Menuju konten utama

Trump Tuding Ada "Pengkhianatan", Begini Respons Obama

Presiden AS, Donald Trump, menuding Barrack Obama melakukan pengkhinatan. Simak kasusnya dan bagaimana tannggapan pihak Obama terbaru.

Trump Tuding Ada
Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Rabu (14/12). ANTARA FOTO/REUTERS/Yuri Gripas/djo/16

tirto.id - Pihak Barack Obama baru-baru ini menanggapi tuduhan pengkhianatan yang diutaran Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Trump menuduh Obama telah campur tangan dalam Pemilu AS 2016 lalu.

Menurut Trump, Obama adalah orang yang mengaitkan kemenangannya dengan dugaan campur tangan Rusia. Tuduhan tersebut disampaikan Trump kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih pada Selasa (22/7/2025).

"Sudah waktunya untuk mengejar [menangkap] orang-orang," katanya, dikutip dari New York Times.

Donald Trump Menuding Obama "Pengkhianat", Kasus Apa?

Dalam tuduhannya, Donald Trump menyatakan bahwa Obama dan pejabat tinggi di masa pemerintahannya pada 2016, telah mencoba melakukan kudeta.

"Obama mencoba memimpin kudeta dan itu dilakukan oleh Hillary Clinton," tuturnya.

Menurut Trump, Obama adalah orang di balik isu dugaan keterlibatan Rusia dalam kemenangan Trump atas Hillary Clinton dalam Pemilu AS 2016.

Kala itu, pasca kemenangan Trump, intelijen AS menerbitkan rilisan pada Januari 2017 yang menyimpulkan bahwa Rusia telah berupaya mengintervensi pemilihan umum. Rilisan ini membuat dua tahun awal pemerintahan Trump dibayangi penyelidikan dugaan keterlibatan Trump atas upaya Rusia tersebut.

Tuduhan ini dilontarkan Trump ketika dirinya ditanyai wartawan tentang terpidana pedofil, Jeffrey Epstein, yang bunuh diri di penjara pada 2019 sebelum menjalani persidangan.

Trump menyebut pertanyaan tentang Epstein sebagai "perburuan penyihir" karena publik kini menginginkan pemerintah membuka informasi keterkaitan Epstein dengan orang-orang besar di AS.

"Perburuan penyihir yang seharusnya Anda bicarakan adalah penangkapan Presiden Obama," katanya, merujuk laporan direktur intelijen nasional AS Tulsi Gabbard.

Melansir BBC, Laporan tersebut berisi kritik tentang rilisan informasi intelijen tentang upaya Rusia memengaruhi hasil pemilu pada 2016.

Secara umum, laporan tersebut menyatakan bahwa intelijen AS pada 2016 sebenarnya menilai bahwa upaya Rusia memengaruhi pemilu gagal dilakukan. Namun, tulis laporan Gabbard, Pemerintahan Obama mengubahnya laporan intelijen itu.

Menurut laporan Gabbard, pihak Gedung Putih kala itu menekan badan intelijen AS untuk merilis keterangan bahwa ada upaya Rusia untuk memengaruhi hasil Pemilu 2016 dengan mendiskreditkan kampanye Hillary Clinton, politisi yang berasal dari partai yang sama dengan Obama.

Detail bahwa Gedung Putih meminta intelijen merilis upaya Rusia menggembosi suara Hillary Clinton tersebut adalah apa yang dianggap Trump sebagai pengkhianatan.

Selain Obama, Trump juga menuduh orang lain, termasuk Hillary Clinton, Joe Biden, dan mantan petinggi departemen kehakiman. "Sekarang saatnya untuk memulai [penangkapan], setelah apa yang mereka lakukan kepada saya," kata Trump.

Seturut New York Times, selama enam bulan terakhir, Trump tengah mengambil langkah yang ia tunjukkan kepada musuh-musuh politiknya. Hal ini termasuk menarik izin keamanan Biden, anggota pemerintahannya, dan puluhan orang lainnya.

Pemerintahan Trump juga tengah menargetkan media-media yang tidak bersahabat dan lembaga-lembaga yang dianggap terlalu liberal melalui berbagai kebijakan. Ia juga memecat dan menyelidiki pegawai pemerintahan AS yang dianggap tidak loyal.

Tanggapan Pihak Obama terkait Tuduhan "Pengkhianat" oleh Trump

Pihak Mantan Presiden AS, Barack Obama, menanggapi tuduhan Trump atas pengkhianatan tersebut. Mereka menyebut pernyataan Trump sebagai misinformasi.

“Dengan rasa hormat atas jabatan kepresidenan, kantor kami biasanya tidak menanggapi omong kosong dan misinformasi yang terus menerus mengalir dari Gedung Putih. Namun, klaim-klaim ini terlalu keterlaluan untuk tidak ditanggapi." kata juru bicara Obama, Patrick Rodenbush, dikutip dari BBC Internasional pada Rabu (23/7/2025).

Lebih lanjut, ia juga menyatakan bahwa tuduhan yang dilontarkan Trump adalah bentuk pengalihan perhatian. "Tuduhan-tuduhan aneh ini menggelikan dan merupakan upaya pengalihan perhatian yang lemah," katanya.

Menurut juru bicara Obama tersebut, isi laporan Gabbard yang jadi dasar tuduhan Trump juga tidak menampik adanya upaya Rusia memengaruhi hasil Pemilu 2016, sebagaimana yang dirilis pemerintahan Obama kala itu.

"Tidak ada satupun dalam dokumen yang dikeluarkan minggu lalu yang melemahkan kesimpulan, yang diterima secara luas, bahwa Rusia berupaya memengaruhi pemilihan presiden 2016 tetapi tidak berhasil memanipulasi suara apapun," katanya.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Edusains
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan