Menuju konten utama

Desain Rumah Anti-Gempa: Standar Pondasi Tahan Guncangan

Untuk menghindari kerusakan akibat gempa, desain dan pondasi bangunan mesti diperhatikan saat membangun rumah. Berikut standar pondasi tahan guncangan.

Desain Rumah Anti-Gempa: Standar Pondasi Tahan Guncangan
Ilustrasi Membangun Rumah. foto/Istockphoto

tirto.id - Indonesia merupakan negara yang cukup rawan dengan bencana gempa. Hal tersebut disebabkan letaknya berada di atas lempeng tektonik besar dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Saat antar-lempeng saling bertumbukan akan memicu aktivitas tektonik atau gempa.

Oleh sebab itu, negara rawan gempa perlu memperhatikan konstruksi bangunan yang berdiri di wilayahnya. Konstruksi rumah tahan gempa menjadi sebuah kebutuhan. Sementara itu, rumah yang dibuat asal-asalan berisiko roboh saat gempa mengguncang.

Bangunan rumah tahan gempa akan memperkecil kerugian materi saat gempa terjadi. Namun, lebih penting lagi, bangunan seperti ini memberikan rasa aman lebih tinggi untuk melindungi manusia yang sedang berada di dalamnya.

Ada beberapa kaidah yang perlu dipenuhi jika ingin membuat bangunan rumah anti-gempa. Sebagai misal, dalam membangun rumah bertingkat, gabungan batu, pilar dan kolom, mesti diperhatikan. Jika tidak, gempa berskala kecil pun akan membuat konstruksi roboh atau retak.

Desain Bangunan Tahan Gempa

Mengutip situs Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Kulonprogo, konstruksi bangunan tahan gempa mampu merespons secara baik saat bencana gempa melanda. Bangunan dapat bertahan dari keruntuhan dan memiliki sifat fleksibel untuk meredam guncangan.

Namun, untuk mencapai tingkat kekuatan yang sesuai standar, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam proses pembangunannya. Perancangan dan perhitungan memerlukan analisis, termasuk untuk urusan kombinasi beban, pemakaian material, sampai penempatan massa strukturnya.

Ciri utama bangunan tahan gempa secara fisik terlihat memiliki struktur sistem penahan gaya dinamik gempa, sistem penahan gempa, dan konfigurasi strukturnya berstandar anti-gempa. Oleh sebab itu, perancangannya memerlukan konsultasi dengan ahli yang berpengalaman untuk mendapatkan hasil maksimal.

Standar Fondasi Bangunan Tahan Guncangan

Membuat bangunan tahan gempa untuk tujuan bangunan komersil maupun hunian, perlu memperhatikan tiga hal penting yaitu fondasi, beton, dan beton bertulang.

Terkait fondasi, bagian ini menjadi unsur terpenting dari sebuah struktur bangunan yang letaknya berada paling bawah.

Elena Barmenkova, dalam karya ilmiah bertajuk "Design of Base and Foundation for the Earthquake-Resistant Building", menyatakan bahwa fondasi adalah bagian suatu struktur yang berguna dalam menyalurkan akumulasi beban bangunan ke struktur tanah.

Saat getaran gempa dirasakan lalu menjalar hingga ke bawah bangunan, maka fondasi mengalami penurunan daya dukung. Beban kinematik juga dialami fondasi seiring terjadinya pergerakan tanah saat gempa terjadi.

Oleh sebab itu, pembuatan fondasi untuk bangunan tahan gempa tidak boleh sembarangan. Ada beberapa prinsip yang mesti dipahami yakni meliputi:

  • Menopang massa struktur tanpa penurunan yang berlebihan;
  • Mentransfer beban gempa lateral yang besar antara struktur dan tanah;
  • Menahan gempa dan gaya guling yang diinduksi;
  • Menahan deformasi tanah transien dan permanen tanpa menyebabkan perpindahan berlebihan pada struktur atau distorsi dalam bidang pada elemen yang didukung oleh struktur fondasi
Fondasi mesti diletakkan pada tanah yang memenuhi standar. Kedalaman minimal untuk fondasi sekira 60-80 sentimeter. Terkait dengan akurasi dari kedalaman atau jenis fondasi yang akan diterapkan, dapat dilakukan uji sondir tanah di lokasi proyek bangunan terkait.

Uji sondir merupakan tindakan pengujian penetrasi yang bertujuan mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan dan kedalaman lapisan pendukung (lapisan tanah keras).

Tujuannya yaitu agar fondasi yang bisa dipakai untuk penyangga kolom bangunan di atasnya memiliki tingkat keamanan mumpuni. Dengan begitu, bangunan tetap kokoh dan tidak mengalami penurunan kualitas, yang bisa membahayakan keselamatan penghuni termasuk memperkecil risiko bangunan roboh.

Begitu hasil laporan diterbitkan, langkah selanjutnya dapat dilakukan proses perhitungan struktur bangunan. Perhitungan ini dilakukan oleh ahli konstruksi untuk menentukan kedalaman dan komponen tulangan struktur bangunan.

Baca juga artikel terkait GEMPA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof