Menuju konten utama
Di Balik Tren Beauty Hack

Tren TikTok Asam Glikolat untuk Usir Bau Badan, Seberapa Aman?

Bahan aktif AHA dalam asam glikolat lazim dipakai untuk membersihkan wajah karena memiliki daya eksfoliasi tinggi. Apa jadinya jika dioleskan ke ketiak?

Tren TikTok Asam Glikolat untuk Usir Bau Badan, Seberapa Aman?
Header diajeng Gycolic Acid Ketiak. tirto.id/Quita

tirto.id - Apa kamu termasuk pengamat setia tren kecantikan dan beauty hack yang berseliweran di TikTok atau Instagram?

Kalau iya, kamu mungkin ingat setahun belakangan ini sejumlah influencer gencar memopulerkan pemakaian asam glikolat dan asam salisilat di ketiak.

Padahal, asam yang banyak ditemukan dalam cairan toner tersebut lazimnya diaplikasikan ke wajah untuk membersihkan, melembabkan, sekaligus memberikan sensasi kesegaran.

Nah, beberapa beauty enthusiast di dunia digital mengklaim bahwa asam-asaman ini mampu menetralkan bau badan atau bahkan mengurangi produksi keringat di ketiak.

Asam glikolat itu sendiri merupakan jenis asam alfa hidroksi (AHA), asam alami yang ditemukan dalam makanan. Asalnya dari tanaman tebu.

Ia bekerja dengan menghilangkan lapisan atas sel kulit mati. Pendeknya, asam glikolat dapat membantu memulihkan kerusakan pada kulit akibat sinar matahari.

Kita biasanya menggunakan produk perawatan wajah dengan kandungan asam glikolat untuk mengatasi jerawat, penuaan kulit, bercak kulit gelap di muka, sampai memudarkan bekas jerawat.

Sementara itu, asam salisilat tergolong sebagai asam beta hidroksi (BHA).

Asam salisilat mengurangi jerawat dan komedo dengan mengelupas kulit sekaligus menjaga pori-pori tetap bersih sehingga membantu mencegah munculnya jerawat.

Dalam industri kecantikan, kedua asam ini kerap digunakan sebagai eksfoliator untuk membantu meratakan tekstur kulit, memperbaiki hiperpigmentasi, dan meningkatkan pergantian sel.

"Kedua asam ini memiliki manfaat yang terbukti untuk kesehatan kulit, terutama dalam konteks perawatan wajah,” jelas dr. Arini Astasari Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV, spesialis dermatologi dari RS Abdi Waluyo Jakarta, “Tetapi penggunaan di area ketiak adalah aplikasi yang kurang lazim dan belum banyak diteliti."

Diajeng Gycolic Acid Ketiak

Ilustrasi wanita yang menderita bau badannya. FOTO/iStockphoto

Bau Badan: Kombinasi Keringat dan Bakteri

“Kamu harus tahu apa yang menyebabkan bau badan untuk memahami kenapa asam glikolat atau asam salisilat mungkin bisa membantu mengurangi bau badan,” kata Dr. Christopher Bunick, dokter kulit dan profesor dermatologi di Yale School of Medicine di Connecticut, seperti dilansir dari HuffPost.

Bunick menyinggung penelitian di jurnal Scientific Reports (2020) yang mengulas tentang jenis bakteri di balik aroma tubuh atau bau badan kita.

Bau badan merupakan ciri khas Homo Sapiens yang dapat ditelusur dari leluhur kita. Kemunculan bau badan itu tidak dapat dipisahkan dari keberadaan beberapa spesies mikroba komensal. Spesies bakteri normal yang hidup di kulit manusia, terutama di area ketiak, dikenal dengan nama Staphylococcus hominis.

Nah, bakteri inilah yang berperan mengubah enzim kimia dari keringat menjadi senyawa thioalcohol yang merupakan penyebab bau badan.

Menurut Dr. Priya Verma, direktur medis di Nova Aesthetic Clinic di Inggris, seperti dikutip dari Refinery29, klaim di TikTok bahwa asam glilkolat dapat mengurangi bau badan berkaitan dengan kemampuan asam tersebut untuk “menurunkan kadar Ph di ketiak sehingga menciptakan lingkungan yang sulit bagi bakteri untuk bertahan hidup”.

Area ketiak dan kelamin secara alami memang memiliki tingkat pH atau derajat keasaman yang lebih tinggi dari bagian tubuh lain.

Meski begitu, belum ada temuan ilimiah yang cukup kuat untuk mendukung efektivitas maupun keamanan kandungan asam sebagai penghilang bau badan.

Verma bahkan belum menemukan bukti cukup bahwa asam glikolat dapat mengurangi produksi keringat, “Faktanya, air dari keringat justru akan menetralkan asam glikolat dan mengurangi manfaat-manfaat dari pemakaian asam tersebut.”

Apa yang tidak diungkapkan dalam tren di TikTok adalah poin penting bahwa diperlukan keringat dan bakteri untuk menghasilkan bau badan. Kembali ditekankan oleh Bunick, "Padahal, bakteri itu sendiri tidak akan menghasilkan bau.”

"Jadi, jika hanya menggunakan asam glikolat atau asam salisilat untuk membunuh bakteri, betul, memang bisa membunuh bakteri tersebut. Akan tetapi, akar penyebab bau sebenarnya adalah kombinasi bakteri dan keringat,” terang Bunick lagi.

Diajeng Gycolic Acid Ketiak

ilustrasi duyung kegemukan dengan rambut di ketiak. FOTO/iStockphoto

Mengatasi Produksi Keringat Berlebih

Alih-alih fokus pada upaya pengenyahan bakteri di ketiak, penanganan produksi keringat berlebih melalui perawatan dermatologi lebih direkomendasikan oleh pakar kesehatan.

"Berdasarkan pedoman dermatologi untuk bromhidrosis [bau badan], perawatan yang lebih menyeluruh dan terarah melibatkan penggunaan antiperspirant berkandungan aluminium chloride, perawatan laser, botox, atau dalam beberapa kasus, tindakan bedah kecil untuk mengurangi produksi keringat berlebih penyebab bau badan," jelas dr. Arini yang juga dosen Universitas Ukrida ini.

Antiperspirant, baik yang dijual bebas di apotek maupun diresepkan oleh dokter, bisa membantu mencegah dan menekan produksi keringat berlebih. Antiperspirant berbeda dengan deodoran, yang fungsinya sekadar menutupi atau menyamarkan bau badan.

Meski beredar banyak rumor yang mengaitkan pemakaian antiperspirant atau deodoran berbahan aluminium dengan kanker payudara, situs American Cancer Society menegaskan, riset tentang topik ini masih terbatas. Selain itu, kebanyakan studi ilmiah belum menemukan kaitan kuat antara pemakaian antiperspirant dan penyakit kanker payudara.

Produksi keringat berlebih juga berpotensi ditangani dengan menghilangkan rambut ketiak melalui prosedur kecantikan laser hair removal. Menurut eksperimen yang hasilnya diterbitkan di Journal of Lasers in Medical Sciences (2020), tingkat bau badan partisipan membaik 63 persen setelah sesi laser terakhir.

Masih ada pula injeksi botox yang efektif mengurangi produksi keringat meski hanya sementara waktu. Berbagai riset menunjukkan botox bisa menekan produksi keringat lebih dari 50 persen setidaknya selama enam bulan.

Waspada Pemakaian Asam Glikolat di Ketiak

"Jika mempertimbangkan penggunaan glycolic atau salicylic acid di ketiak, sangat disarankan untuk memulai dengan konsentrasi sangat rendah (1-5 persen) dan melakukannya dengan hati-hati setelah uji tempel pada kulit," saran dr. Arini.

Terutama bagi kamu yang memiliki kulit sensitif, penggunaan asam ini dapat mengiritasi kulit. Lapisan kulit ketiak, kata dr. Arini, jauh lebih tipis dan sensitif dibandingkan dengan area wajah, sehingga risiko iritasi bakal jadi lebih tinggi.

Penggunaan asam glikolat dan salisilat konsentrasi tinggi tanpa pengawasan medis juga berpotensi menyebabkan dermatitis kontak, iritasi, kemerahan, dan pengelupasan kulit. Penting untuk kita pahami bahwa penggunaan di luar indikasi yang disetujui secara klinis selalu membawa potensi risiko.

"Glycolic acid, dengan sifat eksfoliasinya yang kuat, bisa memicu pengelupasan berlebihan, kemerahan, atau rasa terbakar. Salicylic acid, meskipun lebih lembut dalam konsentrasi rendah, dapat menyebabkan kulit menjadi kering atau teriritasi jika digunakan terlalu sering atau pada kulit sensitif, seperti ketiak," terang dr. Arini.

Masih ada alternatif bahan kimia lainnya untuk mengatasi bau badan, seperti aluminium-based compounds, yang menurut dr. Arini sudah terbukti secara ilmiah menurunkan produksi keringat, atau bahan alami seperti magnesium dan probiotik yang dapat menjaga mikrobiota kulit tanpa risiko iritasi tinggi.

Soda kue, bahan yang jauh lebih alami, juga bisa jadi alternatif untuk menetralkan asam di keringat.

"Minyak esensial seperti tea tree oil memiliki sifat antibakteri yang dapat membantu mengurangi kolonisasi bakteri. Pilihan lain ada tawas untuk mengontrol bau badan karena sifat astringen dan antibakterinya. Meski ada kekhawatiran tentang paparan aluminium jangka panjang, tawas alami dianggap lebih aman," pungkas dr. Arini.

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Daria Rani Gumulya

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Daria Rani Gumulya
Penulis: Daria Rani Gumulya
Editor: Sekar Kinasih