Menuju konten utama

TikTok Menjadi Media Edukasi Kesehatan, Pengguna Harus Kritis

Influencer berlatar tenaga kesehatan profesional memainkan peran penting dalam memerangi misinformasi di TikTok.

TikTok Menjadi Media Edukasi Kesehatan, Pengguna Harus Kritis
Ilustrasi tiktok. FOTO/iStockphoto

tirto.id - TikTok yang sekarang bukan lagi TikTok yang dulu. Di awal kemunculannya, pelantar media sosial berformat video singkat ini hanya digunakan untuk berjoget mengikuti alunan nada lagu tertentu. Lambat laun, pelantar ini pun berevolusi. Kini, semua informasi ada di dalamnya.

Bahkan, Gen Z sudah menjadikan TikTok sebagai pengganti Google sebagai mesin pencari andalan mereka.

Semakin ke sini, konten TikTok memang semakin variatif dan tak jarang provokatif. Pasalnya, narasi yang dituturkan di sana bisa sama sekali berbeda dibanding dengan apa yang disampaikan oleh media arus utama.

Contoh paling nyatanya adalah soal genosida di Gaza. Di saat media-media arus utama, khusunya dari Barat, selalu membela Israel, para kreator konten TikTok melancarkan kampanye kontra narasi yang didasarkan pada informasi langsung dari lapangan.

Fenomena semacam itu pun terjadi di berbagai bidang lainnya, termasuk kesehatan. Dengan lebih dari satu miliar pengguna aktif, TikTok kini berperan penting dalam membentuk percakapan kesehatan publik. Dalam banyak kasus, para influencer-lah yang membentuk persepsi tentang kesehatan dan kesejahteraan hidup, alih-alih tenaga kesehatan profesional. Mereka umumnya menyebar informasi dalam melalui tagar-tagar populer, macam #HealthTok, #HealthTips, dan #MedicalAdvice.

Miliaran kali sudah video-video dalam tagar tersebut disaksikan publik. Ini menunjukkan bahwa pengguna TikTok pun semakin bervariasi. Mereka tak hanya mencari hiburan, tetapi juga informasi yang berguna dalam banyak topik, tak terkecuali kesehatan.

Tren Kesehatan Paling Populer di TikTok

Beberapa tren terbesar di TikTok terkait kesehatan berkisar pada perubahan gaya hidup, kesehatan mental, dan manajemen penyakit kronis. Pengguna sering berbagi cerita pribadi, tip tentang cara mengelola berbagai kondisi, serta tantangan yang mereka hadapi dalam sistem kesehatan.

Konten seperti ini, bisa dikatakan lebih relatable bagi para penonton. Ada semacam ikatan emosional yang muncul antara kreator dan pemirsanya karena ada perasaan senasib.

Ketika penggemar perawatan kulit mengunggah video rekomendasi produk, advokat kesehatan mental berbagi strategi mengatasi kecemasan serta depresi. Sementara itu, pejuang penyakit kronis menggambarkan perjalanan mereka dengan penyakit autoimun atau diabetes.

Yang kemudian terjadi adalah terbentuknya semacam “komunitas” kecil di TikTok. Di sana, mereka saling menguatkan, saling berbagi, dan saling belajar tentang kondisi yang mereka alami masing-masing.

Meski begitu, penyebaran informasi dengan cara demikian juga bisa jadi problematik. Pasalnya, aksesibilitas informasi tidak selalu berarti akurasi.

Ketika tren seperti “Apa yang Saya Makan dalam Sehari” atau video obat alami mendapatkan perhatian, pengguna bisa saja jatuh pada informasi yang salah. Dan sampai saat ini, misinformasi masih menjadi musuh terbesar TikTok. Memerangi hal ini masih sangat sulit dilakukan, terutama dengan semakin banyaknya kreator serta konten yang mereka lepas ke "alam liar".

Faktanya, sebagian besar saran kesehatan di platform ini diberikan oleh influencer yang tidak memiliki latar belakang medis. Misalnya, saran tentang suplemen, tren diet, atau rutinitas perawatan kulit sering dibagikan tanpa dukungan bukti ilmiah.

Beberapa tren bahkan bisa dibilang berbahaya. Influencer yang mempromosikan diet berbahaya, standar kecantikan yang tidak realistis, atau obat yang belum teruji dapat memperburuk masalah kesehatan daripada menyelesaikannya. Konten yang tidak akurat atau menyesatkan, jika diikuti, justru bakal mencelakakan.

Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk tetap kritis terhadap konten kesehatan yang mereka konsumsi di TikTok. Meskipun aplikasi ini menawarkan beragam informasi, penonton perlu teliti dalam memilih sumber yang mereka percayai. Sumber yang dapat dipercaya—seperti profesional kesehatan yang terverifikasi—harus diprioritaskan dalam hal masalah medis yang serius.

Tenaga Kesehatan Profesional Merambah TikTok

Tentunya, tidak semua konten kesehatan di TikTok menyesatkan dan berbahaya. Belakangan, telah banyak profesional kesehatan yang menyadari potensi pelantar ini untuk menjangkau audiens yang luas dan terlibat. Mulai dari dokter keluarga hingga ahli kesehatan mental, semakin banyak tenaga medis profesional yang menggunakan TikTok sebagai media edukasi masyarakat.

Para profesional ini membuat pembicaraan tentang kesehatan menjadi lebih mudah dipahami dan didekati. Dengan menyederhanakan konsep medis yang kompleks menjadi klip singkat dan mudah dicerna, mereka membantu menguraikan kondisi dan opsi pengobatan.

Selain itu, tenaga medis profesional sering berinteraksi dengan audiensnya melalui sesi tanya jawab. Hal itu pun menambah elemen interaktif yang sering kali kurang dalam edukasi medis konvensional.

Beberapa profesional yang membuat konten kesehatan di TikTok telah membangun pengikut besar. Mereka pun secara efektif menjadi influencer bagi produk-produknya sendiri. Mereka menggunakan platformnya tidak hanya untuk mendidik masyarakat, tapi juga mengadvokasi praktik kesehatan yang lebih baik, meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat, dan mengurangi stigma terkait masalah kesehatan mental.

Influencer berlatar belakang tenaga kesehatan profesional juga memainkan peran penting dalam memerangi misinformasi. Konten mereka yang otoritatif berfungsi sebagai penyeimbang terhadap saran yang tidak akurat dan mendorong pengguna untuk mencari informasi yang berbasis bukti.

Banyak juga dari mereka yang mendedah tren viral, membongkar mitos berbahaya, dan mempromosikan alternatif yang aman.

Selain para tenaga kesehatan profesional, perusahaan farmasi dan pemasar kesehatan pun kini sudah ikut bermain di arena TikTok. Merek-merek ternama bereksperimen dengan berbagai konten unik untuk menjangkau konsumennya.

Perusahaan farmasi memanfaatkan kemitraan dengan tenaga medis profesional yang kredibel untuk menciptakan kampanye otentik. Kolaborasi ini memungkinkan perusahaan untuk berbagi informasi produk, mempromosikan inisiatif kesehatan, atau mendidik masyarakat tentang kondisi spesifik dengan cara yang menarik.

Itu sekaligus memberikan kesempatan bagi jenama-jenama kesehatan untuk keluar dari strategi iklan tradisional dan menjalin hubungan yang lebih kuat secara emosional dengan (calon) konsumennya.

Para pemasar kesehatan juga merasakan manfaat dari TikTok yang memang memberi penghargaan tersendiri pada engagement (keterlibatan). Alhasil, mereka bisa mendapatkan informasi pula mengenai perilaku audiens atau konsumen. Hal ini, secara otomatis, bakal membantu perusahaan memahami jenis konten atau bahkan produk apa yang paling menarik bagi pengguna.

Akhir kata, peran TikTok dalam membentuk tren kesehatan saat ini sudah tak terbantahkan. Kelemahannya tentu banyak, terutama dalam urusan misinformasi, dan pemberantasannya bakal selalu sulit. Namun, di sisi lain, ada aktor-aktor berkredensial yang siap membantu para pemirsa untuk memilih jalan yang benar melalui medium yang ringan dan menghibur.

Inilah mengapa posisi TikTok sebagai trendsetter dunia kesehatan rasanya bakal sulit untuk digusur dalam waktu dekat.

Baca juga artikel terkait TIKTOK atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Mild report
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi