Menuju konten utama
Hari Pahlawan

Sejarah Tugu Pahlawan Surabaya dalam Peringatan 10 November

Tugu Pahlawan dibangun untuk mengenang sejarah Pertempuran Surabaya 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Sejarah Tugu Pahlawan Surabaya dalam Peringatan 10 November
Ilustrasi Lokasi Tugu Pahlawa Surabaya. Sejumlah pelajar membentangkan bendera Merah Putih di lapangan Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (26/10/2019).. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/wsj.

tirto.id - Tugu Pahlawan di Surabaya merupakan monumen yang dibangun untuk mengenang sejarah Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Tanggal puncak pertempuran antara arek-arek Suroboyo melawan pasukan Sekutu/Inggris itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.

Tokoh yang menggagas dibangunnya Tugu Pahlawan adalah Doel Arnowo, Kepala Daerah Kota Surabaya periode 1950-1952. Ia mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar didirikan sebuah monumen untuk mengenang peristiwa 10 November 1945.

Pada 1951, Pemerintah Pusat menyambut baik usulan tersebut. Maka, secara resmi didirikanlah Tugu Pahlawan tepat di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, tepatnya di bekas Gedung Kempetai yang hancur terkena tembakan meriam Sekutu dari arah pelabuhan Tanjung Perak.

Sejarah Tugu Pahlawan Surabaya

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia sejak 1942, masyarakat Surabaya mengalami penderitaan, baik secara lahiriah maupun batiniah. Propaganda Jepang gencar dilancarkan. Tokoh-tokoh Indonesia yang dianggap mencurigakan akan ditangkap dan disiksa oleh Kempetai (Polisi Militer Jepang).

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, rakyat Surabaya melawan sisa-sisa serdadu Jepang. Bendera Jepang diturunkan dan diganti dengan bendera Merah-Putih.

Kurang lebih sebulan setelah proklamasi kemerdekaan, Sekutu, yang baru saja memenangkan Perang Dunia 2 dengan mengalahkan Jepang, masuk ke Indonesia, termasuk Surabaya. Kedatangan pasukan Sekutu itu ternyata diboncengi oleh serdadu Belanda dengan kedok Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Di Surabaya, para tentara Sekutu, termasuk Inggris dan Belanda, bermarkas di Hotel Yamato. Orang-orang Belanda pun mengibarkan bendera mereka di atas hotel tersebut. Hal ini membuat rakyat Surabaya semakin marah.

Pada 19 September 1945, terjadi insiden di Hotel Yamato. Arek-arek Suroboyo naik ke lantai atas hotel untuk merobek warna biru bendera Belanda sehingga tinggal menyisakan warna merah dan putih yang merupakan warna bendera Indonesia.

Sejak itu, terjadi rangkaian polemik antara rakyat Surabaya melawan pasukan Inggris, Belanda, juga sisa-sisa serdadu Jepang.

Tanggal 1 Oktober 1945, pejuang-pejuang Surabaya menyerbu markas Kempetai dan merampas senjata milik tentara Jepang.

Sorenya, terjadi perundingan antara perwakilan tentara Jepang dengan Pemerintah Daerah Surabaya. Dari perundingan tersebut disepakati bahwa Jepang akan menyerahkan Gedung Kempetai kepada rakyat Surabaya.

Ketika pertempuran 10 November 1945 terjadi, Gedung Kempetai tersebut hancur terkena meriam Sekutu dari arah pelabuhan Tanjung Perak.

Berangkat dari peristiwa itulah sejarah Tugu Pahlawan bermula. Tepatnya pada 1951, pemerintah daerah Surabaya mengusulkan untuk membangun monumen di bekas Gedung Kempetai yang hancur itu.

Tujuan pembangunan Monumen Tugu Pahlawan tersebut adalah memperingati Pertempuran Surabaya. Pemilihan lokasi Tugu Pahlawan di Gedung Kempetai tersebut dilakukan untuk mengingat peristiwa pengeboman bangunan tersebut, juga mengingat perjuangan para pahlawan.

Usulan tersebut pun diterima. Pembangunannya dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kota Surabaya, dibantu oleh Pemerintah Pusat, juga sumbangan dari para donatur.

Pada 10 November 1952, dalam peringatan Hari Pahlawan, Presiden Soekarno meresmikan berdirinya Tugu Pahlawan di Surabaya. Tugu Pahlawan melambangkan perjuangan arek-arek Suroboyo pada 10 November 1945.

Tugu Pahlawan dibangun dengan tinggi 41,15 meter, berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (canalures) sebanyak 10 lengkungan dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures, tersebut mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945.

Selain Tugu Pahlawan, terdapat puluhan tugu dan patung yang dibangun di atas kawasan yang menjadi titik-titik pertempuran arek-arek Surabaya melawan. Area tersebut kemudian ditetapkan sebagai Museum Tugu Pahlawan Surabaya.

Jejak Sejarah Lokasi Tugu Pahlawan Surabaya

Lokasi Tugu Pahlawan berada di Jalan Pahlawan, Alun-alun Contong, Kecamatan Bubutan, Surabaya, Jawa Timur.

Tugu Pahlawan Surabaya berdiri di atas tanah lapang yang cukup luas bekas Gedung Kempetai, kini di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Tempat berdirinya Tugu Pahlawan masih termasuk dalam area Museum Tugu Pahlawan Surabaya, atau tepatnya Museum Sepuluh November Surabaya.

Sarkawi B. Husain dalam Negara di Tengah Kota: Politik Representasi dan Simbolisme Perkotaan Surabaya 1930-1960 (2010) mengungkapkan, sebelum menjadi Gedung Kempetai, lokasi berdirinya Tugu Pahlawan Surabaya dulunya adalah Gedung Raad van Justitie, gedung pengadilan bagi orang-orang Eropa pada masa kolonial Hindia Belanda.

Raad van Justitie dimaknai sebagai simbol ketidakadilan dan penderitaan rakyat Surabaya. Banyak terjadi kasus ketidakadilan yang justru menguntungkan pihak Belanda. Sebagaimana yang disampaikan oleh Doel Arnowo, ketika mengadili administratur Belanda karena kasus pemerkosaan, administratur tersebut hanya dikenai hukuman 6 bulan saja.

Pada masa pendudukan Jepang sejak 1942, Gedung Raad van Justitie diambil-alih dan difungsikan menjadi Gedung Kempetai oleh pemerintah militer Jepang.

Setelah Indonesia merdeka dan terjadi perang mempertahankan kemerdekaan, gedung tersebut menjadi sasaran pejuang-pejuang Surabaya. Setelah digempur habis-habisan, pasukan Jepang menyerah dan pada 1 Oktober 1945 mengalihkan gedung tersebut kepada Pemerintah Daerah Surabaya.

Ketika Pertempuran Surabaya 10 November 1945 melawan Inggris terjadi, Gedung Kempetai telah diduduki oleh para pejuang Surabaya. Pihak Sekutu/Inggris menembakkan meriam dari arah Pelabuhan Tanjung Perak yang mengakibatkan Gedung Kempetai hancur.

Baca juga artikel terkait HARI PAHLAWAN atau tulisan lainnya dari Mohamad Ichsanudin Adnan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Mohamad Ichsanudin Adnan
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Fadli Nasrudin