tirto.id - China telah mendeklarasikan kedaulatan atas Sandy Cay yang berada di Laut China Selatan. Lantas, apa itu Sandy Cay South China Sea & kenapa bikin geram Filipina? Simak ulasan berikut ini.
Pada pertengan April, China mengunggah foto beberapa personel penjaga pantai China yang memegang bendera China di atas Sandy Cay. Wilayah terumbu karang tersebut merupakan wilayah yang disengketakan oleh Filipina dan China yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.
Mengutip laman The Strategist, pada 27 April 2025, enam personel Filipana juga mengibarkan bendera di Sandy Cay. Diketahui, Filipina dan China saling tuduh aktivitas ilegal di sekitar Sandy Cay. Ketegangan ini terjadi beberapa hari setelah Amerika Serikat dan Filipina meluncurkan latihan militer gabungan tahunan.
Apa Itu Sandy Cay South China Sea?
Laut China Selatan seluas 1,3 juta mil persegi dan pulau-pulau di dalamnya menjadi sasaran berbagai klaim dari pemerintah di seluruh wilayah tersebut.
China mengklaim hampir semua Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatannya. Sementara beberapa negara di sekitar Laut China Selatan mempertahankan klaim berdasarkan zona ekonomi eksklusif mereka, yang membentang 200 mil laut dari pantai.
Titik-titik utama yang disengketakan diantaranya Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly, termasuk Sandy Cay.
Sandy Cay South China Sea merupakan sebidang tanah kecil tak berpenghuni di Kepulauan Spratly. Sandy Cay hanya terletak beberapa mil dari fasilitas berskala besar China di Subi Reef dan instalasi militer Filipina di Pulau Thitu.
Secara geografis, Sandy Cay terletak sekitar 1,5 mil di barat laut Pulau Thitu dan 9,3 mil di timur laut Subi Reef.
The Guardian dalam laporannya menyebutkan, selama hampir satu dekade, Filipina dan China terlibat dalam pertikaian yang tidak terlalu intens tetapi terus-menerus mengenai Sandy Cay.
Wilayah terumbu karang tersebut memiliki luas 9,19 hektar dengan beberapa anjungan terumbu dangkal dan gundukan pasir. Sandy Cay secara alami terendam saat air pasang dan memiliki nilai fisik yang dapat diabaikan sebagai wilayah.
Namun para ahli hukum China memperhatikan Sandy Cay. Pasalnya, siapa pun yang memiliki kedaulatan atas wilayah Sandy Cay, maka berpotensi mengajukan klaim yurisdiksi atas Subi Reef.
Pada tahun 2023, Manila membuka pangkalan pemantauan penjaga pantai di sana di dekat Sandy Cay, tepatnya di Pulau Thitu. Pangkalan pemantauan tersebut digunakan untuk melawan agresi China di jalur maritim.
Di bawah pemerintahan Biden, pejabat AS berulang kali meyakinkan Filipina bahwa AS akan membelanya jika diserang di Laut Cina Selatan.
Alasan Filipina Geram
China dan Filipina mengibarkan bendera negara di gundukan pasir Sandy Cay, Laut Cina Selatan yang disengketakan. Keduanya mengklaim kedaulatan di perairan strategis yang dianggap sebagai titik api potensial konflik global.
Pada pertengahan April, media yang dikendalikan pemerintah China mengklaim bahwa Penjaga Pantai Tiongkok "menerapkan kendali maritim" dan "menjalankan yurisdiksi kedaulatan" atas Terumbu Karang Tiexian alias Sandy Cay.
"Petugas Penjaga Pantai China mendarat di Terumbu Karang Tiexian untuk melakukan patroli dan merekam bukti video aktivitas ilegal yang dilakukan oleh pihak Filipina," kata penyiar negara CCTV, dilansir dari CNN (29/4/2025).
Siaran tv tersebut menampilkan empat perwira China berseragam hitam berjalan di sepanjang gundukan pasir putih sementara perwira kelima memegang perahu karet di tepi air.
Siaran tersebut juga memperlihatkan empat petugas mengibarkan bendera China dan dinarasikan oleh penyiar sebagai "pertunjukan kedaulatan."
Beberapa hari setelah China mengibarkan bendera di wilayah Sandy Cay, angkatan laut, penjaga pantai, dan polisi negara Filipina mengerahkan empat tim dengan perahu karet menuju Sandy Cay.
Mereka mengamati kapal Penjaga Pantai China dan tujuh kapal milisi maritim China di dekat Sandy Cay.
Sebuah gambar yang diunggah oleh juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Jay Tarriela, di X memperlihatkan lima petugas mengibarkan bendera nasional Filipina di gundukan pasir putih.
Ketegangan ini bermula saat Filipina berencana membangun tempat berteduh bagi nelayan di wilayah maritim Sandy Cay pada tahun 2017.
Rencana dihentikan setelah China menentang rencana pembangunan tempat tersebut. Apabila tetap membangun di wilayah Sandy Cay, maka Filipina dianggap melanggar Deklarasi tentang Perilaku Para Pihak di Laut Cina Selatan tahun 2002, menurut laporan Aljazeera (28/4/2025)
Presiden Rodrigo Duterte menghentikan proyek tersebut dengan menerima jaminan dari China bahwa mereka tidak akan menduduki terumbu karang Sandy Cay.
Sejak saat itu, Sandy Cay tidak pernah diduduki oleh negara penggugat mana pun, tetapi kapal-kapal maritim Tiongkok telah berkeliaran di sekitarnya.
Melansir laman International Crisis Group, pada pertengahan April 2025, Penjaga Pantai China melakukan pendaratan di wilayah Sandy Cay untuk "menjalankan yurisdiksi kedaulatan". Berdasarkan foto yang diunggah di media, mereka mengibarkan bendera China di gundukan pasir tersebut.
Namun, kedaulatan ini ini dibantah oleh Angkatan Laut dan Penjaga Pantai Filipina dan mengklaim tidak ditemukan apapun setelah kehadiran penjaga pantai China di Sandy Cay.
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo
Masuk tirto.id






































