Menuju konten utama

Apa Ciri Suami Patriarki dan Bagaimana Cara Menghadapinya?

Istilah "suami patriarki" ramai dibahas oleh warganet saat merespons pola hubungan rumah tangga Denny Caknan. Apa saja ciri suami Patriarki?

Apa Ciri Suami Patriarki dan Bagaimana Cara Menghadapinya?
Ilustrasi suami patriarki. foto/Istockphoto

tirto.id - Denny Caknan yang belum lama ini menikah dengan Bella Bonita dicap sebagai suami patriarki. Lantas, apa saja ciri patriarki dan benarkah Denny Caknan merupakan salah satunya?

Tudingan patriarki ini ramai ditujukan oleh warganet pada Denny Caknan setelah musisi asal Ngawi tersebut membagikan Instagram Story tentang Bella yang memasak malam-malam. Meski memasak malam hari biasa dilakukan oleh sebagian istri, tapi komentar Denny yang justru mendapat hujatan.

Saat itu Denny mengungkapkan pendapatnya bahwa fungsi seorang istri adalah untuk melayani suami dalam segala hal. Menurut Denny, hal itu penting dilakukan agar suami lebih betah di rumah.

Tak hanya itu, belum lama ini Denny Caknan dan Bella Bonita juga hadir dalam podcast Deddy Corbuzier. Omongan Denny pun kembali menuai pro dan kontra saat Deddy bertanya soal tugas mengurus anak.

Saat itu Denny mengatakan bahwa Bella sebaiknya merawat anak sendiri tanpa baby sitter. Alasannya, agar Bella terus sibuk mengurus anak dan tak perlu menemaninya konser.

Alasan Denny Caknan inilah yang kemudian menuai kontroversi. Warganet bahkan menilai bahwa Denny tergolong laki-laki patriarki karena ingin selalu dilayani seperti seorang raja dan ingin agar Bella menjadi istri yang penurut.

Apa Saja Ciri-Ciri Suami Patriarki?

Dalam jurnal Budaya Patriarki dan Kekerasan Terhadap Perempuan oleh Israpil, budaya patriarki menganggap laki-laki memiliki kedudukan lebih tinggi daripada perempuan. Istilah patriarki juga dipakai untuk menggambarkan sistem sosial yang menempatkan kaum laki-laki sebagai pengendali kekuasaan atas kaum perempuan.

Dalam budaya patriarki, laki-laki adalah sosok yang dominan dan memiliki kekuasaan. Sementara kaum perempuan dianggap lebih rendah sehingga harus patuh dan mengikuti arahan laki-laki.

Di Indonesia, budaya patriarki masih sangat melekat dan bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya anak laki-laki yang lebih disayang dalam keluarga atau perempuan yang dianggap terlahir untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, termasuk mengurus anak dan melayani suami.

Tak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini pun masih banyak laki-laki yang menganut budaya patriarki dan menerapkannya di dalam keluarganya. Berikut beberapa ciri laki-laki atau suami patriarki:

1. Merasa dominan atau paling berkuasa

Suami memang merupakan kepala keluarga. Namun, suami yang menganut patriarki akan merasa paling berkuasa sehingga menganggap derajat istri atau perempuan lebih rendah darinya.

Hal ini bisa terlihat ketika suami membuat aturan dalam rumah tangga secara sepihak atau memberi perintah untuk berbagai hal. Sementara istri harus patuh dan menuruti apa pun perintah sang suami.

2. Ingin selalu dilayani

Lantaran merasa paling berkuasa, suami patriarki pasti selalu ingin dilayani setiap saat, bahkan untuk hal-hal kecil. Mulai dari soal makan, menyiapkan baju, hingga yang berkaitan dengan aktivitas seksual.

Suami patriarki merasa dirinya harus dilayani seperti seorang raja dan tidak ada balasan atau timbal balik serupa bagi istri. Bahkan ketika istri kelelahan atau sakit, suami tetap menuntut untuk dilayani oleh sang istri.

3. Tidak suka jika istri bekerja

Dalam budaya patriarki, perempuan atau istri dianggap lebih pantas berada di rumah alias tidak bekerja. Itulah kenapa suami patriarki tak suka dan biasanya melarang istrinya untuk bekerja.

Kalaupun mengizinkan sang istri bekerja, suami umumnya tidak suka bila karier istrinya lebih bagus atau lebih tinggi darinya. Suami patriarki merasa bahwa kedudukannya harus selalu berada di atas istri, termasuk soal penghasilan/gaji.

4. Menganggap pekerjaan rumah tangga hanyalah kewajiban istri

Suami penganut patriarki menganggap bahwa pekerjaan domestik adalah kewajiban istri saja. Suami seperti ini umumnya tidak akan mau membantu atau terlibat dalam pekerjaan rumah, bahkan ketika istrinya tampak kerepotan.

Bagi sang suami, mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, menyapu, atau mencuci bukanlah kodratnya sebagai laki-laki. Pekerjaan seperti itu justru dianggap bisa menurunkan derajatnya sebagai suami.

5. Sifat buruknya dianggap wajar

Suami yang patriarki umumnya mewajarkan sikap atau perilakunya yang kurang pantas. Misalnya ia tidak mau membantu istrinya atau malas melakukan sesuatu dan lebih suka menyuruh sang istri.

Hal ini terjadi karena suami merasa punya kuasa dan berhak menentukan hal apa saja yang perlu ia lakukan. Jika diteruskan, sikap seperti ini bisa memicu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) karena suami merasa punya kendali penuh terhadap istrinya.

Bahkan, suami bisa menganggap bahwa KDRT adalah sesuatu yang wajar untuk dilakukan dengan dalih untuk mendidik istrinya.

6. Tidak mau menerima saran/nasihat istri

Suami patriarki biasanya anti kritik atau tidak mau menerima nasihat apa pun dari pihak istri. Hal ini karena suami menganggap dirinya punya kedudukan lebih tinggi sehingga merasa bahwa apa pun yang ia lakukan adalah benar.

Suami patriarki bisa memaksakan pendapatnya dan menolak pendapat istrinya. Bahkan ketika ia melakukan kesalahan dan istrinya menyampaikan hal yang benar, ia tidak akan mau mengakuinya.

Bagaimana Cara Menghadapi Suami Patriarki?

Patriarki mungkin tidak bisa dihapus sepenuhnya dalam sebuah keluarga, terutama di Indonesia. Namun, ada beberapa hal yang bisa ditoleransi dan ada yang tidak.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan saat berhadapan dengan suami patriarki:

1. Komunikasi

Mulailah berani mengungkapkan perasaan atau pendapat bahwa Anda tidak suka dengan sikapnya yang terlalu mengontrol/berkuasa. Pastikan untuk mengutarakan hal ini dengan sikap dan perkataan yang baik agar pasangan mau mendengar dan mudah menerimanya.

2. Berani bilang 'tidak'

Seorang istri harus berani menolak atau mengatakan 'tidak' ketika suami mulai melewati batas. Misalnya suami menyuruh istri melakukan pekerjaan rumah, padahal istri sedang sakit. Berikan alasan yang jelas dan logis kenapa Anda sebagai istri menolak perintah suami.

Anda juga dapat melakukan negosiasi dengan sang suami bahwa ada hal yang bisa dan tidak bisa Anda lakukan. Misalnya soal bekerja, Anda bisa minta izin untuk ikut bekerja dengan syarat tidak melupakan tugas sebagai istri di rumah.

3. Minta bantuan profesional

Saat permasalahan rumah tangga tidak menemukan jalan keluar, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional. Anda dan suami bisa mengikuti konseling pernikahan untuk menemukan solusi dan demi rumah tangga yang lebih baik.

Baca juga artikel terkait GAYA HIDUP atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari