Menuju konten utama

Apa Itu Banjir Lahar Dingin Semeru yang Buat Warga Mengungsi?

Banjir lahar dingin Gunung Semeru dilaporkan  terjadi sejak Kamis, 18 April 2024, malam hari. Ratusan warga mengungsi. Simak penjelasan lengkap.

Apa Itu Banjir Lahar Dingin Semeru yang Buat Warga Mengungsi?
Asap vulkanis yang keluar dari kawah Gunung Semeru terlihat dari Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Jumat (16/2/2024). ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/aww.

tirto.id - Ratusan warga dari 3 dusun di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dilaporkan mengungsi akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru yang menerjang sejak Kamis, 18 April 2024, malam hari.

Menurut laman rri.co.id, warga yang mengungsi terdiri dari penduduk yang bermukim di Dusun Kebondeli Selatan yang masuk wilayah Desa Sumberwuluh serta Dusun Sumberlangsep dan Dusun Sumberkajar, Desa Jugosari. Kedua desa berada di Kecamatan Candipuro, Lumajang.

Ketua Peduli Erupsi Gunung Semeru Lumajang, Nur Kholik menyebutkan banjir lahar dingin sudah terjadi sejak pukul 22.00 WIB, hari Kamis (18/4/2024).

Warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Petugas meminta penduduk yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Gunung Semeru agar tetap waspada. Puncak gunung dilaporkan mengalami hujan dan awan guguran panas berpotensi terjadi sewaktu-waktu.

Gunung Semeru Erupsi & Apa Itu Banjir Lahar Dingin

Berdasarkan situs web MAGMA Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), erupsi Gunung Semeru terjadi pada hari Jumat, 19 April 2024, pukul 06.45 WIB.

Tinggi kolom letusan teramati kurang lebih 500 m di atas puncak (± 4176 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah selatan. Hingga laporan ini dirilis, erupsi Gunung Semeru masih tetap berlangsung.

Warga di sepanjang Besuk Kobokan yang berjarak sejauh 13 km dari puncak atau pusat erupsi dihimbau tidak melakukan aktivitas. Masyarakat juga diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan.

Himbauan lain adalah tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunungc Semeru serta tetap mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Sebelumnya, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Yadi Yuliandi, menyatakan pengamatan kegempaan aktivitas Gunung Semeru pada Rabu (17/4) pukul 00.00-24.00 WIB menunjukkan adanya gempa getaran banjir.

"Terjadi satu kali gempa getaran banjir dengan amplitudo 20 mm selama 17.223 detik atau hampir 5 jam," ujarnya, seperti dikutip via Antaranews.

Pada saat yang sama, Gunung Semeru juga mengalami 33 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm dan lama gempa 41-170 detik. Lalu lima kali gempa guguran dengan amplitudo 3-8 mm dan lama gempa 48-129 detik.

Gataran banjir yang lama itu mengakibatkan aliran banjir lahar dingin Gunung Semeru sangat deras. Akibatnya, tanggul penahan di Dusun Sumber Kajang, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, mengalami kerusakan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang diakses secara daring, lahar merupakan semburan lumpur abu vulkanik bercampur air yang keluar dari kawah gunung berapi.

Sementara menukil laman Institut Teknologi Bandung, lahar dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni lahar dingin atau lahar hujan dan lahar panas yang diakibatkan oleh sebuah erupsi.

Lahar berasal dari hasil pemindahan material vulkanik yang belum mengalami konsolidasi. Beberapa jenis air dapat bercampur dengan material yang belum terkonsolidasi. Butiran material saling mendorong dan bercampur hingga tercipta lahar.

Untuk membikin lahar dingin, gunung harus memiliki volume material yang banyak sehingga terjadi tumpukan di gunung. Gunung Semeru dikatakan termasuk memiliki karakteristik material vulkanik berat.

Ketika meletus, sebagian besar material vulkanik tidak tersebar ke seluruh tempat. Namun menumpuk, lantaran massa yang berat. Air hujan yang turun dan kombinasi dengan kemiringan lereng menyebabkan terjadi aliran massa. Banjir lahar dingin bisa bergerak jauh karena terdapat percabangan sungai.

Baca juga artikel terkait ERUPSI atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra