tirto.id - Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan gempa berkekuatan magnitudo 4,7 M yang terjadi di wilayah Bekasi pada Rabu, 20 Agustus 2025, pukul 19.54 WIB diakibatkan oleh aktivitas Sesar Baribis. Apa itu Sesar Baribis yang menjadi penyebab gempa Bekasi, lengkap beserta jalur dan lokasinya?
"Analisis parameter sumber gempa bumi menunjukkan bahwa gempa ini diakibatkan oleh sesar naik pada zona Sesar Baribis," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, mengutip laporan Antaranews pada Rabu (20/8/2025).
Pusat gempa Bekasi berada di koordinat 6,48 lintang selatan (LS) dan 107,24 bujur timur (BT) atau sekitar 14 kilometer tenggara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Gempa tersebut dirasakan oleh masyarakat yang berada di Karawang, Purwakarta Jawa Barat hingga Jakarta.
Apa Itu Sesar Baribis Penyebab Gempa Bekasi?
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama Pusat Studi Gempa Nasional dan beberapa peneliti pernah menyusun dokumen Peta Sumber Dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Pada dokumen tersebut disebutkan bahwa ada beberapa sesar yang aktif di Jawa bagian darat.
Sesar tersebut di antaranya Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, dan Sesar Baribis di Jawa Barat. Kemudian Sesar Semarang, Sesar Kendeng, Sesar Opak, Sesar Pasuruan, Sesar Probolinggo, dan Sesar Lasem.
Sesar Baribis merupakan salah satu jenis sesar naik (thrust fault) yang berkembang di bagian timur Provinsi Jawa Barat, tepatnya berada di ujung utara dari imbrikasi belakang busur di Jawa Barat.
Lokasi Sesar Baribis memanjang dari Majalengka sampai Subang dan teridentifikasi sebagai sesar naik yang dapat diamati dari topografi dan seismik refleksi. Dokumen resmi ini menyebut kegempaan sering terjadi di daerah Sesar Baribis.
Nama Baribis diambil dari nama Perbukitan Baribis di daerah Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat dan diperkenalkan pertama kali oleh Van Bemmelen.
Struktur sesar tersebut dapat diamati jejak-jejaknya sepanjang kurang lebih 70 kilometer, mulai dari Subang hingga ke daerah perbukitan Baribis, sebelah barat Gunung Ciremai.
Berdasarkan batuan yang disesarkannya, sesar ini terbentuk paling akhir setelah dua sesar besar yang lain, yaitu Sesar Cimandiri dan Sesar Lembang.
Lebih lanjut, Sonny Aribowo, peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN menjelaskan bahwa Sesar Baribis melewati sejumlah wilayah di Jawa Barat.
“Di Jawa Barat, sesar ini melewati Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, Purwakarta, Karawang, dan Bekasi. Ada indikasi melalui daerah selatan Jakarta (perbatasan dengan Depok) dan di daerah Bogor,” jelas Sonny, mengutip laman BRIN pada Kamis (21/8/2025).
Ia juga menjelaskan, Sesar Baribis hingga Sesar Kendeng merupakan sebuah sistem sesar yang kompleks dan besar, yang disebut Java Back-arc Thrust.
Melansir jurnal yang ditulis oleh Siska Febyani dkk berjudul Analisis Kerentanan Gempa Pada Jalur Sesar Baribis Menggunakan Metode Microearthquake (MEQ) yang dimuat dalam Bulletin of Scientific Contribution Geology, Sesar Baribis merupakan sesar muda (pola Jawa) yang terbentuk pada periode tektonik Pliosen Plistosen dan diyakini masih aktif hingga sekarang.
Pola struktur Sesar Baribis terbentuk pada lingkungan belakang busur (Back Arc Thrusting) dengan posisi paling utara. Berdasarkan hasil pengukuran metode Global Positioning System (GPS) oleh Meilano, dkk sejak 2008 hingga 2012, kecepatan pergerakan Sesar Baribis ialah 2 mm/tahun hingga 1cm/tahun.
Hasil penelitian ini menyebut Sesar Baribis diperkirakan adalah sesar aktif, terutama pada segmen bagian utara. Sesar ini diklasifikasikan menurut UBC tahun 1997 adalah Sesar Aktif Tipe C.
Melansir jurnal Elipsoida: Geodesi dan Geomatika berjudul Variasi Strain Di Sekitar Sesar Baribis Berdasarkan Data Pengamatan GPSKontinyu (2016-2018) yang ditulis oleh Ridho Ilahi dkk, seluruh segmen Sesar Baribis belum diketahui secara pasti.
Sesar Baribis diduga terbagi atas dua segmen, yaitu segmen timur dan barat. Segmen timur disebut area fix fault, yaitu segmen Sesar Baribis pada sisi timur yang bukti bukti keaktifannya dapat dijelaskan. Segmen barat disebut sebagai inferred fault, yaitu segmen Sesar Baribis pada sisi barat yang belum memiliki cukup bukti terkait eksistensinya.
Gempa yang mengguncang Jakarta pada 22 Januari 1780 berkekuatan magnitudo 7-8 merupakan contoh nyata ancaman gempa yang diakibatkan oleh pergerakan Sesar Baribis.
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo
Masuk tirto.id







































