tirto.id - Thailand adalah negara yang dikenal sebagai gudang beras Asia Tenggara. Namun, Thailand sebenarnya tidak hanya terkenal akan hasil pertaniannya. Jauh sebelum itu, Thailand pernah dikenal sebagai pusat timah global.
Thailand merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Secara astronomis, Thailand terletak di 5° LU - 21° LU dan 97° BT - 106° BT. Luas wilayah Thailand kurang lebih 514.000 km² yang berbatasan dengan:
- Sebelah utara: Laos dan Myanmar
- Sebelah selatan: Malaysia
- Sebelah timur: Laos dan Kamboja
- Sebelah barat: Laut Andaman dan Laos.
Kedua, sebelah utara berkenampakan gunung-gunung. Ketiga, wilayah tengah didominasi lembah Sungai Chao Phraya yang mengalir ke Teluk Thailand. Keempat, sebelah selatan terdapat Tanah Genting Kra yang memanjang sampai Semenanjung Melayu.
Pada Januari 2023, jumlah penduduk Thailand mencapai angka 71.753.808. Suku yang mendominasi Thailand adalah Thai disusul Tiongkok dan Melayu.
Buddha menjadi agama mayoritas penduduk Thailand hingga mencapai 97 persen. Agama lain yang dianut penduduk seperti Islam, Kristen, dan Hindu.
Thailand merupakan salah satu negara agraris terbesar di kawasan Asia Tenggara. Banyak penduduk Thailand yang bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan.
Hal tersebut dibuktikan dengan Thailand sebagai gudang beras Asia Tenggara. Hasil pertanian dan perkebunan lain Thailand seperti tapioka, jagung, ketela pohon, minyak kelapa sawit, kayu jati, dan karet.
Apa Saja Barang Tambang di Thailand?
Selain pertanian dan perkebunan, Thailand juga dikenal sebagai negara yang berfokus pada sektor pertambangan.
Hasil tambah utama Thailand adalah timah, kemudian minyak, gas, permata, dan emas. Hasil tambang lainnya seperti biji besi, seng, batu bara, mangan, besi, lignit, hingga wolfram.
Produksi minyak dan gas Thailand telah dimulai sejak 1984 silam yang berpusat di Teluk Thailand. Hasil produksi minyak dan gas tersebut berhasil mengurangi ketergantungan Thailand dari impor energi asing.
Di sisi lain, tambang emas Thailand cukup terkenal karena kemurniannya yang tinggi. Tambang emas Thailand berpusat di dekat Bang Saphan.
Apa Hasil Tambang Utama Thailand?
Hasil pertambangan utama di Thailand adalah timah, baik timah putih maupun timah hitam. Bahkan sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Thailand dikenal sebagai pusat timah global. Penambangan timah Thailand waktu itu berpusat di sepanjang garis pantai Laut Andaman.
Akan tetapi pada 1985, harga timah anjlok sehingga menjadi catatan buruk bagi industri timah Thailand. Meskipun demikian, Thailand sudah membangkitkan industri timahnya, terbukti dengan memproduksi sebanyak 100 ton pada 2019. Bahkan pada 2020, Thailand mampu menembus angkat 700 ton dalam industri timah.
Negara penghasil timah terbesar di dunia adalah Tiongkok. Kendati demikian, Thailand masih sanggup masuk 10 besar penghasil timah terbesar di dunia setelah Laos, Malaysia, Peru, Brasil, Myanmar dan Indonesia.
Apa Hasil Utama Pertambangan di Indonesia?
Indonesia menjadi salah satu negara yang banyak memiliki sumber daya kekayaan tambang. Tiga hasil tambang terbesar yang dihasilkan Indonesia meliputi batubara, emas, dan timah.
Tercatat pada 2021, Indonesia berhasil memproduksi sebanyak 608 juta ton batubara, 26 ton emas, dan 34.048 ton timah. Hasil pertambangan Indonesia lain di antaranya minyak bumi, gas, pasir besi, bauksit, tembaga, nikel, aspal, mangan, belerang, marmer, hingga yodium.
Indonesia adalah negara kedua penghasil timah terbesar di dunia setelah Cina pada 2022. Waktu itu, Cina berhasil memproduksi timah mencapai 95.000 metrik ton, sementara Indonesia sebesar 74.000 metrik ton. Urutan tersebut disusul Myanmar 31.000 metrik ton, Peru 29.000 metrik ton, dan Brasil 18.000 ton.
Di sisi lain, Indonesia juga menempatkan diri sebagai negara produksi nikel terbesar di dunia.
Dalam booklet "Peluang Investasi Nikel Indonesia", Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa cadangan nikel Indonesia mencapai 72 juta ton pada 2020. Jumlah nikel Indonesia tersebut sekitar 52 persen dari cadangan nikel dunia.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno