Menuju konten utama

Adakah Larangan dan Anjuran Bulan Mulud Maulid Nabi?

Larangan bulan Maulid Nabi masih beredar dan dipercaya oleh sebagian masyarakat. Bagaimana pandangan Islam terkait hal ini? Cek penjelasannya di sini.

Adakah Larangan dan Anjuran Bulan Mulud Maulid Nabi?
Ilustrasi Maulid Nabi Muhammad. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Anjuran dan larangan bulan Maulid Nabi sering dijadikan pedoman oleh sebagian masyarakat dalam melaksanakan kegiatan tertentu di bulan Rabiul Awal. Namun, benarkah ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan di bulan Mulud? Bagaimana pandangan Islam terkait hal ini?

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu tradisi penting dalam kehidupan umat Islam, khususnya di Indonesia. Maulid Nabi diperingati pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah dan dikenal juga sebagai bulan Mulud.

Pada momen ini, umat Islam mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai sosok teladan dan pembawa ajaran Islam. Masyarakat Indonesia biasanya akan menggelar berbagai kegiatan untuk menyambut Maulid Nabi, mulai dari menggelar pengajian, doa bersama, perlombaan, dan masih banyak lagi.

Semua itu menjadi bentuk rasa syukur dan kecintaan umat Islam terhadap Nabi Muhammad SAW. Secara keseluruhan, perayaan maulid dapat menjadi ajang untuk memperkuat keimanan sekaligus mempererat tali silaturahmi antar umat.

Di sisi lain, terdapat kepercayaan yang berkembang di masyarakat mengenai larangan dan anjuran khusus di bulan Mulud. Beberapa orang percaya bahwa ada hal-hal tertentu yang sebaiknya dihindari maupun dianjurkan untuk dilakukan di bulan ini. Lalu, apa saja larangan dan anjuran di bulan Mulud?

Adakah Larangan dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad?

Ilustrasi Hikayat Puja Puji Rasulullah

Ilustrasi Nama Rasulullah SAW. tirto.id/Sabit

Sebagian masyarakat meyakini adanya larangan bulan Mulud yang wajib dipatuhi, dan jika dilanggar, dipercaya akan mendatangkan musibah atau kesialan.

Perlu dipahami bahwa kepercayaan seperti ini tidak berkaitan langsung dengan ajaran agama Islam, melainkan berpatokan pada tradisi lokal atau kepercayaan yang diwariskan dari nenek moyang.

Salah satu contoh larangan bulan Mulud adalah larangan untuk menikah. Menikah di bulan Mulud menurut Jawa bisa mendatangkan kesialan sehingga calon pengantin disarankan untuk tidak menikah di bulan ini. Jika melanggar, konon akan ada musibah atau salah satu pengantin akan meninggal dunia.

Menikah di bulan Rabiul Awal menurut Jawa memang tidak baik. Namun, sekali lagi harus diingat bahwa kepercayaan ini tidak bersumber dari ajaran Islam, melainkan tradisi masyarakat Jawa. Terlebih, Islam sendiri tidak mengenal adanya hari atau bulan sial.

Dilansir dari laman Kementerian Agama, pernikahan adalah hal yang sangat dianjurkan dalam Islam karena termasuk salah satu bentuk ibadah dan jalan untuk menjaga kehormatan diri. Tidak ada ketentuan syariat yang melarang menikah di bulan Maulid maupun bulan lainnya.

Semua bulan dalam kalender Hijriah pada dasarnya baik dan layak untuk melangsungkan pernikahan, selama diniatkan untuk kebaikan serta dilakukan sesuai tuntunan agama. Menariknya, menikah di bulan Maulid justru bisa dipandang sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah SAW, sebab pernikahan termasuk sunah beliau.

Ilustrasi Menikah

Ilustrasi Menikah. FOTO/iStockphoto

Tak hanya bulan Mulud, tapi juga berlaku untuk bulan-bulan lainnya, termasuk Safar. Seperti yang diketahui, sebagian masyarakat Jawa masih mempercayai larangan menikah di bulan Safar karena bisa mendatangkan kesialan, termasuk ketidakharmonisan rumah tangga, ekonomi buruk, hingga nasib jelek bagi keturunannya.

Namun, mitos ini tidak memiliki dasar ilmiah, bahkan bertentangan dengan ajaran agama. Menikah di bulan Safar menurut Islam adalah diperbolehkan dan tidak dilarang selama dilaksanakan dengan niat ikhlas beribadah dan sesuai dengan tuntunan agama.

Selain pernikahan, ada beberapa larangan di bulan Mulud yang masih dipercaya sebagian masyarakat, misalnya larangan membangun rumah, memulai usaha, hingga menggelar pesta/hajatan.

Sama halnya dengan pernikahan, larangan-larangan tersebut tidak berdasar pada ajaran agama Islam, melainkan kepercayaan warisan nenek moyang.

Larangan bulan Maulid Nabi yang wajib dipatuhi adalah larangan yang memang berdasar pada ajaran agama Islam, misalnya larangan merayakan Maulid Nabi secara berlebihan, tidak memiliki manfaat, dan tidak sesuai koridor agama.

Adakah Anjuran Baik di Bulan Mulud Sambut Maulid Nabi Muhammad?

Ilustasi Muhammad

Ilustasi nama Nabi Muhammad SAW. foto/IStockphoto

Selain adanya Muludan larangan yang dipercaya sebagian masyarakat, ada pula anjuran-anjuran baik yang disarankan untuk dilakukan di bulan ini.

Rabiul Awal memang memiliki keistimewaan tersendiri karena pada bulan inilah Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Oleh karena itu, umat Islam menjadikan bulan ini sebagai momentum untuk memperbanyak ibadah, meneladani akhlak Rasulullah, serta menguatkan rasa cinta kepada beliau.

Menurut situs Kementerian Agama, berikut beberapa amalan yang dianjurkan untuk dilakukan pada bulan Mulud:

1. Puasa Sunah

Salah satu amalan yang dianjurkan di bulan Rabiul Awal adalah memperbanyak puasa sunah, terutama pada hari Senin. Hal ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW ketika ditanya tentang puasa hari Senin.

“Nabi SAW ditanya mengenai puasa hari Senin. Beliau menjawab: Itu adalah hari aku dilahirkan, pada hari itu aku diutus, dan pada hari itu aku mendapatkan wahyu." (HR Muslim).

Dengan berpuasa, seorang muslim tidak hanya menambah pahala, tapi juga mengekspresikan rasa syukur atas nikmat besar berupa kelahiran Nabi Muhammad SAW.

2. Memperbanyak Shalawat

Membaca shalawat merupakan bentuk penghormatan dan cinta kepada Rasulullah SAW. Dalam kitab Kanzun an-Najah wa al-Surur, Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali menganjurkan untuk memeperbanyak shalawat di bulan Rabiul Awal.

Shalawat sejatinya adalah doa dan permohonan kepada Allah SWT agar Nabi Muhammad SAW senantiasa dimuliakan. Shalawat juga bisa menjadi semacam penghubung spiritual antara umat dengan Nabi Muhammad SAW, dan seorang muslim bisa memperoleh keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.

PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Umat muslim mengikuti pembacaan Risalah Maulid pada peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Masjid Muyassarin, Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (19/10/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.

3. Bersedekah dan Berbuat Baik

Bulan Rabiul Awal menjadi momentum yang tepat untuk memperbanyak amal kebaikan, terutama sedekah. Memberi kepada fakir miskin, membantu orang yang kesulitan, atau menjenguk orang sakit adalah bagian dari amalan yang sangat dianjurkan.

Hal ini sejalan dengan akhlak Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama. Dengan memperbanyak sedekah, seorang muslim tidak hanya meneladani Nabi, tapi juga turut menebar kebaikan dan manfaat bagi orang lain.

4. Memperingati Maulid Nabi

Salah satu anjuran di bulan Mulud adalah memperingati Maulid Nabi itu sendiri dan tidak melewatkannya begitu saja. Imam As-Suyuthi dalam kitab Al-Wasail fi Syarhis Syamail menyebutkan keutamaan dalam memperingati Maulid Nabi, termasuk mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

Salah satu cara memperingati Maulid Nabi adalah membaca kisah kelahiran Rasulullah SAW. Membaca kisah Nabi bisa menjadi cara untuk menumbuhkan sekaligus memperkuat rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW.

Menurut Imam Suyuthi, malaikat akan mengelilingi rumah, masjid, atau tempat lain yang di dalamnya dibacakan kisah kelahiran Nabi. Malaikat akan mendoakan penduduk tempat tersebut dan Allah SWT akan melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada mereka.

Itulah beberapa anjuran dan larangan di bulan Mulud atau Rabiul Awal. Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita berpegang teguh pada ajaran agama, termasuk dalam hal yang berkaitan dengan perayaan Maulid Nabi. Tujuannya tentu saja untuk mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT.

Temukan informasi lain seputar Maulid Nabi, mulai dari sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW, tradisi Maulid Nabi di Indonesia, ide perayaan, hingga info menarik lainnya di tautan berikut ini:

Informasi Seputar Maulid Nabi

Baca juga artikel terkait MAULID NABI 2025 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani