tirto.id - Chroming menjadi tren di Tiktok. Namun, aksi ini justru menelan korban. Apa dampak negatif chroming bagi kalangan muda?
Platform media sosial TikTok dihebohkan dengan tren chroming. Konon, aksi dilakukan dengan cara menghirup bau atau asap kaleng hairspray, deodoran, hingga beberapa benda lain demi menciptakan efek tertentu.
Sejumlah remaja dilaporkan turut mengikuti tren chroming di TikTok. Akan tetapi, salah seorang justru menjadi korban dan dilarikan ke rumah sakit.
Apa itu aksi chroming yang menjadi tren TikTok dan bagaimana dampak negatifnya untuk para pengikut tren? Simak ulasan berikut ini.
Kisah Korban Tren TikTok Chroming & Dampaknya
Menurut laporan Firstpost pada 4 September 2024, seorang remaja bernama Cesar Watson-King mengalami pingsan di rumah pribadi yang berada di kawasan Doncaster, South Yorkshire, Inggris.
Sebelumnya, ia telah menghirup sekaleng deodoran karena menjalani tantangan melakukan aksi chroming. Seketika, Watson-King yang baru berusia 12 tahun dilarikan ke rumah sakit terdekat dan mengalami koma.
Berdasarkan pemberitaan iHeart sebagaimana mengutip Daily Mail, Cesar Watson-King menghirup sekaleng deodoran semprot pasca mengetahui tren tren chroming dari teman laki-laki yang lebih tua.
Watson-King mengalami kejang dan berhenti bernapas. Kata ibunya, ia sempat berfikir Watson-King bakal meninggal karena menghirup kaleng tersebut. Namun, sang putra akhirnya selamat usai menjalani perawatan selama delapan hari.
"Ketika polisi memberi tahu saya apa yang telah dia hirup, saya pikir dia akan mati. Saya tahu ada tulisan di bagian belakang kaleng (yang berbunyi):'Penyalahgunaan pelarut dapat membunuh seketika,'" ucap ibu Cesar Watson-King.
"Saya sangat senang sekali. Dia hampir kembali normal ketika dia keluar - makan, minum, dan tertawa. Dia hanya merasa lelah. Kami tidak tahu tentang kerusakan jangka panjang, tetapi ingatan jangka pendeknya sangat buruk. Dia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi," lanjtnya.
Tren TikTok chroming atau chroming TikTok dilakukan dengan cara menghirup asap kaleng deodoran, penghapus cat kuku, atau semacam hairspray. Tujuannya demi mendapatkan efek mabuk.
Menurut laman Dexerto, chroming termasuk sebuah istilah informal yang berasal dari Australia. Hal ini mengacu pada tindakan menghirup asap dari sumber beracun. Di antaranya kaleng aerosol, deodoran semprot, atau wadah cat.
Di platform media sosial TikTok, para pengguna yang terlibat aksi tren chroming mengunggah video mereka sekaligus menambahkan kata WhipTok. Tak ayal, Whiptok sudah ditonton mencapai lebih dari 546,3 juta kali dan menjadi sebuah istilah gaul.
Efek negatif chroming adalah memberikan efek seperti mabuk sementara. Hal ini mirip efek alkohol. Kegiatan tersebut dapat mengakibatkan efek samping yang mematikan.
Tren TikTok chroming bisa menyebabkan serangan jantung, kejang, dan mati lemas. Selain itu, efek lain adalah korban bisa koma, tersedak, cedera fatal, hingga menyebabkan kerusakan organ permanen.
Penyalahgunaan obat dalam jangka panjang turut menyebabkan gangguan kognitif, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan kehilangan ingatan. Kemudian gangguan penilaian dan IQ yang lebih rendah.