Menuju konten utama

Airlangga Sebut Kajian Biodiesel B50 Diterapkan Semester II 2026

Hasil uji laboratorium program B50 sudah selesai dilakukan, tapi masih perlu persiapan di aspek teknis.

Airlangga Sebut Kajian Biodiesel B50 Diterapkan Semester II 2026
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memberi sambutan secara daring di 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2026 Price Outlook, Nusa Dua, Kamis (13/11/2025). Tirto.id/Sandra Gisela

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut pemerintah sedang mengkaji campuran bahan bakar nabati biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 50 persen (B50) untuk diterapkan pada semester kedua tahun 2026.

Airlangga turut mengungkap, program biodiesel B40 yang telah dijalankan berhasil menjadi salah satu yang terbesar di dunia.

"Melalui upaya tersebut, kita telah berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sekitar 41,46 juta ton setara karbondioksida," ungkapnya secara daring dalam sambutannya di 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2026 Price Outlook, Nusa Dua, Kamis (13/11/2025).

Selain penerapan B50, pemerintah juga tengah mengembangkan pemanfaatan minyak sawit untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable aviation fuel). Rencananya, bahan bakar penerbangan tersebut mulai dapat dipasarkan secara komersial dalam dua hingga tiga tahun mendatang.

"Di samping itu, kita terus melanjutkan hilirisasi. Bukan hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga meningkatkan nilai tambah produk, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan memperkuat industri nasional," terangnya.

Menurut Airlangga, minyak sawit menjadi pilar ekonomi yang penting bagi Indonesia. Pada bulan September 2025, neraca perdagangan mencatat surplus sebesar 4,34 miliar Dolar AS dengan minyak sawit sebagai kontributor utamanya. Selama tahun 2025 hingga September, ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 28,55 juta ton.

"India dan Cina masih menjadi pasar utama kita, sementara Jepang dan Selandia Baru menunjukkan potensi pertumbuhan sebagai pasar baru untuk produk non-migas. Rata-rata harga crude palm oil (CPO) dan produk turunannya stabil di kisaran 3 Dolar AS per kilogram," jelas Airlangga.

Sementara itu, untuk menjaga daya saing dan keberlanjutan, Airlangga mengatakan pihaknya sedang memperkuat sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk memastikan produksi minyak sawit Indonesia sesuai standar lingkungan dan global. Ke depannya, Airlangga mengungkap akan ada sistem informasi ISPO yang terintegrasi dan menghubungkan data validasi, sertifikasi, dan perdagangan.

"Sistem ini akan meningkatkan transparansi dan memungkinkan pelacakan produk secara real-time," katanya.

Di sisi lain, Eniya Listiani Dewi selaku Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyebut hasil uji laboratorium untuk program B50 sudah selesai dilakukan, tetapi diperlukan persiapan untuk aspek teknis.

Pengujian yang dilakukan meliputi masalah penyumbatan filter (filter clogging) dan performa mesin (engine performance). Eniya mengungkap, pengujian dilakukan dengan menggunakan dua jenis solar untuk melihat pengaruh kandungan sulfur di dalam solar. Selain itu, terdapat tes tambahan dengan menggunakan Hidrogenated Vegetable Oil (HVO).

"[Kebijakan] mandatorinya, kita tunggu kajian-kajian yang ada. Ada kajian teknoekonomi, ada kajian masalah teknis, ada kajian masalah ketentuan harga, lalu kajian tentang harga indeks pasar (HIP) juga ada," tambahnya.

Selanjutnya, Eniya mengungkap akan dilakukan uji jalan (road test) pada awal Desember 2025. Uji tersebut akan diselenggarakan di enam sektor, yakni otomotif, alat dan mesin pertanian, genset, pertambangan, perkeretaapian, dan perkapalan. Durasi uji tersebut bervariasi sesuai sektor, dengan rentang dua hingga delapan bulan.

Dalam uji jalan, pemerintah memutuskan untuk menggunakan campuran 50 persen turunan minyak sawit Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dan solar Pertamina. Hal tersebut dikarenakan harga biosolar hasil campuran tersebut lebih terjangkau, tetapi memiliki daya rusak mesin 30 persen lebih besar daripada biodiesel B40.

"Enggak ada tambahan HVO karena tadi sudah dua kali lipat harganya. Rencana ini memang pengaturan dari jadwal Pak Menteri [Bahlil Lahadalia]. Kita pindah ke awal Desember," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait MANDATORI BIODIESEL atau tulisan lainnya dari Sandra Gisela

tirto.id - Insider
Kontributor: Sandra Gisela
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Siti Fatimah