tirto.id - Kalender Masehi merupakan sistem penanggalan yang memanfaatkan siklus waktu rata-rata peredaran bumi ketika mengelilingi matahari. Sementara itu, ada juga penanggalan lainnya yang berbeda dan disebut sebagai kalender Hijriah.
Dalam sebuah tulisan berjudul “Sejarah Kalender Masehi”, Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar (Majalah Observatoria, 2019, hlm. 3) menyebut kalender Masehi sebagai penanggalan matahari. Sementara itu, periode waktunya mencapai 365,2422 hari.
Sistem penanggalan ini mengalami perkembangan melalui perwujudan kalender Julian dan Gregorian. Lantas, bagaimana sejarah kalender Masehi dan perbedaannya dengan sistem penanggalan lain?
Sejarah Kalender Masehi: Julian dan Gregorian Menjadi Masehi
Kalender Julian hadir setelah adanya perombakan oleh Julius Caesar, ketua politik dan militer Romawi. Dalam Ilmu Falak Praktis: Hisab Waktu Sholat, Arah Kiblat dan Kalender Hijriah, Abd. Salam Nawawi (2016, hlm. 130) menyebut penanggalan Masehi berasal dari nama pencetusnya, Julius atau Julian.
Sebelum Julian berlaku, penanggalan kalender Romawi SM (sebelum Masehi) mempunyai Maret sebagai bulan pertama. Akan tetapi, hal ini dirasa masih terlambat 3 bulan dari jumlah musim yang semestinya. Oleh sebab itu, penanggalan menjadi kurang sesuai.
Pada 47 SM, Julius Caesar pergi ke Mesir dan memperoleh beberapa saran dari seorang astronom. Ia pun melakukan perombakan pada 45 SM terhadap kalender Romawi sehingga menjadi kalender Julian.
Penghitungannya berlaku sepanjang 365,25 hari. Kalender Julian ini menetapkan Januarius sebagai bulan pertama. Sementara bulan terakhirnya, ditetapkan dengan nama Desember.
Setelah Julian, kalender Gregorian hadir sebagai rombakan paling terbaru terkait penanggalan Masehi. Lebih dini, kalender ini baru diinformasikan mulai 4-15 Oktober 1582 oleh Paus Gregorius XIII.
Latar belakang perombakan Julian menjadi Gregorian terjadi karena adanya beberapa kesalahan dalam penghitungan hari. Pada kurun waktu 1000 tahun pertama misalnya, ada kesalahan yang tercatat mencapai 8 hari.
Selisih ini diselesaikan dengan cara pembagian tahun kabisat dan basitat. Pada kabisat, bulan Februari mempunyai tanggal hingga 29. Sementara itu, tahun basitat hanya memiliki 28 hari pada bulan Februari-nya.
Perbedaan Kalender Masehi dengan Penanggalan Lainnya
Pada dasarnya, kalender Masehi menggunakan sistem peredaran bumi mengelilingi matahari. Selain ciri tersebut, penetapan tahun pertamanya ditandai dengan hari kelahiran Yesus.
Hal ini berbeda dengan kalender hijriah, sistemnya dihitung berdasarkan pergerakan bulan mengelilingi bumi. Sementara tahun pertamanya ditandai dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW.
Perbedaan lain juga terjadi di antara periode waktunya. Pada kalender Masehi, terdapat masa waktu satu tahun selama 365,25 hari. Sedangkan kalender Hijriah, satu tahunnya mencapai periode 354,36708 hari.
Terakhir, ada juga perbedaan dalam penulisan atau bahasa penanggalannya. Masehi menggunakan huruf alfabet, sementara Hijriah menggunakan huruf dan angka bahasa Arab.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani