasa adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Idealnya, qadha dilakukan segera setelah Ramadhan berlalu.Namun, apabila belum sempat dilakukan hingga mendekati bulan Dzulhijjah, maka puasa qadha ini bisa dilakukan bertepatan dengan puasa Arafah.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar sah sebagai puasa qadha, niat qadha tetap harus ditegaskan sejak malam hari. Bila seseorang berniat qadha puasa Ramadhan pada tanggal 9 Dzulhijjah, maka secara otomatis ia tetap bisa mendapatkan keutamaan puasa Arafah, menurut pendapat mayoritas ulama.
Berikut bacaan niat puasa qadha Ramadhan yang bisa dibaca mulai dari waktu Maghrib hingga sebelum Subuh:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhaai fardhi ramadhaana lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat puasa esok hari sebagai ganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta’ala.”
Perlu diketahui bahwa puasa qadha Ramadhan boleh ditunda atau tidak segera dilakukan, hal ini berdasarkan riwayat dari Aisyah R.A, bahwa:
"Saya mempunyai kewajiban bulan Ramadhan yang tidak bisa saya mengqadhanya, kecuali di bulan Syaban." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa qadha puasa Ramadhan bisa dilakukan belakangan, selama masih dalam tahun yang sama.
Maka, jika puasa qadha tersebut bertepatan dengan puasa Arafah, niat qadha tetap harus diutamakan, dan insyaAllah keutamaan puasa Arafah tetap diperoleh.
Hal ini menjadi solusi praktis bagi umat Islam yang ingin menunaikan tanggung jawab qadha Ramadhan namun juga ingin meraih pahala besar dari puasa sunnah Arafah. Maka dari itu, jangan ragu untuk menggabungkan niat puasa Arafah dan mengganti puasa Ramadhan selama dilakukan dengan ikhlas dan penuh kesungguhan.
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Robiatul Kamelia & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id







































