tirto.id - India melancarkan serangan rudal ke wilayah Pakistan, menghantam setidaknya lima lokasi pada Rabu (7/5/2025) dini hari. Militer Pakistan melaporkan, tindakan ini menyebabkan delapan kematian dan 35 luka-luka.
India mengklaim serangan tersebut menyasar infrastruktur militan. Aksi ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara pemilik senjata nuklir tersebut akibat serangan militan bulan sebelumnya di Kashmir yang dikelola India, di mana India menuduh Pakistan terlibat, meskipun dibantah oleh Pakistan.
Pakistan mengecam serangan rudal itu sebagai agresi yang menewaskan warga sipil dan mengancam penerbangan komersial, dan menyatakan haknya untuk membalas. Sementara itu, India menyatakan bahwa serangan mereka terukur dan menyasar lokasi perencanaan serangan teroris, bukan fasilitas militer Pakistan.
Otoritas Pakistan menyatakan serangan itu menghantam Muridke dan Bahawalpur, dan melintasi Garis Kontrol di Kotli dan Muzaffarabad, Azad Jammu dan Kashmir. Salah satunya menghantam sebuah masjid di kota Bahawalpur di Punjab, di mana seorang anak tewas, dan seorang wanita serta seorang pria terluka.
Serangan balasan juga dilakukan oleh Pakistan tanpa merinci apapun. Pejabat di Pakistan dilarang memberikan keterangan apapun mengenai serangan balasan tersebut.
Awal Mula Konflik India dan Pakistan
Kembali memanasnya hubungan India dan Pakistan setelah terjadi serangan mematikan oleh kelompok bersenjata terhadap 26 turis di Pahalgam Kashmir, India pada Selasa (22/4/2025). India menuding ada keterlibatan Pakistan dalam serangan tersebut.
India kemudian menutup pos perbatasan darat utama dengan Pakistan, menghentikan sementara perjanjian pembagian air Sungai Indus, mengusir diplomat Pakistan, membatalkan visa bagi warga Pakistan, dan memperketat pengawasan terhadap media.
Tudingan India dibantah keras oleh otoritas Pakistan. Sebagai respons balasan, diplomat India di Pakistan diusir, visa untuk warga India ditangguhkan, wilayah udara Pakistan ditutup, serta menghentikan transaksi perdagangan dengan India.
Setelah peristiwa itu di wilayah Kashmir daerah perbatasan India dan Pakistan dilaporan dalam beberapa hari berturut-turut kontak senjata antara tentara India dan Pakistan berlangsung. Meski belum ada laporan mengenai korban jiwa dalam kontak senjata tersebut, kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu kini hubungannya kian memanas hingga dini hari tadi terjadi serangan rudal oleh India.

Sejarah Panjang Konflik India vs Pakistan
Konflik India dan Pakistan yang dilatari perebutan wilayah Kashmir ini memiliki sejarah yang panjang. Kashmir merupakan wilayah yang diperebutkan oleh India dan Pakistan hingga akhirnya dibagi menjadi dua. India menguasai sekitar setengah wilayah bekas negara bagian Jammu dan Kashmir, yang meliputi Jammu dan Kashmir dan Ladakh , sementara Pakistan menguasai sepertiga wilayah tersebut, yang terbagi menjadi dua provinsi, Azad Kashmir dan Gilgit-Baltistan.
Konflik India dan Pakistan bermula saat keduanya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1947. Berdasarkan Indian Independence Act, wilayah bekas jajahan Inggris tersebut dibagi menjadi dua: India yang penduduknya mayoritas Hindu dan Pakistan yang mayoritas penduduknya muslim.
Kerajaan-kerajaan kecil seperti Jammu dan Kashmir yang berada di wilayah tersebut diberi pilihan untuk bergabung dengan India atau Pakistan. Maharaja Hari Singh, seorang penguasa Kashmir memilih untuk tidak bergabung dengan salah satu negara demi mempertahankan kemerdekaan Kashmir.
Seiring berjalannya waktu, Hari Singh menandatangani perjanjian sementara dengan Pakistan untuk melanjutkan layanan transportasi. Namun, setelah invasi oleh pasukan bersenjata dari Pakistan, Hari Singh memilih bergabung dengan India. Hal ini memicu Perang India-Pakistan pertama pada tahun 1947-1948.
Melihat banyaknya kerusuhan yang terjadi, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan untuk merundingkan gencatan senjata. Gencatan senjata tersebut disepakati bersama antara India dan Pakistan pada Januari 1949.
Menghimpun berbagai sumber, konflik India-Pakistan kembali terjadi saat tentara Pakistan mencoba merebut Kashmir dengan paksa tetapi gagal, tepatnya pada tahun 1965. Akibatnya, Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri pertempuran dan melarang pasokan senjata ke kedua belah pihak.
Pada tahun 1972, India dan Pakistan menandatangani Perjanjian Shimla untuk mewujudkan perdamaian antar keduanya, tepatnya setelah Perang Kemerdekaan Bangladesh. Dalam perjanjian tersebut, disepakati garis kontrol sebagian wilayah Kashmir dikuasai India dan sebagian wilayah Kashmir lainnya dikuasai Pakistan.
Di tengah perebutan wilayah tersebut, China mengklaim menguasai 20 persen wilayah Kashmir, yaitu bagian timur laut wilayah yang disebut Aksai Chin.
Pada tahun 1989, pemberontakan bersenjata kembali terjadi di wilayah Lembah Kashmir yang dikelola India. Hal ini dipicu oleh keinginan sekelompok orang yang menciptakan negara merdeka berdasarkan tuntutan penentuan nasib sendiri.
Terjadinya konflik tersebut juga berakar dari ketidakpuasan atas pemilihan parlemen yang diselenggarakan oleh pemerintah India. Menanggapi hal tersebut, pada tahun 1990 India memberlakukan pemerintahan langsung.
Hal ini memperburuk situasi, mengakibatkan serangan kekerasan terhadap penduduk Hindu. Tercatat, 100.000 umat Hindu Kashmir melarikan diri dari lembah tersebut untuk menyelamatkan diri.
Pada tahun 1999, Konflik Kargil meletus ketika India melancarkan serangan udara terhadap pasukan yang didukung Pakistan yang telah menyusup ke Kashmir yang dikuasai India. Pakistan menolak untuk mengaku bertanggung jawab atas penyusupan tersebut, tetapi terpaksa menarik kembali pasukannya di bawah tekanan dari Amerika Serikat. Pakistan juga diskors dari Persemakmuran.
Setelah bertahun-tahun relatif damai, ketegangan kembali terjadi ketika pasukan bersenjata menyerang pangkalan militer India di Uri pada 2016. Serangan ini menewaskan 18 tentara. Di tahun yang sama, tentara India membunuh Burhan Wani, seorang komandan kelompok separatis Hizbul Mujaheedin yang berusia 21 tahun.
Kasus ini menyebabkan protes besar-besaran yang mengakibatkan jam malam dan penguncian di sebagian besar wilayah tersebut. Tentara India menggunakan senapan angin untuk membubarkan massa yang mengakibatkan ratusan orang buta.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Masuk tirto.id


































