tirto.id - Menteri Pariwisata (Menpar), Widiyanti Putri Wardhana, merespons banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor pariwisata yang saat ini terjadi di Bali. Berdasarkan data Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM (Disnaker ESDM) Provinsi Bali, sekitar 100 pekerja pariwisata di Pulau Dewata terkena PHK imbas dari efisiensi.
"Kami memahami bahwa beberapa bulan ini ada penurunan okupansi hotel, [akibat] dari penyesuaian pola penghematan pemerintah. Tapi Kemendagri telah mengeluarkan imbauan bahwa Pemda dapat mulai meeting, melakukan event di hotel-hotel. Jadi kami harap okupansi dan pendapatan MICE akan membaik," kata Widiyanti pada konferensi pers setelah Opening Ceremony Bali and Beyond Travel Fair 2025, pada Rabu (11/06/2025).
Mengenai PHK di sektor pariwisata, Widiyanti mengaku Kementerian Pariwisata (Kemenpar) masih sedang mengkajinya. Namun, dia mengungkap, pemerintah telah memberikan insentif dan diskon perjalanan, seperti diskon tiket pesawat, kereta, kapal, dan tol, sehingga diharapkan perjalanan wisatawan ke Bali dapat pulih kembali.
"Kita lihat bahwa keadaan akan membaik, sehingga orang-orang yang dirumahkan bisa kembali bekerja," harapnya.
Perihal situasi pariwisata Bali, Widiyanti mengungkap Bali masih menjadi pusat destinasi di Indonesia dengan menyumbang 44 persen dari tourism international foreign exchange (devisa pariwisata) Indonesia. Dia juga menyebut pariwisata sebagai cerita yang dapat dibagikan ke seluruh dunia, serta pembuka lapangan kerja di Indonesia.
Melalui program Bali and Beyond Tourism, kata Widiyanti, pemerintaah mempromosikan Bali untuk skala yang lebih luas, khususnya Jembrana dan Buleleng. Tujuannya adalah untuk memperkuat pariwisata Bali dari luar dan dalam.
"Dengan rasa optimis, kami ingin menarik 60 juta kedatangan turis ke indonesia," ucapnya.
PHRI Ungkap MICE Bali Sempat Mati
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali membenarkan bahwa sepinya kegiatan meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) berdampak pada PHK tenaga kerja sektor pariwisata di Bali.
"Iya, (MICE) mati. Itu yang terjadi. Sekarang harus dipanggil lagi, jangan sampai terjadi PHK di Bali," ungkap Wakil Ketua PHRI Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, di sela Bali and Beyond Travel Fair 2025, pada Rabu.
PHRI, ungkap Rai, merasa prihatin terhadap kabar 100 pekerja di sekor pariwisata Bali terkena PHK. Dia menyebut bahwa wisatawan yang datang untuk berlibur ke Bali sudah menanjak, tetapi terdapat penurunan pesanan akomodasi untuk pertemuan dan konferensi.
"Bali ini masih tertolong dengan banyaknya wisatawan asing yang datang. International tourist-nya bagus, masih 18 ribu per hari dengan 43 penerbangan setiap hari. Beda dengan kota-kota besar, MICE-nya turun drastis, hampir 70 persen," bebernya.
Dia mengungkap situasi di Bali berbalik dengan kota-kota besar tersebut. Sebanyak 70 persen wisatawan datang untuk berlibur di Bali, sementara MICE hanya menyumbang 30 persen. Oleh sebab itu, menurut Rai, seharusnya gelombang PHK tidak terjadi di Bali.
"Kalau di Bali, jangan PHK. Karena tingkat hunian sudah meningkat, apalagi Juli ini sampai ada yang 80 persen (tingkat huniannya). Ini makin bagus. Kalau sudah di atas 60 persen, making profit dia. Ngapain PHK?" tegas Rai.
Selain itu, PHRI Bali juga menyambut baik kebijakan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang mengizinkan pemerintah menggelar rapat dan kegiatan di hotel. Menurutnya, kebijakan tersebut adalah angin segar yang luar biasa bagi insan pariwisata.
"Khususnya bisnis MICE, ini akan bisa meningkat lagi dan di samping itu, ini tentu membantu okupansi dari hotel. Multiplyereffect-nya dari bisnis MICE ini akan sangat luar biasa dampaknya, khususnya terhadap UMKM kita," tutupnya.
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Siti Fatimah
Masuk tirto.id


































