Menuju konten utama

Attachment Issue dalam Hubungan dan Cara Menghadapinya

Artikel berikut ini akan membahas tentang attachment issue dalam hubungan, ciri-ciri, serta bagaimana cara menghadapinya.

Attachment Issue dalam Hubungan dan Cara Menghadapinya
Ilustrasi pasangan. Attachment Issue dalam Hubungan dan Cara Menghadapinya. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Seseorang yang menjalin hubungan dengan orang lain terkadang mengalami attachment issue secara tidak sadar. Biasanya, seseorang disebut memiliki attachment issue apabila memenuhi sejumlah ciri-ciri.

Attachment issue adalah istilah yang digunakan untuk merujuk masalah keterikatan pada seseorang dalam hubungan. Pada titik tertentu, hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Jika sudah seperti itu, perlu untuk mengetahui penyebab dan cara menghadapinya.

Attachment issues biasanya bermula saat masa kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa. Gangguan ini membuat orang sulit membentuk hubungan serius dan bermakna. Hal tersebut bisa saja terjadi dalam berbagai bentuk hubungan, mulai dari orang tua dan anak, pasangan, hingga pertemanan.

Apa itu Attachment Issue?

Attachment issues adalah gangguan perilaku yang mempengaruhi kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan. Hal tersebut dapat mencakup kurangnya respons emosional dalam suatu hubungan.

Attachment issue sering terjadi pada anak-anak tetapi juga dapat terjadi pada orang dewasa. Attachment issue pada orang dewasa dapat membuat seseorang mengalami kesulitan untuk terhubung dan membentuk hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Louise Morales dalam artikel berjudul “What are Attachment Disorder in Adults?” yang terbit melalui Medical News Today menjelaskan, gangguan ini biasanya berkembang pada masa kanak-kanak. Attachment issues dalam hubungan dapat terjadi ketika seorang anak tidak dapat memiliki hubungan emosional yang konsisten dengan orang tua.

Tidak ada diagnosis attachment issue secara formal untuk orang dewasa, tetapi mereka dapat mengalami masalah ini. Hal ini dapat berasal dari attachment issue yang tidak diobati atau tidak terdiagnosis pada masa kanak-kanak.

Teori attachment berhubungan dengan bagaimana orang membentuk ikatan emosional. Para ahli menyatakan bahwa genetika mungkin juga memainkan peran tidak langsung. Namun, attachment issue adalah kondisi yang berbeda dan dapat didiagnosis.

Pedoman diagnostik profesional Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5-R) mencantumkan dua jenis gangguan keterikatan yaitu reactive attachment disorder (RAD) dan disinhibited social engagement disorder (DSED).

RAD sering terjadi sebagai akibat dari penganiayaan atau pengabaian pada masa kanak-kanak. Sementara itu, DSED sering terjadi setelah pengabaian dalam dua tahun pertama kehidupan.

Penyebab Attachment Issue

Attachment issue dapat muncul karena sejumlah alasan, tetapi biasanya berakar pada pengalaman masa kecil. Pengasuh yang tidak konsisten atau lalai misalnya, dapat berperan dalam attachment issue di masa kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa.

Sebagian anak mungkin mengalami attachment issue, sedangkan anak lainnya tidak, meski mereka dibesarkan di lingkungan yang sama. Tetapi para peneliti sepakat bahwa ada hubungan antara attachment issue dan pengabaian atau perampasan yang signifikan, pergantian pengasuh utama yang berulang-ulang, atau dibesarkan di lingkungan institusional.

Psikoterapis bersertifikat, Amy Morin, dalam artikel berjudul “Sign and Causes of Attachment Issue” yang dipublikasikan lewat Very Well Mind, menguraikan beberapa faktor risiko lain yang mungkin membuat seseorang mengalami attachment issue.

  • Pelecehan fisik, emosional, atau seksual.
  • Pengasuh dengan keterampilan pengasuhan yang buruk.
  • Masalah kemarahan orang tua.
  • Pengabaian orang tua.
  • Orang tua dengan kondisi kejiwaan.
  • Paparan prenatal terhadap alkohol atau obat-obatan.
Attachment issue cukup jarang terjadi pada populasi umum. Anak-anak dalam pengasuhan atau anak-anak yang pernah dilembagakan memiliki risiko terbesar. Beberapa di antara mereka meliputi:

  • Anak yang pernah mengalami pengasuhan yang berbeda.
  • Anak yang pernah menghabiskan waktu di panti asuhan.
  • Anak yang telah mengalami banyak peristiwa traumatis.
  • Anak yang diambil dari pengasuh utama setelah membentuk ikatan yang sehat.

Ciri-ciri Attachment Issue

Seorang anak dengan attachment issue cenderung menghindar, mungkin tidak menunjukkan keinginan untuk kedekatan, kasih sayang, atau cinta secara lahiriah. Namun, secara internal, anak akan merasakan respons stres dan kecemasan yang sama dengan anak tanpa gangguan ini ketika mereka berada dalam situasi yang penuh tekanan.

Anak-anak ini mungkin juga ingin berada di dekat pengasuh utama mereka tetapi tidak berinteraksi dengan mereka. Mereka juga mungkin menolak kontak fisik dengan pengasuh mereka. Gaya keterikatan atau hubungan dan perilaku yang seperti itu dapat bertahan hingga dewasa. Berikut ini adalah ciri-ciri attachment issues seseorang saat sudah dewasa:

  • Menghindari kedekatan emosional dalam hubungan.
  • Merasa seolah-olah pasangan mereka menjadi lengket ketika mereka hanya ingin lebih dekat secara emosional.
  • Menarik diri dan menghadapi situasi sulit sendirian.
  • Menekan emosi.
  • Menghindari mengeluh atau meluapkan emosi, lebih suka merajuk atau mengisyaratkan apa yang salah.
  • Menekan ingatan negatif.
  • Menarik diri, atau menyingkir, dari percakapan atau pemandangan yang tidak menyenangkan.
  • Takut ditolak.
  • Memiliki rasa kemandirian yang kuat.
  • Memiliki perasaan harga diri yang tinggi sementara memiliki pandangan negatif terhadap orang lain.
  • Terlalu fokus pada kebutuhan dan kenyamanan mereka sendiri.

Cara Menghadapi Attachment Issue

Menghadapi attachment issue merupakan sebuah perjalanan penemuan jati diri yang dilakukan individu. Laman pelayanan kesehatan mental, Your Best Self Therapy menulis, beberapa cara mengatasi attachment issues.

1. Memahami Attachment Issue

Langkah pertama untuk mengatasi attachment issue adalah memahami gaya gangguan keterikatan yang dimiliki. Ada empat gaya keterikatan utama: aman, cemas, menghindar, dan tidak teratur. Setelah mempunyai firasat tentang gaya attachment issue yang dihadapi, maka gali lebih dalam.

Buatlah jurnal tentang pengalaman masa lalu dalam hubungan, baik yang positif maupun negatif. Renungkan pola-pola dalam perilaku dan bagaimana hal tersebut dapat dikaitkan dengan attachment issue yang saat ini dialami. Kesadaran diri ini sangat penting ketika berurusan dengan attachment issue.

2. Tantang Keyakinan Negatif

Attachment issue seringkali berakar pada keyakinan inti negatif yang terbentuk di masa kanak-kanak. Sebagai contoh, seseorang dengan attachment issue anxious atau cemas mungkin percaya bahwa mereka tidak layak untuk dicintai. Identifikasi keyakinan-keyakinan ini dan tantanglah mereka dengan bukti-bukti yang bertentangan.

3. Terus Berlatih

Berurusan dengan masalah attachment issue membutuhkan penerapan dari hasil pembelajaran. Jika cenderung avoidant atau menghindar, cobalah langkah-langkah kecil menuju keintiman, seperti berbagi cerita pribadi dengan seorang teman tepercaya. Jika memiliki gaya keterikatan anxious, latihlah teknik-teknik menenangkan diri dan kembangkan rasa aman di dalam diri.

4. Cari Dukungan

Jangan takut untuk mencari bantuan profesional. Terapis yang berspesialisasi dalam masalah keterikatan dapat memberikan panduan dan dukungan menghadapi permasalahan ini. Mereka dapat membantu mengeksplorasi akar penyebab attachment issue dan mengembangkan mekanisme menghadapinya dengan cara yang sehat.

Baca juga artikel terkait HUBUNGAN atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno