Menuju konten utama

Rencana Kejutan Gerindra di Pilkada Jakarta, Benar Buat Kaget?

Strategi kejutan yang direncanakan Gerindra di Pilkada Jakarta 2024 bisa membuat kemenangan, tetapi juga bisa berujung kekalahan.

Rencana Kejutan Gerindra di Pilkada Jakarta, Benar Buat Kaget?
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) berbincang dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) pada acara Urban20 Sherpa Meeting di Jakarta, Rabu (23/3/2022). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.

tirto.id - Partai Gerindra memberi kode kandidat yang diusung pada Pilkada Jakarta 2024 akan membawa kejutan. Hal ini tidak lepas dari kabar Partai Golkar tidak akan melepas nama mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, untuk maju Pilgub Jakarta 2024 mendatang.

"Jadi, memang saya yakin bahwa akan ada kejutan di pemilhan kepada daerah di Jakarta ini," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman di Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Habiburohkman mengatakan Jakarta adalah kota tempat orang menaruh harapan. Ia menyebut manuver calon yang baru memberi kerap memberi kejutan, sehingga akhirnya dinyatakan sebagai pemenang.

"Kita ingat dulu Pak Jokowi adalah kejutan. Tiba-tiba Gerindra-PDIP yang semula mau mencalonkan kembali Pak Fauzi Bowo, mencalonkan Pak Jokowi. Begitu juga Pak Anies, diputus pada last minute. Yang begini-beginian ternyata kansnya besar, menang di Jakarta," ucap Habiburokhman.

Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani membenarkan bahwa Pilgub Jakarta memang masih dinamis. Ia pun mengakui bahwa Koalisi Indonesia Maju (KIM) masih belum sepakat penentuan kandidat setelah nama Ridwan Kamil tidak menjadi pertimbangan utama.

"Untuk Pilgub DKI memang masih dinamis, meskipun sebelumnya sempat digadang-gadang Kang Emil sebagai nama yang mengerucut di Koalisi Indonesia Maju namun belum ada keputusan final. Artinya terbuka kemungkinan ada nama lain yang pada saatnya nanti diputuskan," kata Kamhar, Selasa (2/7/2024).

Kamhar mengakui bahwa ada potensi kejutan di Pilkada Jakarta 2024. Namun, ia tetap berharap ada kader Partai Demokrat yang bisa maju di Pilkada Jakarta.

"Kami menyadari sepenuhnya posisi tawar kader kami memungkinkannya di calon wakil," kata Kamhar.

Harus diakui, penentuan nama kandidat bakal cagub Jakarta menjadi sulit setelah petahana Anies Baswedan maju kembali. Meski baru didukung PKB dan PKS, sudah cukup untuk membuat satu tiket di Pilkada Jakarta.

Selain itu, muncul pula kabar Anies akan didukung oleh PDIP. Jika menggunakan kalkulasi di atas kertas berbasis suara legislatif, PKS ditambah PDIP saja sudah cukup sulit untuk dilawan karena kedua partai adalah pemenang dan juara dua dalam perolehan suara Pileg 2024 di Jakarta.

Di sisi lain, Koalisi Indonesia Maju di Jakarta juga masih belum terang. Tiga partai Koalisi Indonesia Maju sebelumnya mempertimbangkan nama eks Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk maju di Pilgub Jakarta. Akan tetapi, Golkar mulai menempatkan Ridwan Kamil untuk maju di Jawa Barat sehingga belum ada nama kuat yang mampu melawan Anies.

Pertemuan Koalisi Indonesia Maju

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kempat kiri) bersama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (ketiga kanan), Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (ketiga kiri), Ketua Umum Partai Glora Anis Matta (kedua kiri), Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (kedua kanan), Ketua Umum Partai Prima Agus Jabo Priyono (kiri), Ketua Umum Partai Garuda Ahmad Ridha Sabana (kanan) melakukan konfrensi pers usai menggelar pertemuan tertutup di Kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta, Jumat (13/10/2023). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.

Benar Mengejutkan atau Malah Merugikan Gerindra?

Analis politik dari Populi Center, Usep S. Ahyar, mengakui bahwa elektabilitas Anies cukup tinggi. Akan tetapi, ia menilai tokoh yang dimunculkan dengan cara kejutan sulit untuk menang melawan Anies saat ini.

"Agak berat ya per hari ini. Elektabilitas Anies ini memang agak sulit dikejar kecuali ya memang tidak dikasihkan rekomendasi. Per hari ini, tapi semua yang namanya politik dinamis, bisa jadi kan ada tangan lain yang bermain kan faktor-faktornya banyak, misalnya kekuasaan," kata Usep, Selasa (2/7/2024).

Usep justru melihat fenomena yang saat ini terjadi adalah metode barter. Ia mencontohkan, PKS bisa saja mengusung Anies berpasangan dengan Sohibul Iman, tetapi PKS harus mendorong kader PKB di daerah lain.

Contoh lain adalah posisi PSI mendukung Gerindra di Pilgub Jakarta, tetapi menyerahkan kursi pilkada di daerah seperti kasus pilkada Kota Tangerang. Ia menilai mungkin modus tersebut akan digunakan di pilkada lain.

Di sisi lain, Usep melihat KIM bisa saja tidak solid satu suara. Ia beralasan, KIM di tingkat nasional tidak bisa turun hingga di level daerah karena memiliki karakter berbeda-beda sehingga peluang koalisi nasional turun di daerah, termasuk Jakarta bisa saja tidak terjadi.

Analis sosio-politik ISESS, Musfi Romdoni, menilai wajar ketika Habiburokhman menyinggung langkah partai mereka sebagai kejutan. Namun klaim kejutan tersebut multitafsir. Makna pernyataan Habiburokhman bisa dimaknai sebagai murni kejutan, tetapi bisa juga sedang menutupi realita yang kurang menguntungkan di Pilkada Jakarta.

"Semua partai akan mengatakan langkahnya sebagai kejutan. Tapi klaim kejutan ini memiliki banyak makna. Pertama, secara harfiah Gerindra mungkin sedang menyiapkan kandidat kejutan di luar nama yang ada. Kedua, bisa jadi ini cara menyembunyikan kondisi yang tidak menguntungkan," kata Musfi, Selasa (2/7/2024).

Musfi melihat Gerindra belum punya tokoh kuat untuk diusung di Pilkada Jakarta. Nama Ridwan Kamil yang diusung Gerindra merupakan kader Golkar. Gerindra pun mencari opsi lain. Hal itu bisa dikategorikan sebagai manuver dalam komunikasi politik.

"Singkatnya, ini permainan komunikasi politik, sebuah perang psikologi," tutur Musfi.

Musfi mengakui strategi kejutan bisa bermakna pedang bermata dua. Ia bisa membuat kemenangan, tetapi bisa berujung kekalahan. Selain itu, jika melihat realita seandainya Gerindra berhasil membawa Ridwan Kamil menang di Jakarta, justru akan merugi. Hal ini karena Partai Golkar, partainya Ridwan Kamil yang akan memimpin koalisi di Jakarta.

Gerindra justru akan kehilangan daerah vital untuk menjaga keselarasan pembangunan nasional dan daerah. Kemudian, kepemimpinan Jakarta di bawah Ridwan Kamil akan dipimpin Golkar yang notabene kursinya lebih kecil dari Gerindra.

"Jakarta adalah daerah vital. Untuk menciptakan keselarasan pembangunan dan kebijakan, penting bagi Gerindra untuk berkuasa di Jakarta," kata Musfi.

Musfi juga melihat agak sulit bagi Koalisi Indonesia Maju kompak di ajang Pilkada 2024.

Oleh karena itu, Musfi melihat akan ada tiga skenario yang dilakukan KIM. Pertama, Gerinda dan Golkar bersepakat mengusung Ridwan Kamil di Jakarta dengan syarat posisi wakil dipegang Gerindra. Kedua, bisa saja Gerindra mengusung nama baru, meskipun kans untuk ini kecil dan terakhir Gerindra kembali bersama Anies.

"Dengan situasi yang masih sangat cair, Gerindra masih memiliki peluang untuk menggaet Anies. Siapa yang tau. Dulu juga Anies diusung Gerindra," kata Musfi.

DPW PKB DKI Jakarta usung Anies Baswedan dalam Pilgub DKI Jakarta

Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan (tengah) memberikan sambutan saat bersilaturahmi ke Kantor DPW PKB DKI Jakarta di Jakarta, Kamis (13/6/2024). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto