tirto.id - Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, meletus memuntahkan lava dan abu vulkanik disertai sambaran petir pada Rabu (17/4/2024) pukul 20.15 WITA. Lantas, kenapa ada petir saat Gunung Ruang meletus dan apa dampaknya?
Sehari sebelum meletus, tepatnya pada 16 April 2024 pukul 10.00 WITA, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memang telah menaikkan status Gunung Ruang memang dari normal menjadi waspada.
Berselang enam jam, tepatnya pukul 16.00 WITA, berdasarkan pantauan visual dan instrumental vulkanik, status Gunung Ruang kembali ditingkatkan dari wasapada menjadi siaga.
Atas kejadian tersebut, Pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan sebanyak 1.585 warga dari total 11.615 warga Tagulandng Biaro, Sulawesi Utara, harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
“Dalam hitungan kami mengacu dari aplikasi Inarisk, ada sekitar 1.585 jiwa yang berisiko tinggi dan harus dievakuasi,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran video yang dipantau dari Jakarta, Kamis (18/4/2024) dikutip Antara.
Warga yang harus dievakuasi merupakan mereka yang tinggal berdekatan dengan Gunung Ruang yakni berada dalam radius 2,5 kilometer. Menurut PVMBG, zona aman berada minimal radius 6 kilometer dari pusat erupsi.
Kenapa Ada Petir saat Gunung Ruang Meletus?
Fenomena munculnya petir seperti yang terjadi saat letusan Gunung Ruang disebut dengan istilah petir vulkanik. Petir vulkanik terjadi hampir mirip dengan petir biasa, tetapi yang membedakannya adalah awan cumulunimbus yang menjadi pemicu petir tergantikan oleh awan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik yang menyembur saat erupsi terjadi.
Merangkum laman BPBD Jogja, letusan gunung berapi memancarkan banyak material panas dan gas ke atmosfer. Material ini mengandung partikel bermuatan, seperti abu vulkanik dan gas-gas yang terionisasi. Saat materi-materi ini bertabrakan dan berinteraksi, mereka dapat memisahkan muatan listrik, menciptakan kondisi yang sesuai untuk terjadinya petir.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap petir vulkanik adalah keberadaan ketinggian dan kondisi atmosfer sekitar gunung berapi. Letusan gunung berapi seringkali menciptakan kondisi cuaca ekstrem, seperti awan pirokumulus yang sangat tinggi dan cuaca petir. Ketinggian awan dan perubahan suhu dalam atmosfer sekitar gunung berapi dapat mempengaruhi pembentukan petir vulkanik.
Selain itu, letusan gunung berapi dapat memicu petir vulkanik karena adanya perubahan yang cepat dalam lingkungan sekitar, termasuk perubahan tekanan udara dan temperatur yang tiba-tiba, yang dapat menciptakan kondisi ideal untuk pembentukan petir.
Forbes menulis, petir vulkanik paling sering terjadi di sekitar gunung berapi dengan gumpalan abu yang besar, terutama selama tahap aktif letusan, di mana lava yang mengalir dan meleleh menciptakan gradien suhu yang paling besar.
Dampak petir vulkanik bisa sangat besar dan berbahaya, karena selain petir juga bisa menyebabkan terbakarnya material vulkanik yang mudah terbakar. Ini berpotensi mengakibatkan kebakaran di lingkungan sekitar gunung.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra