Menuju konten utama

Sekolah Rakyat Jadi Fokus Penguatan Pilar Sosial

Mensos dorong pilar sosial Banjarnegara wujudkan Sekolah Rakyat lewat data akurat, pengabdian tulus, dan kolaborasi atasi kemiskinan ekstrem.

Sekolah Rakyat Jadi Fokus Penguatan Pilar Sosial
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) hadiri dialog bersama 285 Pilar Sosial di Pendopo Dipayudha Adigraha Banjarnegara, Minggu (25/5/2025). Acara ini menjadi sarana penting untuk menyatukan persepsi dalam upaya pengentasan kemiskinan. foto/Dok. Kemensos

tirto.id - Dalam kunjungannya ke Pendopo Dipayudha Adigraha, Banjarnegara, Minggu (25/5/2025), Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyampaikan arahan kepada para pilar sosial.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh 285 peserta yang terdiri dari pendamping PKH, TKSK, PSM, Karang Taruna, Tagana, Rehsos, serta Pordam. Dalam sambutannya, Gus Ipul menyoroti betapa pentingnya peran pendamping sosial dalam mendukung program-program unggulan Kementerian Sosial, terutama Sekolah Rakyat.

Menurutnya, pendamping sosial memiliki tanggung jawab besar sebagai ujung tombak dalam menjaring anak-anak dari keluarga penerima manfaat (KPM) agar bisa mengakses pendidikan melalui Sekolah Rakyat.

Program ini dirancang khusus untuk anak-anak dari keluarga paling miskin yang termasuk dalam desil 1 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Proses rekrutmen pun ditegaskan berlangsung secara transparan, tanpa adanya praktik titipan atau pungutan.

“Tidak ada titipan. Tidak ada pungutan. Semua berdasarkan data. Pendamping punya amanah besar untuk menghadirkan keadilan lewat pendidikan,” ujar Gus Ipul.

Ia juga menekankan pentingnya proses validasi dan verifikasi data DTSEN yang dilakukan oleh para pendamping sosial. Keakuratan data disebut sebagai fondasi utama seluruh kebijakan intervensi, karena kesalahan dalam pendataan berisiko menyebabkan warga miskin tidak mendapatkan bantuan negara.

“Kita tidak boleh membiarkan satu pun warga miskin tercecer dari intervensi negara hanya karena data yang tidak akurat,” tegasnya.

Selain itu, Gus Ipul menetapkan target tahunan bagi pendamping sosial untuk membantu setidaknya 10 keluarga keluar dari kemiskinan. Target ini ditekankan bukan sekadar angka administratif, melainkan bagian dari komitmen untuk mendorong perubahan nyata dan bukan memperpanjang ketergantungan.

Ia pun menyerukan kepada seluruh elemen pilar sosial untuk bekerja secara sinergis. Menurutnya, tantangan di bidang sosial terlalu besar jika ditangani secara individual. Karena itu, dibutuhkan kerja kolektif dari seluruh unsur seperti PKH, TKSK, Karang Taruna, Tagana, dan PSM agar mampu menciptakan dampak yang lebih luas.

“Tantangan sosial terlalu besar jika ditangani sendiri-sendiri. Pilar sosial harus jadi satu barisan,” ujarnya.

Sebagai penutup, Gus Ipul menyampaikan refleksi mendalam terkait arti pengabdian sejati. Ia mengingatkan bahwa kekuatan suatu bangsa bukan hanya bergantung pada banyaknya bantuan yang disalurkan pemerintah, tetapi pada ketulusan masyarakat dalam melayani sesama.

“Pengabdian tanpa sorot lampu adalah keteladanan sejati. Bukan banyaknya bantuan yang membuat bangsa ini kuat, tetapi banyaknya orang yang rela mengabdi untuk mengangkat sesamanya,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Ipul juga meninjau secara langsung perkembangan pelaksanaan Sekolah Rakyat di Banjarnegara. Sekolah ini direncanakan akan menampung 100 siswa pada tahap awal, dengan target berkembang hingga 300 siswa setelah gedung baru selesai dibangun.

Untuk sementara, proses belajar akan berlangsung di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang saat ini tengah direnovasi oleh Kementerian PUPR. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah menyediakan lahan seluas 7 hektare di Kelurahan Wangon untuk pembangunan jenjang SMP.

Dukungan terhadap program ini juga disampaikan oleh Bupati Banjarnegara, Amalia Desiana. Ia menyatakan apresiasinya atas langkah konkret dan cepat yang diambil Kementerian Sosial dalam membangun masa depan generasi muda dari keluarga miskin ekstrem.

“Terima kasih kepada Kementerian Sosial yang selalu hadir untuk masyarakat Banjarnegara,” ucapnya.

Hingga bulan Mei 2025, Sekolah Rakyat telah hadir di 63 lokasi di seluruh Indonesia, menjangkau 6.105 calon siswa yang tersebar di berbagai provinsi mulai dari Sumatera hingga Papua.

Dengan sistem pendidikan berasrama dan fasilitas lengkap, program ini menjadi bukti nyata keberpihakan negara terhadap kelompok masyarakat yang selama ini hidup dalam keterbatasan.

(INFO KINI)

Penulis: Tim Media Servis