Menuju konten utama

Apa Itu Sesar Lembang & Seberapa Besar Potensi Bahayanya?

Simak penjelasan mengenai Sesar Lembang dan potensi bahaya gempa bumi menurut kajian.

Apa Itu Sesar Lembang & Seberapa Besar Potensi Bahayanya?
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Sesar Lembang merupakan salah satu sesar aktif di Jawa Barat. Lokasi jalur sesar ini terletak sekitar 10 km arah utara Kota Bandung dengan panjang sesar sekitar 25-30 km, berarah barat-timur.

Hasil kajian para ahli menunjukkan bahwa sesar aktif ini memiliki magnitudo tertarget 6,8. Mengenai kapan gempa kuat akan terjadi, tidak seorang pun ada yang tahu. Keaktifan sesar ini diindikasikan dengan adanya aktivitas gempa-gempa kecil yang masih terjadi di sepanjang jalur Sesar Lembang.

Pada 28 Agustus 2011, terjadi gempa dengan magnitudo 3,3 dengan kedalaman yang sangat dangkal hingga mengakibatkan dampak signifikan, merusak 384 rumah warga di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Gempa dirasakan juga pernah terjadi pada 14 dan 18 Mei 2017 dengan magnitudo 2,8 and 2,9 yang dampaknya dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI, tetapi tidak menimbulkan kerusakan.

Seberapa Besar Potensi Bahaya Sesar Lembang?

Sesar Lembang disebutkan memiliki potensi menghasilkan gempa dengan magnitudo maksimal sekitar 6,8 hingga 7,0. Meskipun belum pernah tercatat gempa besar dari sesar ini pada periode modern, bukti-bukti geologis menunjukkan adanya gempa signifikan di masa lalu.

Aktivitas seismik Sesar Lembang menunjukkan pergerakan yang konsisten sekitar 1,95 hingga 14 mm per tahun. Meskipun lambat, akumulasi energi ini bisa dilepaskan sewaktu-waktu. BMKG juga mencatat adanya peningkatan aktivitas kegempaan minor dari sesar ini, yang dianggap sebagai tanda bahwa sesar ini aktif dan perlu diwaspadai.

Kondisi geologis tanah juga berpengaruh. Wilayah cekungan Bandung sebagian besar berdiri di atas bekas danau purba, membuat kondisi tanahnya cenderung lunak. Tanah lunak dapat memperkuat guncangan gempa, sehingga dampak kerusakan bisa lebih parah meskipun jaraknya jauh dari pusat gempa.

Jika terjadi gempa besar, dampaknya diperkirakan akan sangat merusak. Guncangan kuat bisa merusak atau bahkan meratakan bangunan-bangunan yang tidak dibangun sesuai standar tahan gempa. Selain itu, kondisi geografis di sekitar sesar yang curam juga berpotensi memicu tanah longsor.

Walaupun potensi bahayanya cukup besar, perlu diingat bahwa gempa bumi tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Oleh karena itu, langkah-langkah mitigasi dan kesiapsiagaan menjadi sangat penting untuk diterapkan, antara lain:

  • Memberikan edukasi dan kesiapsiagaan kepada masyarakat.Warga perlu memahami cara menyelamatkan diri saat gempa dan memiliki rencana darurat adalah hal yang sangat penting.
  • Pembangunan infrastruktur tahan gempa. Memastikan bangunan tempat tinggal dan fasilitas umum memenuhi standar konstruksi tahan gempa dapat mengurangi dampak kerusakan secara signifikan.
  • Pemantauan dan penelitian.Penelitian dan pemantauan terus-menerus terhadap aktivitas sesar sangat diperlukan untuk memberikan peringatan dini dan mitigasi risiko.

Monitoring Sesar Lembang oleh BMKG

Upaya monitoring Sesar Lembang oleh BMKG sudah dilakukan sejak lama. Pada 1 Januari 1963 BMKG mulai memasang dan mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang. Jenis seismograf ini adalah Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengneter Long Period 3 Komponen.

Selain untuk memonitor gempa di wilayah Indonesia, seismograf ini juga dapat memonitor aktivitas Sesar Lambang.

Aktivitas gempa di jalur Sesar Lembang sejak 2008 mulai dapat dimonitor secara lebih baik. Hal ini karena BMKG mulai mengoperasikan jaringan monitoring gempa digital (digital seismic network) menggunakan sensor gempa dengan kawasan frekuensi lebar (broadband).

Sebelum 2008, bukan berarti Sesar Lembang tidak terdapat aktivitas gempa. Jarangnya aktivitas gempa saat itu disebabkan karena sensor gempa belum sebanyak seperti sekarang, sehingga beberapa aktivitas gempa lokal dengan magnitudo kecil tidak terekam dengan baik.

Sementara itu, progres monitoring dan kajian gempa di Sesar Lembang kini sudah semakin maju. Berdasarkan penelitian Supendi dkk. (2018) yang dipublikasikan di Jurnal Geoscience Letters, dengan menggunakan jaringan sensor gempa regional milik BMKG, selama periode 2009-2015, telah mengidentifikasi 4 kejadian gempa di sepanjang jalur Sesar Lembang, hasil mekanisme sumbernya menunjukkan sesar geser mengiri (left-lateral faulting).

Selain itu, penelitian Nugraha dan Supendi (2018) yang dipublikasikan di Journal of Physics juga menunjukkan adanya 2 kejadian gempa pada 14 dan 18 Mei 2017 yang terjadi di sesar Lembang, keduanya juga memiliki mekanisme sesar geser mengiri.

Penelitian yang dilakukan Afnimar dkk. (2015) juga menunjukkan adanya aktivitas gempa di jalur Sesar Lembang. Penelitian tersebut menggunakan data seismik yang terekam oleh 4 stasiun seismik temporer milik BMKG selama periode Mei 2010 hingga Desember 2011 yang berhasil mencatat sebanyak 9 kali gempa di Sesar Lembang.

Pada 2019, BMKG kembali memasang sebanyak 16 sensor seismik periode pendek (short period seismograph) secara lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf broadband yang sudah terpasang sebelumnya di Jawa Barat dan Banten.

Sensor gempa yang baru dipasang 2019 ini sengaja dipasang “mengepung” jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis. Instalasi sensor baru ini bukan saja untuk tujuan operasional tetapi untuk tujuan kajian sesar aktif. Keberadaan sensor gempa yang makin rapat ini diharapkan dapat memonitor aktivitas sesar aktif di Jawa Barat secara lebih akurat.

Data hasil monitoring gempa di Sesar Lembang ini sangat penting untuk mengetahui tingkat keaktifan gempa, distribusi zona aktif gempa, mekanisme sumber gempa, studi strukur bawah permukaan bumi melalui teknik tomografi dan lain-lain.

Upaya ini dalam arti luas merupakan bagian dari meningkatkan pelayanan mitigasi gempa bumi di wilayah jalur Sesar Lembang khususnya dan di Jawa Barat pada umumnya.

Baca juga artikel terkait SESAR LEMBANG atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya