Menuju konten utama

Risiko Makan Daging Berlebihan dan Panduan Porsi Makan

Apa risiko makan daging berlebihan bagi kesehatan dan panduan yang tepat.

Risiko Makan Daging Berlebihan dan Panduan Porsi Makan
Ilustrasi Tumis Bola Bola Daging. foto/IStockphoto

tirto.id - Hari Raya Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban. Masyarakat bisa mengonsumsi berbagai masakan berbahan dasar daging merah, baik daging sapi, kambing, maupun domba.

Olahan daging ini bisa menyehatkan karena mengandung banyak protein hewani. Namun, jika terlalu berlebihan dalam mengonsumsi daging merah justru akan menimbulkan risiko yang tidak baik bagi kesehatan tubuh.

Daging mengandung protein hewani dan lemak jenuh yang cukup tinggi sehingga perlu diwaspadai saat memakan daging. Sebab berdasarkan panduan makan dengan gizi seimbang “Isi Piringku” dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) kebutuhan protein hewani bagi orang dewasa ialah 70 gram dalam sekali makan.

Risiko Makan Daging Berlebihan

Melansir dari laman The Healthy, berikut merupakan penjelasan lengkap tentang risiko makan daging berlebihan bagi kesehatan tubuh:

1. Mengantuk

Protein yang terkandung dalam daging merah merupakan salah satu sumber energi yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna dari pada karbohidrat.

Biasanya, otak akan mengandalkan glukosa sebagai sumber energi yang cepat diserap oleh tubuh. Pasokan energi akan terhambat apabila tubuh terlalu banyak menerima protein yang lambat dicerna.

Efeknya, energi yang sampai jadi lebih lama sehingga membuat tubuh kurang fokus, mengantuk, dan kelelahan.

2. Sembelit

Risiko kebanyakan makan daging yang segera bisa dirasakan ialah sembelit.

Jika dibandingkan dengan buah dan sayur, kandungan serat dalam daging merah sangatlah minim.

Untuk mengatasinya, hindari mengonsumsi daging secara berlebihan dan imbangi dengan asupan makanan yang kaya akan serat. Selain itu, perhatikan pola makan bergizi lengkap dan seimbang dengan komposisi karbohidrat, protein, sayur, dan buah.

3. Dehidrasi

Terlalu banyak mengonsumsi daging merah akan meningkatkan kadar asam urat sehingga cenderung menjadi mudah haus. Hal ini mempengaruhi kinerja ginjal yang membutuhkan lebih banyak air untuk mengencerkan asam urat. Apabila kebanyakan makan daging dan tidak diimbangi dengan banyak meminum air putih maka tubuh akan rentan terkena dehidrasi.

4. Meningkatkan Risiko Batu Ginjal

Risiko kebanyakan memakan daging merah yang perlu diwaspadai ialah penyakit batu ginjal. Protein hewani mengandung asam purin yang akan terurai menjadi asam urat.

Jika kadar asam urat meningkat akan menyebabkan seseorang lebih berisiko terkena batu ginjal. Risiko lebih tinggi akan menyerang orang yang memiliki riwayat keturunan penyakit ginjal.

5. Meningkatkan Risiko Kanker

Terdapat studi yang mengungkapkan, efek terlalu banyak mengonsumsi daging merah dapat meningkatkan peluang seseorang terkena penyakit kanker usus besar.

Tak hanya daging merah, mengonsumsi daging olahan seperti sosis, papperoni, kornet, hingga salami juga memiliki risiko sejenis.

Untuk menghindari risiko tersebut, selain memakan daging merah secukupnya, anda juga perlu melakukan cek kesehatan secara rutin, rajin olah raga, mengelola stress, dan cukup tidur supaya tubuh tetap sehat.

6. Membahayakan Kesehatan Jantung

Salah satu manfaat serat ialah menjaga tubuh dari penyerapan kolesterol yang berlebih, sehingga dapat melindungi kesehatan jantung. Jika memakan daging merah atau daging olahan terlalu banyak, maka akan memberikan efek buruk pada jantung.

Daging merah mengandung lemak jenuh tinggi, yang menurut sebuah penelitian dapat meningkatkan kolesterol jahat sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung.

7. Meningkatkan Berat Badan

Anda mungkin pernah mendengar bahwa protein adalah asupan utama yang membentuk otot untuk berkembang setelah berlatih di gym. Meski demikian, terlalu banyak protein dapat memberikan edek samping yang tak diinginkan.

Jika anda terlalu makan banyak protein maka tubuh tidak menyimpannya sebagai protein, melainkan menyimpannya sebagai lemak. Hal ini tidak menguntungkan, kecuali anda ingin meningkatkan berat badan.

8. Kondisi Rambut dan Kulit Memburuk

Terlalu banyak makan daging akan memungkinkan anda mengurangi jenis makanan lain. Padahal makanan seperti sayur dan buah-buahan mengandung banyak vitamin seperti vitaminC. Vitamin C jarang ditemukan dalam makanan hewani, jadi anda kemungkinan akan kekurangan vitamin C.

vitamin C berperan dalam membentuk kolagen, yakni protein yang memberi struktur pada kulit, rambut, kuku, tulang, dan lainnya. Jika kekurangan vitamin c akan memberimbas pada kulit yang menjadi kasar dan rambut rontok.

9. Mudah Sakit

Kulit bukan satu-satunya tanda bahwa tubuh kekurangan vitamin C. Jika tubuh terasa lebih cepat tertular flu dan lama sembuhnya, anda harus memperhatikan kembali kebiasaan makan di setiap harinya. Turunnya vitamin C dapat berakibat pada turunnya daya tahan tubuh.

10. Tubuh Memerangi Peradangan

Sebuah penelitian di European Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa lemak jenuh yang terkandung dalam daging merah dapat meningkatkan peradangan di dalam tubuh. Parahnya, daging hanya mengandung sedikit anti oksidan yang berperan untuk melawan peradangan dibandingkan dengan makanan lainnya.

Adapun, supaya tubuh menerima nutrisi yang lengkap di setiap harinya, Kemenkes RI memberikan panduan makanan gizi seimbang yang bertajuk “Isi Piringku Sekali Makan”.

Panduan Makan Gizi Seimbang “Isi Piringku” dari Kemenkes RI

Kemenkes RI memperkenalkan metode makan baru dengan gizi yang seimbang yaitu “Isi Piringku”.

“Isi Piringku” merupakan kampanye Kementerian Kesehatan RI tentang acuan sajian sekali makan yang digunakan sejak tahun 2017 sebagai Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang sebelumnya sudah dikeluarkan tahun 1995.

Adapun, berikut penjelasan lengkap mengenai panduan makanan gizi seimbang “Isi Piringku” dari Kemenkes RI:

1. Makanan Pokok

Makanan pokok merupakan sebuah makanan yang mengandung karbohidrat yang sering dikonsumsi atau menjadi bagian dari budaya makan berbagai etnis di Indonesia. Beberapa jenis makanan pokok di antaranya nasi merah, jagung, ubi, singkong, talas, sagu, roti, pasta, mi, gandum, dan lainnya.

Panduan makan gizi seimbang untuk satu piring disarankan mengonsumsi makanan pokok sekitar 150 gram nasi. Hal itu setara dengan 3 centong nasi, 3 buah kentang berukuran sedang (300 gram), atau 1,5 gelas mie kering (75 gram).

2. Lauk Pauk

Lauk Pauk terdiri dari protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani seperti daging, ikan, unggas, ikan laut, telur, susu, dan hasil olahannya.

Sedangkan, sumber protein nabati di antaranya kacang-kacangan, tempe, tahu, susu kedelai, susu almond, dan sejenisnya.

Panduan makan gizi seimbang untuk satu piring disarankan mengonsumsi makan lauk hewani sekitar 75 gram ikan kembung. Hal itu setara dengan 2 potong ayam tanpa kulit ukuran sedang (80 gram), atau 1 butir telur berukuran besar (55 gram), atau 2 potong sapi ukuran sedang (70 gram).

Sementara itu, untuk lauk nabati dapat menonsumsi tahu 100 gram atau 2 potong tempe ukuran sedang (50 gram).

3. Sayuran

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang berguna sebagai anti oksidan sehingga dapat terhindar dari radikal bebas. Jenis sayuran yang bisa dikonsumsi di antaranya bayam, brokoli, sawi, buncis, kangkung, terung, labu siam, kacang panjang, kol, selada air, wortel, dan lainnya.

Panduan makan gizi seimbang untuk satu piring disarankan mengonsumsi 150 gram sayur atau sama dengan ukuran satu mangkuk yang berukuran sedang.

4. Buah

Buah-buahan mengandung berbagai vitamin dan mineral, seperti vitamin A, B, B1, B6, dan C. Selain itu, buah-buahan juga mengandung serat yang berguna sebagai antioksidan. Jenis buah-buahan terdiri dari jambu, mangga, apel, kelengkeng, jeruk, anggur, nanas, melon, semangka, pepaya, dan lainnya.

Panduan makan gizi seimbang untuk satu piring disarankan mengonsumsi 2 potong pepaya berukuran sedang (150 gram) atau setara dengan 2 buah jeruk berukuran sedang (110 gram), atau 1 buah pisang ambon berukuran kecil (50 gram).

Baca juga artikel terkait DAGING atau tulisan lainnya dari Yunita Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yunita Dewi
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Dipna Videlia Putsanra