Menuju konten utama

Mengenal Si Thole, Bus Wisata Jogja Peminum BBM Sampah Plastik

Si Thole merupakan shuttle bus yang dikelola oleh Forum Komunitas Kawasan Alun-Alun Utara (FKKAU) yang bermitra dengan Pemkot Yogyakarta.

Mengenal Si Thole, Bus Wisata Jogja Peminum BBM Sampah Plastik
Si Thole peminum BBM sampah plastik diberi stiker khusus sebab masih dalam uji coba. Diharapkan, semua armada Shuttle Si Thole nantinya akan menggunakan BBM dari sampah plastik. tirto.id/Siti Fatimah

tirto.id - Di samping kendaraan tradisional, transportasi umum adalah pilihan bijak dalam berwisata ramah lingkungan. Salah satu transportasi umum yang dapat dicoba saat berkunjung ke Yogyakarta adalah Si Thole.

Bus dengan dominasi cat warna hijau ini ramah lingkungan. Terdiri dari lima unit, salah satu busnya ternyata menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dari sampah plastik.

Shuttle Si Thole ada di dua titik kantong parkir di tengah Kota Yogyakarta, yaitu di tempat khusus parkir (TKP) Senopati dan TKP Ngabean. Jadi, tidak perlu khawatir usai memarkirkan kendaraan akan berjalan jauh menuju shuttle. Khusus untuk Si Thole dengan BBM dari sampah plastik, bertugas untuk melayani penumpang di halte Keraton Yogyakarta.

Harga tiket yang perlu dibayarkan untuk mendapat layanan Si Thole adalah Rp5.000 untuk satu kali jalan dan Rp10.000 untuk tiket terusan. Bus panoramic berkapasitas 15 orang ini akan mengantar ke tiga lokasi wisata di kawasan Jeron Benteng. Antara lain meliputi Keraton Yogyakarta, Kompleks Istana Air Tamansari dan Titik Nol Kilometer.

Si Thole ternyata merupakan shuttle bus yang dikelola oleh Forum Komunitas Kawasan Alun-Alun Utara (FKKAU) yang bermitra dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta. Terkait dengan salah satu bus yang menggunakan BBM sampah plastik, ternyata buah sinergi FKKAU bersama Get Plastic Indonesia hingga terhubung dengan Bank Sampah Go Green.

Sekretris FKKAU, Krisnadi Setyawan, mengatakan ada dua alasan tercetusnya Si Thole ber-BBM sampah plastik. Pertama, terkait dengan persoalan sampah di kawasan Alun-Alun Utara dan kawasan Nol Kilometer. Hal itu turut diikuti dengan kebijakan desentralisasi persampahan yang dicetuskan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Ini meningkatkan ongkos pembuangan, padahal sebagian besar adalah sampah plastik yang masih bisa diolah," ucapnya saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (14/8/2024).

Si Thole Peminum BBM Sampah Plastik

Si Thole peminum BBM sampah plastik diberi stiker khusus sebab masih dalam uji coba. Diharapkan, semua armada Shuttle Si Thole nantinya akan menggunakan BBM dari sampah plastik. tirto.id/Siti Fatimah

Alasan kedua munculnya ide Si Thole ber-BBM sampah plastik adalah adanya kebijakan di masa depan. Kata Kris, sapaan akrab Krisnadi, kawasan Tugu Jogja-Malioboro-Keraton (Gumaton) masuk dalam Sumbu Filosofi yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO.

"Angkutan umum di kawasan Sumbu Filosofi harus ramah lingkungan sesuai dengan Pergub No 2 tahun 2024. Sehingga kami mencari cara bagaimana menjawab persoalan sampah dengan kebutuhan angkutan wisata yang ramah lingkungan, jawabannya ketemu di BBM Solar yang dibuat dari sampah plastik," jabarnya.

Si Thole yang mulai beroperasi sejak 2014 pun mulai diujicobakan untuk menggunakan BBM dari sampah plastik yang di produksi oleh Get Plastic. Uji coba mulai dilakukan sekitar satu bulan lalu dengan 400 liter BBM solar sampah plastik.

"Selama hampir satu bulan kami berani klaim bahwa shuttle wisata Si Thole ini pertama kalinya di Indonesia, angkutan umum yang menggunakan BBM solar sampah plastik, sebelumnya belum ada. Ini Si Thole minum 100% solar dari plastik," lontarnya.

Terkait dengan mesin, Kris bilang, tidak ada masalah berarti selama uji coba berlangsung. Bahkan setelah kita uji emisi di fasilitas uji KIR Dishub Kota Yogyakarta, hasilnya sangat bagus.

"Nilai opasitas asapnya hanya 6-8% sedangkan pakai BBM pertamina nilai opasitas asapnya 14%. Maksimal batas yg diperbolehkan opasitas asap 40%," jelasnya.

Uji coba yang dinilainya ini membuat Kris berharap, semua armada Si Thole bisa menggunakan BBM solar sampah plastik.

"Semoga kami bisa segera mendapatkan mesin pirolisis pengolah sampah plastik jadi solar," sebutnya.

Secara ringkas, Kris menjelaskan, pembuatan BBM solar sampah plastik ini menggunakan metode pirolisis. Plastik jenis polypropylene (PP) dimasukan pada tabung reaksi tertutup kedap oksigen. Selanjutnya dilakukan pembakaran dengan suhu tetap sekitar 380°C.

"Hasil uapnya didinginkan/destilasi sehingga menghasilkan cairan bahan bakar. Pendinginan dan penyulingan bertahap menghasilkan tiga jenis BBM yaitu solar, bensin dan minyak tanah," bebernya.

"Tapi untuk jawaban yang lebih pas sebenarnya bisa ditanyakan ke Get Plastic, yayasan lingkungan yang membuat mesin pengolah sampah plastik jadi solar," imbuhnya.

Ayu Pawitri, Direktur Get Plastic menjelaskan, proses pembuatan BBM dari sampah plastik menggunakan mesin pirolisis yang diriset dan dikembangkan oleh Get Plastic.

Tugu Jogja

Tugu Jogja, Yogyakarta. (FOTO/iStockphoto)

"Metode yang digunakan adalah pirolisis/thermolisis di mana terjadi pemanasan sampah plastik dengan suhu 250-300 derajat celcius untuk menghasilkan output berupa BBM setara diesel dan gasoline," paparnya.

Ayu menyatakan, output berupa diesel telah diuji oleh Lemigas. Output lain berupa gas propilin disalurkan ke mesin penggerak lainnya, seperti mesin pengering. "Sisa akhir dari proses berupa black carbon residue diolah kembali menjadi produk atau merchandise," sebutnya.

Ayu juga membeberkan, material sampah plastik jenis polypropylene (PP) jadi yang paling baik untuk diolah menjadi BBM. Tapi, material sampah plastik lainnya seperti jenis polystyrene (PS) yang biasa disebut styrofoam dan LDPE atau PE-LD (low density polyethylene) pun bisa digunakan.

"Secara singkatnya, 1 kilogram sampah plastik jenis PP menghasilkan 1 liter (BBM). Sementara untuk 1 kilogram jenis PE, PS dan lainnya hanya menghasilkan 0,8 liter," pungkas Ayu.

Baca juga artikel terkait BBM RAMAH LINGKUNGAN atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - News
Reporter: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Fahreza Rizky