Menuju konten utama

Siapa Pemilik Ponpes Al Khoziny yang Bangunannya Ambruk?

Bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ambruk dan jadi sorotan. Siapa sosok pemiliknya? Ini profil KH. Abdul Mujib & penerusnya KH. Abdus Salam Mujib.

Siapa Pemilik Ponpes Al Khoziny yang Bangunannya Ambruk?
Susasana Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang dipenuhi ambulans usai sebuah mushalla di dalam kompleks ponpes mengalami musibah bangunan ambruk, Senin (29/9/2025). FOTO/ANTARA

tirto.id - Musibah robohnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur mengundang simpatik dari masyarakat luas. Selain aktif mengikuti perkembangan terkini evakuasi korban, publik juga penasaran dengan sosok pemilik Ponpes Al Khoziny.

Bangunan Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin (28/9) sekitar pukul 15.00 WIB. Saat itu, para santri sedang melaksanakan salat asar berjamaah di salah satu lantai di bangunan tersebut yang dijadikan musala.

Saat rakaat kedua, tiba-tiba atap bangunan tersebut roboh. Bangunan ini memang sedang dalam tahap pembangunan lantai tiga dan atap dek atas baru dicor di hari kejadian. Diperkirakan lebih dari 100 orang yang menjadi korban dalam kejadian tersebut.

Siapa Pemilik Ponpes Al Khoziny?

Ponpes Al Khoziny didirikan oleh KH Raden Khozin Khoiruddin sekitar tahun 1920-an. Putranya, Moh Abbas kemudian dipercaya untuk mengurus pondok pesantren tersebut.

Moh Abbas kemudian memberikan amanat pada putranya, KH. Abdul Mujib untuk meneruskan perjuangannya menjadikan ponpes Al Khoziny sebagai wadah untuk anak-anak menimba ilmu keagamaan.

Ibu KH. Abdul Mujib adalah Nyai Khodijah, saudara sepupu dari KH. Wahab Hasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Sejak remaja, KH. Abdul Mujib dikenal sebagai pribadi yang haus ilmu dan tidak segan berpindah-pindah dari satu pesantren ke pesantren lain untuk menuntut ilmu sekaligus mencari keberkahan (tabarrukan).

Kecerdasan dan akhlaknya menjadikan dirinya sosok yang banyak diminati untuk dijadikan menantu, termasuk oleh keluarga saudagar kaya dari Gondanglegi, Malang. Namun, lamaran tersebut ditolak oleh ayah demi menjaga prinsip kesederhanaan. KH. Abdul Mujib akhirnya menikahi Nyai Mudawwamah, seorang hafidhah (penghafal Al-Qur’an) dari Pasuruan.

Bersama Nyai Mudawwamah, KH. Abdul Mujib mengembangkan pesantren Al Khoziny. Dari pernikahan dengan Nyai Mudawwamah, lahir 12 anak, di antaranya Abdul Salam, Abdul Mu’id, Nur Khodijah, Maimunah, Abdul Mughni, Nur Hinda, Farihah, Muhammad Ubaidillah, Abdul Jalil, Muhammad Ali, Hj Naila, dan Hj. Atiqoh.

Dedikasi KH. Abdul Mujib dalam mengembangkan Pondok Pesantren Al Khoziny tak pernah surut, bahkan hingga masa-masa akhir hidupnya. Meski mengidap diabetes, ia tetap menjalani aktivitas kepesantrenan dengan semangat, tanpa mengeluh.

Ia wafat pada hari Selasa, 5 Oktober 2010, bertepatan dengan 26 Syawal 1431 H, dalam usia 77 tahun di RS Graha Amerta Surabaya. Kepergiannya meninggalkan warisan keilmuan dan perjuangan yang besar, yang hari ini diteruskan oleh putranya, KH. R. Abdus Salam Mujib yang menjadi pengurus Ponpes Al Khoziny saat ini.

Tidak hanya meneruskan estafet kepemimpinan pesantren, KH. R. Abdus Salam Mujib juga memainkan peran penting dalam tubuh NU setelah ditunjuk sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo.

Rais Syuriyah adalah tokoh tertinggi dalam pengambilan keputusan keagamaan dan arah kebijakan NU di suatu wilayah.

Baca juga artikel terkait PONDOK PESANTREN atau tulisan lainnya dari Prihatini Wahyuningtyas

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Prihatini Wahyuningtyas
Penulis: Prihatini Wahyuningtyas
Editor: Dipna Videlia Putsanra