tirto.id - Rusia dituding akan berupaya mengganggu pelaksanaan demokrasi Amerika Serikat (AS) dengan berupaya menggagalkan pemilu di 3 negara bagian pada Selasa (5/11/2024). Akan tetapi, upaya tersebut sampai saat ini masih belum menggagalkan Pemilu AS 2024.
Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA) melaporkan tak ada bukti insiden yang mampu menyabotase kemampuan warga Amerika dalam memberikan suara di Pilpres AS.
“Kami sekarang ini tidak melacak ada insiden signifikan dengan dampak di tingkat nasional terhadap keamanan infrastruktur pemilihan,” kata penasihat senior CISA, Cait Conley, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (6/11/2024).
“Ini sebagian besar merupakan bukti profesionalisme yang luar biasa dan upaya para pejabat pemilihan negara bagian setempat di berbagai penjuru negeri," lanjut Conley.
Namun, Conley tetap memperingatkan agar tidak meremehkan Rusia serta negara yang disebut anti AS seperti Iran. "Kita belum keluar dari kesulitan," kata Conley.
Sementara itu, FBI melaporkan sedikitnya 3 negara bagian penentu mengalami serangkaian anacaman bom saat hari pemilihan. "Tampaknya berasal dari domain email Rusia," ujar pernyataan PBB.
Salah satu negara yang mendapat atensi ancaman bom adalah negara bagian Georgia. Georgia sempat menunda pemungutan suara pada Selasa (5/11/2024) pagi waktu setempat akibat ancaman bom hingga memastikan tak ada bahaya yang ancaman pemilu sambil menuding Moscow.
“Kami mengidentifikasi sumbernya, dan itu berasal dari Rusia,” kata Sekretaris Negara Bagian Georgia Brad Raffensperger kepada wartawan.
“Mereka berniat jahat dan tampaknya mereka tidak menginginkan kita memiliki pemilihan yang lancar, adil dan akurat,” tambah Raffensperger. “Mereka pikir jika mereka dapat membuat kita bertikai satu sama lain, mereka dapat menganggapnya sebagai suatu kemenangan.”
Selain Georgia, ancaman bom juga terjadi di negara bagian Michigan dan Wisconsin. Namun, FBI meyakini tak ada ancaman bom yang dipercaya.
“Tak satu pun ancaman itu yang dinyatakan patut dipercaya sejauh ini,” kata FBI. “Kami akan terus bekerja sama erat dengan mitra-mitra penegak hukum kami di tingkat lokal dan negara bagian untuk menanggapi ancaman apa pun terhadap pemilu kita dan untuk melindungi masyarakat kita sewaktu warga negara Amerika menggunakan hak pilih mereka.”
Akan tetapi, para pejabat AS tak mengesampingkan kemungkinan ancaman tersebut sebagai serangan pertama dari upaya Rusia memicu kekacauan Pemilu AS 2024.
“Musuh-musuh kita secara spesifik berniat memanfaatkan peluang untuk memelintir narasi, untuk melemahkan kepercayaan dan untuk mengadu domba warga Amerika,” kata Conley. “Kami tidak tahu ada aktivitas spesifik Rusia dalam hal operasi pengaruh yang memanfaatkan narasi ini tetapi ... kita tidak perlu terkejut kalau kita mengetahuinya.”
Rusia pun membantah tuduhan AS setelah sempat menyatakan klaim AS sebagai hal "tidak berdasar".
Sebelumnya, FBI memperingatkan setidaknya 5 upaya menggunakan nama dan rupa biro tersebut dalam mempromosikan narasi palsu dan memicu kepanikan Pemilu 2024.
VOA Indonesia melaporkan setidaknya ada 3 contoh. Dalam salah satu contoh, sebuah pernyataan palsu yang mengaku berasal dari FBI, memperingatkan media dan blogger AS agar tidak menerbitkan informasi mengenai kekerasan di TPS-TPS untuk mencegah kerusuhan menyebar.
Video palsu kedua yang digambarkan berasal dari FBI dan badan pemerintah lainnya menyatakan sekolah-sekolah AS tutup hingga pekan depan karena kekhawatiran mengenai kekerasan terkait pemilu.
Video ketiga membuat klaim palsu bahwa FBI telah menerima 9.000 pengaduan mengenai mesin-mesin penghitung suara yang tidak berfungsi, beberapa tampaknya dicurangi untuk membantu salah satu kandidat presiden.
“Video ini juga tidak otentik, bukan berasal dari FBI, dan kontennya palsu,” kata FBI dalam sebuah pernyataan.
Sumber: VOA Indonesia
#voaindonesia
Editor: Fahreza Rizky