tirto.id - Budaya patriarki masih cukup kental di tengah masyarakat Indonesia. Budaya ini sudah ada sejak nenek moyang dan diturunkan pada generasi-generasi berikutnya hingga di era modern seperti sekarang. Lalu, apa itu patriarki, seperti apa konsep patriarki, dan apa saja contoh patriarki di masyarakat?
Secara garis besar, patriarki menggambarkan kedudukan laki-laki berada di atas perempuan. Hal inilah yang membuat kaum hawa akhirnya kehilangan hak-haknya dalam segala hal.
Bahkan, tak jarang patriarki menimbulkan konflik yang merugikan pihak perempuan, mulai dari anak perempuan yang kurang mendapat kasih sayang hingga kekerasan terhadap wanita.
Itulah kenapa saat ini banyak orang, khususnya perempuan, yang menentang budaya patriarki. Mereka beranggapan bahwa perempuan juga memiliki hak dan kedudukan yang sama, baik dalam keluarga, pendidikan, hingga dunia kerja.
Apa Itu Pengertian Patriarki?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, patriarki adalah perilaku yang mengutamakan laki-laki dibandingkan dengan perempuan di tengah masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Patriarki juga bisa diartikan sebagai sistem sosial yang menganggap laki-laki sebagai sosok otoritas utama dalam kehidupan sosial. Posisi laki-laki pun lebih tinggi dibanding perempuan, baik dalam aspek kehidupan sosial, budaya, hingga ekonomi.
Patriarki sendiri berasal dari kata patriarkat, yaitu sebuah struktur yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang peran utama. Dengan demikian, perempuan dianggap lebih rendah atau makhluk kelas dua yang tidak akan bisa melampaui kedudukan seorang laki-laki.
Budaya patriarki tak lepas dari konsep paternalis yang menganggap bahwa laki-laki atau seorang suami adalah simbol pemimpin sekaligus penentu terwujudnya fungsionalisme keluarga.
Dalam sistem patriarki, garis keturunan dari pihak laki-laki/suami sangat diutamakan. Sementara itu, perempuan dianggap sebagai sosok yang lahir dan ditakdirkan hanya untuk mendampingi laki-laki.
Pengaruh & Dampak Patriarki dalam Kehidupan Sehari-Hari
Budaya patriarki melahirkan ketidakadilan, terutama bagi pihak perempuan. Dalam jurnal “Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Budaya Patriarki”, Nanang Hasan Susanto menyebutkan ketidakadilan tersebut dapat berupa:
1. Subordinasi
Subordinasi atau penomorduaan artinya sebuah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin atau gender dianggap lebih penting dan lebih utama dibandingkan gender lainnya. Contohnya, dalam sebuah keluarga dengan ekonomi terbatas, anak laki-laki mendapatkan prioritas utama dalam hal bersekolah dibanding saudara perempuannya meskipun keduanya memiliki potensi akademik serupa.2. Marginalisasi
Marginalisasi atau proses pemiskinan/peminggiran menyebabkan perempuan tersingkir dan tidak bisa berkarier layaknya laki-laki. Perempuan dianggap lebih cocok melakukan pekerjaan rumah tangga.Kalaupun ingin bekerja di luar rumah, mereka hanya boleh melakukan pekerjaan yang dianggap pantas dan memiliki gaji lebih rendah daripada laki-laki, misalnya menjadi pembantu atau guru TK.
3. Stereotipe
Patriarki juga menyebabkan timbulnya stereotipe atau pelabelan yang merugikan perempuan. Misalnya, perempuan dilabeli sebagai sosok yang kerjanya hanya di rumah atau sebagai pendamping laki-laki saja.4. Kekerasan
Kekerasan mencakup kekerasan verbal, fisik, maupun mental, mulai dari pemukulan, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan semacamnya. Hal ini timbul karena adanya stereotip gender, perempuan pun dianggap lemah dan laki-laki lebih berkuasa.5. Beban ganda
Dalam sistem patriarki, perempuan menanggung beban ganda atau beban yang lebih berat, khususnya bagi perempuan yang bekerja di luar rumah. Seorang ibu pekerja yang sibuk dengan karier juga harus mengerjakan seluruh urusan rumah tangga.Hal ini karena pekerjaan rumah tangga memang sudah melekat pada diri perempuan, sehingga ibu pekerja pun akan merasa bersalah jika tidak mengerjakannya. Sementara bagi laki-laki, ia tidak merasa perlu membantu sang istri karena merasa itu bukan tanggung jawabnya. Bahkan, laki-laki dilarang untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.
Contoh Patriarki dalam Keluarga, Pendidikan, hingga Dunia Kerja
Berikut contoh gambaran budaya patriarki dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat:
1. Patriarki dalam Keluarga
Seorang perempuan, terutama sosok istri/ibu, dituntut harus mampu mengerjakan pekerjaan domestik. Misalnya membersihkan rumah, mencuci pakaian, memasak, dan lain sebagainya.Apabila seorang perempuan tidak cakap dalam melakukannya, maka ia akan dikucilkan atau dicap negatif oleh masyarakat. Namun, apabila ada seorang laki-laki dewasa (ayah) melakukan pekerjaan rumah tangga, maka ia akan dipuji.
Itulah kenapa anak perempuan sering dididik melakukan pekerjaan rumah tangga dari kecil, tapi anak laki-laki dilarang melakukannya.
2. Patriarki dalam Pendidikan
Patriarki dalam pendidikan sudah ada sejak zaman dulu, contohnya kaum laki-laki mendapatkan akses pendidikan lebih luas dibanding perempuan. Karena stereotipe perempuan adalah bekerja di dapur, ia pun dianggap tidak perlu bersekolah. Kalaupun bersekolah, perempuan tidak perlu sampai ke jenjang pendidikan tinggi seperti laki-laki.3. Patriarki dalam Dunia Kerja
Dalam dunia kerja, diskriminasi gender terjadi karena masih banyak orang yang beranggapan bahwa kompetensi laki-laki jauh lebih baik ketimbang perempuan. Contohnya perempuan tidak bisa mendapatkan jabatan-jabatan tertentu dalam sebuah perusahaan meskipun ia memiliki kemampuan yang dibutuhkan.Contoh lainnya adalah perbedaan gaji atau upah. Dalam beberapa kasus, masih sering ditemukan gaji pekerja perempuan lebih rendah ketimbang gaji pekerja laki-laki.
4. Patriarki dalam Media dan Budaya Populer
Patriarki juga dapat terlihat dalam budaya populer, misalnya di industri hiburan seperti musik dan perfilman. Dalam banyak karya, perempuan dilabeli sebagai sosok yang lemah, rapuh, dan tidak berdaya. Tak hanya itu, perempuan juga sering dijadikan sebagai objek seksual.Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani