Menuju konten utama

Studi Terbaru: AI Tidak Bisa Baca Jam & Kalender, Ini Alasannya

AI ternyata tak lebih canggih dari otak manusia karena studi terbaru menunjukkan bahwa AI tidak bisa baca jam dan kalender. Simak penjelasannya di sini.

Studi Terbaru: AI Tidak Bisa Baca Jam & Kalender, Ini Alasannya
Ilustrasi AI Tidak Bisa Baca Jam. foto/istockphoto

tirto.id - Studi terbaru telah menunjukkan bahwa AI tidak bisa baca jam maupun kalender. Hal ini menjadi pengingat bahwa kecerdasan buatan tetap memiliki kelemahan dan kita sebagai manusia harus mewaspadai risiko yang mungkin timbul jika terlalu mengandalkan AI.

Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi yang dirancang agar sebuah komputer atau mesin dapat “berpikir” layaknya manusia. Di masa modern seperti sekarang, AI telah digunakan di berbagai bidang, mulai dari kesehatan, bisnis, hingga pendidikan.

Sebagai contoh, AI kini banyak digunakan sebagai customer service dalam bentuk chatbot untuk memudahkan bisnis. Di bidang kesehatan, AI membantu menganalisis data medis pasien dengan lebih cepat dan akurat sehingga mampu memberikan diagnosis penyakit lebih tepat.

Keberadaan teknologi AI tentunya sangat membantu kehidupan manusia karena bisa dimanfaatkan untuk mempermudah pekerjaan, bahkan melakukan tugas-tugas yang sangat rumit.

Di sisi lain, ternyata masih ada beberapa tugas sederhana yang sangat mudah bagi manusia, tapi tak bisa dikerjakan oleh AI, di antaranya adalah AI tidak bisa baca jam dan kalender.

AI Tidak Bisa Membaca Jam dan Kalender

Ilustrasi Jam dan Kalender
Ilustrasi Jam dan Kalender. foto/istockphoto

Sebuah studi terbaru berhasil mengungkap kelemahan AI yang tidak bisa membaca jam. Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam International Conference on Learning Representations (ICLR) 2025 dan dipublikasikan di arXiv (repositori daring untuk makalah ilmiah) pada 18 Maret 2025 lalu.

Dalam studi ini, para peneliti menguji sejumlah AI bertipe multimodal large language models (MLLMs). Ini adalah model kecerdasan buatan yang mampu memahami atau memproses informasi dari berbagai jenis data sekaligus, termasuk teks dan gambar.

Model AI yang digunakan dalam penelitian ini antara lain GPT-4o milik OpenAI, Gemini 2.0 dari Google, Llama 3.2-Vision milik Meta, dan Claude-3.5 Sonnet milik Anthropic.

Peneliti melakukan studi dengan cara memasukkan gambar jam dan kalender ke dalam beberapa model AI tersebut. Hasilnya, AI tidak bisa baca jam.

Model AI yang diteliti sering gagal mengidentifikasi waktu yang ditunjukkan oleh jam maupun kalender. Tingkat keberhasilan AI dalam membaca jam hanya 38,7%, sedangkan pembacaan kalender yang benar hanya sebesar 26,3%.

"Kebanyakan orang dapat membaca jam dan menggunakan kalender sejak usia dini. Temuan kami menyoroti kesenjangan yang signifikan dalam kemampuan AI untuk menjalankan keterampilan yang cukup mendasar bagi manusia," ujar Rohit Saxena, peneliti dari Universitas Edinburgh sekaligus penulis utama di studi ini seperti dikutip dari laman Live Science.

Lebih lanjut, Rohit Saxena mengungkapkan alasan tentang kenapa AI tidak bisa baca jam. Menurutnya, membaca jam membutuhkan kemampuan penalaran spasial, sementara sistem AI bekerja dengan mengandalkan pola dari data pelatihan sebelumnya.

Ilustrasi Kalender

Ilustrasi Kalender. foto/istockphoto.

Berbeda dengan manusia yang secara intuitif dapat memahami jam, AI harus mendeteksi jarum jam yang tumpang tindih, mengukur sudut di antara jarum, dan menavigasi berbagai desain jam (misalnya jam dengan angka romawi atau bentuk angka dengan gaya tertentu).

Hal ini jelas membutuhkan penalaran spasial yang kompleks, bukan hanya pengenalan visual sederhana. Maka, ketika AI diberikan gambar jam, mereka hanya mengenali bahwa itu adalah gambar jam, tapi tidak benar-benar bisa membaca waktu yang ditunjukkannya.

Tak hanya jam, AI juga kesulitan dengan tugas-tugas yang berkaitan dengan kalender. Peneliti sempat memasukkan pertanyaan seperti “Hari ke-153 di tahun ini jatuh pada hari apa?” dan tingkat kegagalan AI dalam menjawab pertanyaan ini terbilang tinggi.

Pembacaan kalender menuntut kemampuan aritmatika. Namun, meskipun aritmatika mudah dipahami oleh komputer tradisional, hal ini justru sulit dimengerti oleh AI model bahasa besar atau LLM.

“AI tidak menjalankan algoritma matematika, ia memprediksi jawaban berdasarkan pola yang dilihatnya dalam data pelatihan," kata Rohit Saxena.

Dari sini dapat diketahui bahwa meskipun AI terkadang dapat menjawab pertanyaan aritmatika dengan benar, AI sejatinya tidak benar-benar memahaminya karena penalaran atau proses berpikirnya tidak konsisten dan berbasis aturan.

Key Takeaway Penelitian Ini: Jangan Terlalu Bergantung pada AI

Ilustrasi Menggunakan AI

Ilustrasi Menggunakan AI. foto/istockphoto

Kecerdasan buatan, khususnya model bahasa besar (LLM), telah menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam berbagai tugas kompleks. Namun, mereka masih memiliki kelemahan dalam hal-hal yang dianggap sepele bagi manusia, yakni membaca jam dan kalender.

Penelitian tentang AI tidak bisa baca jam ini juga menunjukkan bahwa kecerdasan buatan memiliki kemampuan penalaran yang berbeda dengan otak manusia. AI sangat bergantung pada pola data dari pelatihan, bukan pada pemahaman logis.

Meski demikian, kelemahan AI dalam hal ini tidak serta-merta mengaburkan fakta bahwa AI punya manfaat besar bagi kehidupan manusia. AI mampu melakukan tugas secara cepat, efisien, dan dalam skala besar, misalnya terkait pengolahan dan analisis data.

Akan tetapi, peran manusia tidak bisa benar-benar dihilangkan. Manusia tetap dibutuhkan untuk memeriksa, mengkritisi, atau mengoreksi output yang dihasilkan AI, terutama tugas-tugas yang membutuhkan penalaran, termasuk seperti membaca jam dan kalender yang ternyata gagal dilakukan oleh AI.

Dari sini dapat diketahui bahwa jika tugas semudah membaca jam tidak bisa dilakukan oleh AI, maka ada kemungkinan bahwa AI pun akan melakukan kesalahan atau memberikan hasil yang tidak akurat pada tugas-tugas yang lebih berat.

Studi terbaru tentang AI tidak bisa baca jam dan kalender ini menjadi bukti kuat bahwa kehadiran AI hanyalah sebatas membantu pekerjaan, bukan mengambil alih dan menggantikan peran manusia.

Dengan memahami hal ini, kita sebagai manusia tetap harus cermat dalam menyelesaikan setiap tugas dan tidak bergantung sepenuhnya dengan AI yang punya kelemahan di sana sini. Jika terlalu mengandalkan AI, maka akan ada risiko besar dan berbagai dampak negatif di kemudian hari.

Baca juga artikel terkait KECERDASAN BUATAN atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Kueri
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani