tirto.id - Organisasi militer bentukan Jepang muncul sebagai upaya strategi menghimpun kekuatan militer dari rakyat untuk melawan sekutu. Upaya defensif ini dampak dari kekalahan Jepang dalam pertempuran di Laut Coral dan beberapa pertempuran di Asia Pasifik.
Tidak lama Jepang melakukan pendudukan di wilayah Indonesia, kurang lebih hanya 3,5 tahun saja. Namun demikian, apa yang berkaitan dengan masa pendudukan itu seolah masih menarik untuk disimak, salah satunya terkait organisasi militer di masa pendudukan Jepang.
Jepang mendarat pertama kali di Indonesia pada tanggal 16 Desember 1941 di Miri, pulau Borneo bagian utara. Sebelumnya, Jepang sudah lebih dulu menyerang Pearl Harbour (Pangkalan Laut Amerika di Asia Pasifik), tepatnya pada tanggal 8 Desember 1941, dan berhasil melumpuhkan kekuatan Pasukan Sekutu.
Lumpuhnya kekuatan Pasukan Sekutu, mengurangi kekuatan Belanda di Indonesia, sehingga memudahkan Jepang menduduki Indonesia. Akhirnya, Belanda menyerah tanpa syarat pada tanggal 9 Maret 1942 dengan ditandatanganinya perjanjian Kalijati. Dalam Perjanjian ini, pihak Belanda diwakili Jenderal Teer Porten (Panglima Angkatan Laut Hindia-Belanda), sedangkan pihak Jepang diwakili oleh Jenderal Immamura.
Jepang menguasai Indonesia selama 3,5 tahun yaitu sejak tahun 1942 sampai 1945. Akhir dari kekuasaan Jepang di Indonesia ditandai dengan tragedi pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Kemudian, disusul pada tanggal 15 Agustus, Jepang menyerah secara resmi kepada Sekutu. Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia, banyak kebijakan-kebijakan yang sudah dijalankan.
Organisasi Militer Bentukan Jepang
Dikutip dari Jurnal Inovasi: Sistem Penjajahan Jepang di Indonesia oleh Mohammad Ishak (2012:11), Jepang melakukan upaya defensif sejak bulan Mei 1942 setelah mengalami kekalahan pada pertempuran di Laut Coral (Australia) dan beberapa pertempuran di Asia Pasifik. Sehingga, Jepang melakukan upaya strategi menghimpun kekuatan militer dari rakyat untuk melawan Sekutu dengan membentuk dua organisasi militer yaitu Heiho dan Peta.
1. Heiho (Tentara Pembantu)
Heiho dibentuk pada tanggal 2 September 1942 atas instruksi dari Markas Besar Angkatan Darat Jepang. Di dalam bukuPerlawanan Supriyadi terhadap penjajahan Jepang di Blitar oleh Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat (2008:49), disebutkan Jepang berusaha keras mengumpulkan kekuatan Militer, salah satunya pembentukan Heiho sejak tahun 1942.
Menurut bukuModul Pembelajaran SMA: Sejarah Indonesia oleh Anik Sulistiyowati (2020:15), tujuan dibentuknya Heiho adalah membantu pekerja kasar militer berupa pembangunan membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang. Namun, dalam perkembangannya, Heiho kemudian dipersenjatai.
Adapun syarat menjadi Heiho yaitu berumur 18 sampai 25 tahun, berbadan sehat, berkelakuan baik, dan minimal berpendidikan sekolah dasar. Dalam kontribusinya melawan Pasukan Sekutu, Heiho berperang sampai ke Morotai, Burma, dan beberapa daerah lain.
Heiho terbagi atas pasukan Darat, Laut, dan Polisi (Kempeitei). Selain itu, Heiho dikelompokkan menjadi beberapa kompi, seperti kompi 16 bagian Jawa dan kompi 25 bagian atas daerah Sumatera. Dalam tugasnya, Heiho dibagi ke dalam beberapa bagian seperti pemegang senjata anti-pesawat, tank, artileri, dan pengemudi.
Dikutip dari bukuBapak Kepolisian Negara Republik Indonesia: Jenderal Polisi R.S. Soekanto, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang pertama oleh Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, 1945-1959 (2000:40), menurut Jenderal AH Nasution, Jepang melakukan pembubaran dan pelucutan senjata terhadap Peta dan Heiho pada tanggal 18, 19, dan 20 Agustus 1945. Namun, dalam perkembanganya setelah kemerdekaan, Heiho dileburkan ke dalam BKR.
2.
Peta (Pembela Tanah Air)
Peta dibentuk atas usulan tokoh bernama Gatot Mangkoepradja yang mengirimkan surat kepada Gunseikan (pemimpin militer tertinggi Jepang) di Jakarta. Isi surat tersebut adalah memohon dibentuknya pasukan para pemuda lokal untuk membela tanah air dari serangan Pasukan Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.
Kemudian, pada tanggal 3 Oktober 1943, dibentuklah organisasi militer bernama Peta. Pembentukan ini berdasar kepada Maklumat Osamu Seirei No.44 yang berisi pengaturan terkait pembentukan organisasi militer bernama Peta.
Dilansir dari lamanUniversitas Malahayati Bandar Lampung, pembentukan ini sebagai wujud simpati kepada rakyat Indonesia supaya membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Pelatihan Peta dilakukan di kompleks militer Bo-ei Giyugun Kanbu Resentai daerah Bogor (Jawa Barat). Hasil dari bentukan Peta menghasilkan 66 Batalyon di Jawa, 3 Batalyon di Bali, dan 20.000 pasukan di Bogor.
Dikutip dari Jurnal of Indonesian History: Dari Rakyat Untuk Rakyat: Benih, Cikal-Bakal, dan Kelahiran Tentara Indonesia 1945-1947 oleh Nanda Julian Pratama A (2018:14), daerah Tangerang juga menjadi cikal bakal pendidikan Peta.
Selain itu, Peta memiliki beberapa keunggulan yaitu muda, kuat dan energik. Hal ini senada dengan salah satu syarat menjadi Peta adalah berumur muda dan memiliki hubungan yang baik terhadap atasan.
Peta dididik untuk anti terhadap Barat sebagai rasa nasionalisme. Organisasi ini berbeda dengan Heiho yang ikut berperang ke banyak daerah medan pertempuran. Peta bertugas sebagai pasukan pertahanan rakyat apabila sekutu menyerang dalam Perang Asia Timur Raya.
Dilansir dari lamanPortal Resmi DKI Jakarta, Peta dibubarkan pada tanggal 19 Agustus 1945 oleh Panglima Terakhir ke-16 yaitu Nagano Yuichiro. Pembubaran ini dilakukan setelah Jepang kalah melawan Sekutu dalam PD II.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Ibnu Azis