Menuju konten utama

Sampah & Pencemaran Sungai yang Mengancam Pertanian di Bantul

DLH Kabupaten Bantul, kata Bambang, mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan atau membuang ke sungai.

Sampah & Pencemaran Sungai yang Mengancam Pertanian di Bantul
Ikustrasi petani tengah memanen padi di sawah. (FOTO/Siti Fatimah)

tirto.id - Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Praktis secara geografis, letak Kabupaten Bantul berada di hilir. Wilayahnya berada di ujung selatan melingkupi enam sungai besar.

Keenam sungai yang membelah Bumi Projotamansari adalah Kali Oya, Opak, Code, Winongo, Bedog, dan Progo. Selain itu, masih banyak pula sungai-sungai kecil yang mengular dan seluruhnya bermuara ke Pantai Selatan.

Namun, aliran sungai bukan hanya berisikan air. Lewat sungai-sungai itu, limpahan limbah turut hanyut mencemari sungai. Hal ini berdampak pada indeks kualitas air (IKA) yang masuk kategori kurang baik. Padahal, sungai merupakan tulang punggung pertanian di kabupaten yang dicanangkan sebagai lokasi pendukung ketahanan pangan nasional.

“Sungai itu tulang punggung produksi pertanian. Jadi Bantul punya kepentingan bagaimana sungai-sungai harus bersih. Memang tidak mudah, sulit. Butuh proses. Apalagi Bantul ada di ujung selatan. Jadi kita harus terus membudayakan pengelolaan sampah yang baik,” ujar Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, saat peringatan hari ulang tahun ke-11 Gerakan Irigasi Bersih (GIB) Merti Tirta Amartani, di Dusun Mejing, Mulyodadi, Kabupaten Bantul.

Keberadaan sungai, dinilai Halim sangat krusial. Sebab salah satu faktor produksi paling penting dalam pertanian adalah air. Sebagaimana diketahui, sumber-sumber air di Kabupaten Bantul banyak berada di saluran-saluran irigasi.

“Saluran-saluran irigasi kita ini harus kita rawat dan kita jaga. Karena itu salah satu yang menopang produktivitas pertanian,” tegas Halim yang berulang kali menekankan pentingnya air untuk pertanian.

Hal ini terus-menerus diungkapkan karena pada kenyataannya, sungai-sungai di Bantul sedang tidak baik-baik saja. Kondisinya semakin rawan dan tercemar. Faktor utamanya karena sampah.

Halim juga mengatakan, mengotori sungai dengan sampah dan limbah sama halnya dengan bunuh diri berjamaah. Lantaran sampah menciptakan kondisi air di sungai tidak layak untuk mengairi sawah atau lahan pertanian yang ada.

“Apabila terus menerus terjadi, hal ini akan mengancam ketahanan pangan yang kemudian bisa menjadi krisis pangan. Akibat lainnya, ketika curah hujan tinggi, sampah-sampah kerap menyumbat dan membuat air sungai meluap," ujar Halim.

Lurah Mulyodadi, Ari Sapto Nugroho, bahkan mengungkap, wilayahnya kerap dilanda banjir saat musim penghujan. Hal itu, juga dikarenakan sampah. Jadi, bukan hanya ancaman air sungai terkontaminasi limbah saja yang dikhawatirkan oleh petani di di wilayahnya.

“Kami ini di Dusun Mejing, kalau curah hujan tinggi, sering banjir. Karena banyak sampah di sungai. Lalu ini, dam Mejing jadi macet. Sehingga air sungai meluap dan membanjiri kampung,” beber Ari.

Sementara anggota Kalijawi, Ainun Murwani, mengatakan, sampah berkaitan dengan masalah perilaku manusia. Dia menjelaskan, komunitasnya merupakan wadah temu rembug dari 14 kampung di bantaran Sungai Winongo dan Gajahwong yang membentang dari Sleman-Kota Yogyakarta-Bantul.

“Tahu kondisi di DIY, kawasan perkotaan seperti apa. Memperlihatkan perilaku masyarakat belum sadar sampah. (Masih ditemukan warga dengan pola pikir) sampah itu dibuang dan diangkut, bukan dikelola. Untuk pengelolaan sampah masih susah,” kata dia.

Pola pikir itu, kata Ainun, mengakibatkan masyarakat cari solusi ‘gampang.’ Membuang sampahnya ke sungai.

“Sungai jadi solusi paling 'enak' bagi masyarakat yang ada di bantaran sungai. Di Kalijawi, setiap kampung masalahnya sama. Orang yang dekat ke sungai pasti membuang ke sungai. Ada ketidaksamaan pengetahuan masyarakat tentang sampah yang mampu mencemari kualitas air, sampah bisa mencemari lingkungan, dan berdampak buruk bagi kesehatan,” kata dia.

Oleh sebab itu, Ainun pun berharap adanya langkah edukasi yang dilakukan dari rumah ke rumah di semua sisi bantaran sungai. Hal itu agar terdapat pemahaman yang sama pada masyarakat di bantaran sungai.

“Kalau di Kalijawi misalnya, ada program akan dilakukan pendidikan sampah door to door mengajak masyarakat di kampung-kampung Kalijawi untuk mulai memilah. Memberi metode pemilihan sederhana, enggak butuh banyak ruang yang luas karena rumah-rumah di perkotaan sempit,” kata dia.

News Plus Bantul

Sungai menjadi objek wisata di Kabupaten Bantul. (FOTO/Siti Fatimah)

Apa Kata DLH Kabupaten Bantul?

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, Bambang Purwadi, mengungkap, nilai indeks kualitas air (IKA) Kabupaten Bantul pada 2023 adalah 39,83. Nilai ini masuk kategori kurang baik, bila merujuk PP 27 tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.

Secara rinci, Bambang membeberkan, IKA masuk kategori sangat kurang baik bila nilainya 0 sampai 25. Kemudian, masuk kategori kurang baik, dengan IKA 25< sampai <50. Nilai 50< sampai <70 masuk kategori sedang. Nilai IKA 70< sampai <90 kategori baik. Sementara untuk IKA kategori sangat baik memiliki nilai 90< sampai <100.

Fakta tersebut membuat DLH Kabupaten Bantul berbenah. “Upaya kami (dalam memperbaiki IKA) pertama, inventarisasi sumber-sumber pencemar yang melewati sungai-sungai di Bantul untuk mengetahui sumber pencemar yang mengakibatkan peningkatan pencemaran di sungai. Kedua, pengawasan dan pemantauan air limbah industri,” kata Bambang saat dihubungi kontributor Tirto, Senin (5/8/2024).

DLH Kabupaten Bantul, kata Bambang, juga memberikan edukasi kepada masyarakat melalui media massa dan radio untuk menjaga lingkungan sehingga kualitas air menjadi terjaga dengan baik. Selain itu, melakukan sosialisasi mengelola atau pilah sampah di setiap RT, meminta masyarakat menjaga pola hidup sehat dan bersih lewat program BERSAMA (Bantul bersih sampah), program pembuatan SPAH (sistem penampungan air hujan), dan melaksanakan program biopori di tingkat padukuhan/RT.

DLH Kabupaten Bantul pun, kata Bambang, mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan atau membuang ke sungai.

“Supaya tidak mencemari sungai,” ujar mantan Kepala Disdukcapil Kabupaten Bantul itu.

Bambang turut mengatakan, tahun ini peringatan Gerakan Irigasi Bersih, mengusung tema San Soyo Resik, San Soyo Apik. Tema ini dimaknai dengan semakin bersih irigasi, semakin baik pula lingkungan sekitar. Hal ini juga bagian untuk mewujudkan Bantul Bersama, alias Bantul Bersih Sampah 2025.

News Plus Bantul

Dam air di Dusun Mejing, Mulyodadi Kabupaten Bantul. (FOTO/Pemkab Bantul)

Baca juga artikel terkait PERTANIAN atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - News
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz