tirto.id - Kota Yogyakarta akan menggelar pesta Hari Ulang Tahun (HUT) ke-268. Puncak dari perhelatan ini adalah penyelenggaraan Wayang Jogja Night Carnival (WJNC). Namun, kemeriahan ini harus dibarengi dengan perhitungan, agar acara tidak terciderai politik praktis selama masa kampanye Pilwakot Yogyakarta 2024.
WJNC adalah acara tahunan yang dilaksanakan secara rutin sejak 2016. Kegiatan ini mengambil konsep karnaval jalanan yang menampilkan koreografi, busana, musik kontemporer, dan permainan lighting. Tema yang diusung dalam karnaval ini selalu tentang cerita wayang dan ditampilkan oleh 14 kemantren di Kota Yogyakarta.
Pada perkembangannya, konsep karnaval berkembang jadi street art dengan tidak meninggalkan unsur utama WJNC yaitu Tugu Jogja, kendaraan hias, wayang, dan diadakan pada malam hari. Bahkan, WJNC masuk ke dalam TOP 10 Kharisma Event Nusantara pada 2024.
Menilik gelaran pada 2023, WJNC mampu menjadi magnet bagi sekitar 40.000 wisatawan untuk hadir dan memadati kawasan sekitar Tugu Jogja. Disiarkan pula melalui kanal YouTube, gelaran ini mendapat perhatian 350.000 penonton. Selain itu, berdampak terhadap perputaran uang, yang menurut Dinas Pariwisata (Dinpar) Kota Yogyakarta, nilainya mencapai Rp92 miliar.
Besarnya dampak dari WJCN ini, menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menggelar karnaval tersebut tahun ini. Sebab, HUT Kota Yogyakarta ke-268 berbarengan dengan masa kampanye Pilwalkot Yogyakarta 2024. Tahun ini, WJNC akan digelar pada 7 Oktober 2024, sementara masa kampanye berlangsung pada 25 September-23 November 2024.
Pemkot Jogja Batasi Undangan dan Pemutaran Lagu
Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta, Sugeng Purwanto, mengatakan, WJNC merupakan gelaran rutin yang diselenggarakan sebagai puncak HUT Kota Yogyakarta. Namun, dia mengingat, peringatan HUT Kota Yogyakarta tahun ini berbarengan dengan masa kampanye Pilwalkot Yogyakarta 2024.
“Tahun ini, bersamaan dengan Pilwalkot, untuk kegiatan kampanye sudah dimulai 25 November. Artinya rangkaian (peringatan HUT Kota Yogyakarta) tetap dilakukan, puncaknya dilakukan tanggal 7 malam, dengan WJNC,” sebut Sugeng dalam konferensi pers di Balaikota Yogyakarta, Selasa (1/10/2024).
Sugeng bilang, Pemkot Yogyakarta menghormati rangkaian Pilwalkot. Sehingga, gelaran disusun dengan kegiatan yang dilaksanakan dalam kondisi sederhana. Termasuk di antaranya adalah pembatasan kehadiran undangan.
“Tamu undangan adalah mereka yang tidak mengaitkan HUT dengan politik praktis,” kata Sugeng.
Oleh sebab itu, kata dia, Pemkot Yogyakarta tidak mengundang semua kontestan Pilwalkot. Dia pun berharap, para kontestan bersikap bijak dengan menghormati keputusan tersebut sebagai upaya Pemkot Yogyakarta menjaga netralitas.
“Ndilalah teko dewe, kudune ora teko (kalau kontestan datang sendiri tanpa diundang, ya semestinya tidak datang). Nek ra diundang teko dewe ki yo wagu (kalau tidak diundang dan datang sendiri ya aneh),” kelakarnya.
Sugeng juga mengatakan pihaknya telah melakukan komunikasi pada masing-masing paslon kontestan Pilwalkot Yogyakarta. Poinnya menyampaikan bahwa mereka tidak diundang sebagai bentuk menjaga netralitas.
“Ada komunikasi dari pihak kami untuk menjaga netralitas tahun ini. Khusus ketiga paslon tidak diundang. Aspek netralitas ASN kami jaga betul,” kata dia.
Dalam menjaga netralitasnya, Pemkot Yogyakarta pun melarang pemutaran lagu yang telah digunakan oleh kontestan untuk kampanye. Sugeng juga minta jajarannya memperhatikan logo atau ornamen dekorasi dalam HUT Kota Yogyakarta ke-268 tidak terafiliasi pada kontestan tertentu.
“Menjaga netralitas. Sudah ada lagu yang digunakan oleh paslon, lagu tolong dicermati. Seneng-seneng, karaoke boleh, tapi jangan menggunakan lagu yang sudah di-branding oleh paslon. Atribut, tanda, kode, semeriah apapun tidak boleh digunakan,” kata dia.
Selanjutnya, Sugeng membeberkan HUT Kota Yogyakarta ke-268 mengambil tema Rikat, Rakit, Raket. Rikat menggambarkan kehidupan masyarakat Kota Yogyakarta yang selalu bergerak dan bekerja cepat. Rakit adalah berproses saling melengkapi menyempurnakan. Raket adalah kebersamaan yang saling mendukung.
Turut Perhatikan Koreografi dalam WJNC
Muhammad Zandaru, Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, membeberkan bahwa pihaknya menekankan netralitas penampil di WJNC. Oleh sebab itu, dalam sosialisasi dan pengawasan latihan di tiap kemantren, selalu diberi pemahaman agar tidak menunjukkan keberpihakan pada kontestan Pilwalkot.
“Baik penampil kemantren atau flashmob dilarang, untuk tidak menunjukkan keberpihakan pada paslon. Netralitas ASN kami tekankan betul. Jadi gelaran WJNC sebagai pesta rakyat puncak bebas kepentingan politik. Sudah kami tekankan,” ucap pria yang akrab disapa Ndaru.
Dikatakan pula, agar koreografi dalam pertunjukan tidak menunjukkan kode jari tertentu yang mengarah pada afiliasi politik. Dalam upaya pengawasan netralitas ini, Dinpar pun mengundang Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Yogya.
“Dalam gelaran ini, kami mengundang KPU dan Bawaslu untuk bisa memantau jika terjadi pelanggaran yang dilakukan,” kata Ndaru.
Hal senada diungkapkan Sugeng. Ia menegaskan, tidak ada tempat bagi kontestan Pilwalkot dalam penyelenggaraan HUT Kota Yogyakarta ke-268, termasuk dalam acara WJCN.
“Nek njedul (kalau ada kontestan Pilwalkot terlihat dalam WJNC), enggak akan dikasih kursi. Kalau di antara penonton, itu datang sebagai warga masyarakat,” kata Sugeng.
Sugeng pun sempat melontar canda, dengan mengatakan bahwa jika ada kontestan yang hadir dan meneriakkan kode-kode kampanye, akan ditindak oleh Kepala Satuan Polisi (Kasatpol) Pamong Praja PP, Octo Noor Arafat.
“Kalau di sana ada (yang teriak) ‘hidup…’, itu (kewenangan ditindak) Pak Octo. Kami betul upayakan senetral mungkin,” ujar Sugeng.
Octo mengatakan, kini Pemkot Yogyakarta memiliki Posko Desk Pilkada 2024. Posko ini dapat menjadi rujukan bagi warga yang ingin melaporkan temuannya terkait tindak kecurangan selama masa tahapan Pilwalkot Yogyakarta 2024.
“Ini (Posko Desk Pilkada 2024) gabungan Forkopimda dan OPD. Termasuk pengawasan ASN yang melanggar netralitas bisa disampaikan ke Desk Pilkada,” tegas Octo.
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz