tirto.id - Bank sentral AS, The Fed, memberi sinyal akan menurunkan suku bunga dollar AS dalam waktu dekat. Dalam pertemuan tahunan pimpinan bank sentral, ekonom dan akademisi di Wyoming, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Senin (26/8/2024), Kepala The Fed, Jerome Powell, menyampaikan kemungkinan The Fed untuk menyesuaikan kebijakan.
"Waktunya tiba untuk sesuaikan kebijakan. Arah inflasi sudah jelas dan kapan serta berapa besar penurunan akan bergantung data, proyeksi dan perimbangan risiko," kata Powell sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Senin (26/8/2024).
Powell mengatakan, distorsi ekonomi akibat COVID-19 sejak 4,5 tahun lalu mulai memudar. Saat ini, inflasi turun signifikan dan pasar tenaga kerja tidak lagi panas sehingga perlu penyesuaian.
Analis dari Carnegie Investment Counsel, Chris Carey, menilai wajar The Fed menurunkan suku bunga. Ia beralasan, The Fed tidak bisa menunggu penurunan suku bunga lebih lama lagi karena bisa berdampak besar di publik.
"Bahaya menunggu hingga usai september untuk memotong suku bunga, terutama karena suku bunga menekan signifikan biaya berutang bagi dunia usaha dan individu," kata Chris.
Chris tidak memungkiri, ekonomi AS bisa semakin jatuh apabila The Fed tidak segera memotong suku bunga mereka.
"Terus menunggu bisa menggoyahkan ekonomi AS terlampau jauh. Angka pengangguran AS sudah naik hampir 1 persen angka terendah," tutur Chris.
Sementara itu, analis dari Scharf Investment, Brian Kwarez, meyakini The Fed akan menurunkan suku bunga sesuai pidato Powell. Akan tetapi, Brian meyakini, suku bunga akan turun bertahap.
"Saya kira jelas bahwa kemungkinan besar akan ada tiga kali penurunan lagi. Data bisa berubah sebelum pertemuan, tapi untuk besaran penurunan kemungkinan sebesar 25 basis poin," kata Brian.
Brian menduga, The Fed akan menurunkan bunga secara berangsur agar tidak mengejutkan pasar. Ia menduga angka penurunan akan berjalan pelan-pelan di masa depan.
"The Fed akan turunkan secara berangsur. Mereka tak ingin mengejutkan pelaku pasar, tapi mereka juga ingin seperti kata Powell, cegah pasar kerja melemah lagi. Jadi saya kira akan ada pemotongan kecil secara gradual bahkan ke angka 3 persen lebih rendah, bila inflasi capai target 2 persen," kata Brian.
Sumber: VOA Indonesia
#voaindonesia
Editor: Intan Umbari Prihatin