tirto.id - Konflik antara India kontra Pakistan masih terus berlangsung. Awal tahun 2019 ini saja, sudah terjadi beberapa kali insiden yang memakan korban jiwa dan berujung saling tuding antara dua negara bertetangga itu. Sejarah perang India vs Pakistan sudah dimulai sejak 72 tahun silam. Inti masalahnya adalah berebut Kashmir.
Kashmir sudah menjadi sengketa bahkan sebelum Pakistan resmi berpisah dari India. Dikutip dari buku India: Bangkitnya Raksasa Baru Asia (2007) karya Irwan Suhanda, pemerintah nasional India mulai berdiri tahun 1946, sebagai persiapan pembentukan republik merdeka yang dijanjikan Inggris akan diberikan pada 1947.
Dua partai politik terbesar yakni Kongres Nasional pimpinan Jawaharlal Nehru dan Liga Muslim yang dimotori Muhammad Ali Jinnah menyepakati adanya dua dominion setelah India merdeka nanti. Akhirnya, tanggal 15 Agustus 1957 Inggris menyerahkan koloninya itu kepada dua dominion tersebut.
Dua dominion itu adalah wilayah India (Hindustan) yang mayoritas penduduknya Hindu dan wilayah Pakistan yang sebagian besar warganya memeluk Islam. Pakistan sendiri akhirnya berdiri menjadi negara berdaulat pada 23 Maret 1956. Kendati begitu, polemik terkait Kashmir sebenarnya sudah dimulai sejak 1947.
Kashmir: Surga yang Diperebutkan
Kashmir merupakan lembah luas yang terletak di ujung barat Pegunungan Himalaya. Secara politik, Kashmir terbagi menjadi tiga daerah: Jammu, Kashmir, dan Ladakh. Wilayah ini terkenal sangat subur dan indah karena dialiri oleh air lembah dari sungai-sungai, juga dikelilingi gunung.
Yang menjadi persoalan, kawasan Kashmir yang memang tak bertuan itu berbatasan dengan tiga negara berbeda. Selain India dan Pakistan, ada pula Cina yang teritorinya juga bersinggungan dengan Lembah Kashmir.
Eric Margolis dalam War at the Top of the World: The Struggle for Afghanistan, Kashmir, and Tibet (2004) mengungkapkan, India menguasai 43 persen wilayah Kashmir, Pakistan mengklaim 37 persen, sedangkan Cina 20 persen sisanya. Inilah yang membuat Kashmir disebut sebagai zona paling termiliterisasi di dunia.
Polemik yang paling sengit terjadi antara India dengan Pakistan. Urusan semakin rumit karena India pernah menuduh Pakistan telah memberikan 8 ribu kilometer persegi wilayah Kashmir kepada Cina. Dari situlah beberapa kali terjadi gesekan kecil antara India dengan Cina, terutama di kawasan perbatasan.
Setidaknya ada dua periode perang antara India dengan Pakistan terkait konflik Kashmir, yakni pada 1947 dan 1965, serta nyaris bertempur lagi pada 1999. Selain itu, pernah pula terjadi insiden antar kedua negara yang tidak terkait langsung persoalan Kashmir.
Perang Sebangsa Beda Agama
India maupun Pakistan sama-sama mengklaim Kashmir sebagai wilayahnya. India merasa berhak menguasai Kashmir setelah dimerdekakan Inggris. Namun, tulis Dhuroruddin Mashad dalam Kashmir: Derita yang tak Kunjung Usai (2004), Pakistan juga berkehendak serupa lantaran mayoritas penduduknya beragama Islam.
Sementara itu, sebagian warga Kashmir cenderung berpihak kepada Pakistan atas dasar seiman. Sebagian lainnya menginginkan Kashmir menjadi negara sendiri, merdeka dari India.
Pada 1947, kelompok muslim (sebelum Pakistan menjadi negara sendiri), merebut sepertiga wilayah Kashmir dan berusaha menyingkirkan orang-orang Hindu dari wilayah itu. Pemerintah India yang mayoritas Hindu tentunya tidak terima, lantas mengirim pasukan militer dan pecahlah kontak bersenjata.
Polemik berikutnya terjadi pada 1965. Pakistan menyusupkan orangnya ke teritori Kashmir milik India. Tujuannya untuk mempengaruhi warga Kashmir di wilayah itu agar memberontak. Namun, rencana tersebut gagal, dan justru India bisa merebut sebagian wilayah Kashmir yang diklaim Pakistan.
Merdekanya Bangladesh pada 1971 juga secara tidak langsung terkait dengan konflik India kontra Pakistan. Warga Bangladesh yang saat itu menjadi bagian dari Pakistan menuntut merdeka. India memanfaatkan situasi ini dengan membantu Bangladesh hingga menjadi negara sendiri.
Setelah hampir tiga dekade dilewatkan tanda konflik yang berarti, pada 1999 situasi memanas lagi. Pemicunya adalah masuknya tentara Pakistan dan beberapa orang militan Kashmir ke wilayah perbatasan de facto kedua negara. Bahkan, sempat terjadi saling tembak-menembak di pos milik India.
Dikutip dari Three Cups of Tea (2008) yang ditulis Greg Mortenson, Angkatan Udara India akhirnya mengangkat senjata terhadap Pakistan. Di sepanjang musim semi dan musim panas 1999, lebih dari 250 ribu peluru, bom, dan roket, menghujani Pakistan.
Hingga saat ini, konflik India vs Pakistan belum juga berakhir. Beberapa kali masih berlangsung insiden-insiden bersenjata meskipun dalam level yang tidak terlalu besar, juga aksi bom bunuh diri seperti yang terjadi pada 4 Februari 2019 lalu di Kashmir.
Polemik berkepanjangan antara dua negara yang sejatinya satu bangsa ini telah memakan banyak korban, gara-gara perebutan wilayah yang dibumbui oleh perbedaan agama.
Jason Mandryk dalam Operation World (2013) menyebutkan, peperangan melawan pemerintah India, baik yang dilakukan Pakistan maupun kelompok gerilyawan Kashmir, telah merenggut 40 ribu nyawa, belum lagi 800 ribu orang lainnya yang harus mengungsi.
Persaingan saling klaim wilayah tampaknya menemui jalan buntu. Namun, tulis Mandryk, isu-isu yang berkaitan dengan pemerintahan jangka panjang di Kashmir, status ekonomi, dan identitas negara bagian ini harus diselesaikan agar perdamaian dapat benar-benar tercapai.
Editor: Mufti Sholih