tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyesalkan musibah ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. Pihaknya tengah melakukan investigasi terkait kejadian ini.
“Tentu kita sangat-sangat menyesalkan ya. Kita akan cek semuanya, saya tidak ingin melampaui apa yang sedang diinvestigasi di lapangan,” katanya di Kompleks Kementerian Investasi, Rabu (1/10/2025).
AHY pun menekankan pentingnya kualitas bangunan untuk menjamin keselamatan publik. Menurutnya, bangunan bukan hanya soal fungsi, tapi juga konstruksi.
“Yang jelas, ini juga menjadi bukti bahwa kualitas bangunan, konstruksi itu penting sekali. Karena bukan hanya kenyamanan atau fungsi, tetapi juga keselamatan yang paling utama,” ujarnya.
AHY juga menyatakan komitmennya untuk memastikan insiden serupa tidak terulang di masa depan. Bangunan mushala tiga lantai di Ponpes Al-Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB, saat para santri sedang menunaikan shalat Ashar.
Berdasarkan analisis Tim SAR gabungan dan ahli konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), penyebab runtuhnya bangunan adalah kegagalan konstruksi.
Jenis keruntuhan yang terjadi adalah “pancake collapse”, di mana lantai-lantai bangunan runtuh secara vertikal dan bertumpuk satu sama lain. Pola ini menyebabkan terciptanya celah-celah sempit yang sangat menyulitkan proses evakuasi.
Hingga Rabu (1/10/2025), korban jiwa bertambah menjadi lima orang meninggal dunia. Puluhan korban lainnya masih terluka dan dirawat di beberapa rumah sakit, sementara puluhan santri lainnya masih dinyatakan hilang dan diduga tertimbun reruntuhan.
Kondisi para korban yang masih tertimbun dilaporkan kritis. Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Basarnas, Emi Freezer, menyatakan bahwa bordes bangunan yang runtuh telah turun signifikan, sehingga semakin membatasi ruang gerak korban.
“Kami menemukan satu korban masih bisa merespons suara, tetapi posisinya sudah sangat sempit. Bordes bangunan yang runtuh turun signifikan 10–12 sentimeter, sehingga ruang gerak korban semakin terbatas,” ujarnya dikutip Antara.
Tim SAR gabungan yang berjumlah 375 personel terus berupaya mengevakuasi korban dengan mengutamakan fase “golden time” 72 jam. Untuk mencegah reruntuhan lanjutan, penggunaan alat berat masih ditunda. Sebagai gantinya, tim membangun terowongan kecil di bawah reruntuhan dan mengandalkan interaksi suara serta kamera khusus untuk menjangkau korban.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































