Menuju konten utama

Rekam Jejak Pahala Mansury di Garuda: Banyak Konflik, Terus Rugi

Selama menjabat menjadi Dirut Garuda, PT Garuda Indonesia diwarnai konflik internal dan terus merugi, meski tak sedikit perbaikan yang dia lakukan.

Rekam Jejak Pahala Mansury di Garuda: Banyak Konflik, Terus Rugi
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pahala Nugraha Mansury berpose usai memberikan keterangan kepada wartawan di kantor Garuda City Center, Tangerang, Banten, Rabu (12/4). ANTARA FOTO/Fajrin Raharjo

tirto.id - Pahala Nugraha Mansury resmi tak lagi menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia. Kementerian BUMN resmi mencopotnya per hari ini (12/9/2018). Pahala digantikan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau yang lebih dikenal Ari Askhara, bekas Direktur Utama PT Pelindo III.

Sejak menjabat pada 12 April 2017 lewat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, beberapa hal telah terjadi pada tubuh maskapai penerbangan pelat merah ini. Salah satu yang patut disorot adalah kerugian perusahaan.

Sepanjang semester pertama 2017 atau setelah dua bulan Pahala menjabat, Garuda Indonesia mencatat kerugian 283,8 juta dolar AS. Sementara sepanjang 2017, angka ini bisa ditekan–meski tetap saja merugi–jadi 213,4 juta dolar AS.

Sebagai pembanding, sepanjang 2016, Garuda Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar 9,3 juta dolar AS.

Bagaimana dengan tahun 2018? Seperti dilaporkan Antara, Garuda Indonesia tetap merugi pada semester pertama 2018 meski angkanya lebih rendah ketimbang semester pertama 2017. Ketika itu Garuda Indonesia merugi 114 juta dolar AS.

Menurut Pahala, kerugian bisa ditekan karena beberapa hal. Di antaranya jumlah penumpang yang meningkat, angkutan kargo yang juga meningkat, efektivitas program efisiensi, serta peningkatan kinerja anak perusahaan dan pendapatan lain di luar penerbangan.

Pada kuartal I-2018 Garuda Indonesia mencatatkan peningkatan jumlah passenger carried sebanyak lima persen (year on year/YoY) atau setara 8,8 juta penumpang. Sementara kargo yang diangkut juga meningkat 3,2 persen jadi 111,9 ribu ton.

Meski demikian toh Garuda tetap merugi. Mengenai ini, Pahala beralasan kalau itu disebabkan karena naiknya biaya operasional, terdiri dari biaya perawatan dan biaya pembelian bahan bakar, yang mencapai 2,5 persen: dari 1,023 miliar dolar AS jadi 1,049 miliar dolar AS.

"Beban cukup besar dengan porsi 30,1 persen harus ditanggung dari kenaikan harga bahan bakar akibat kenaikan harga minyak dunia," ujarnya.

Kerugian sebetulnya bukan barang baru. Tahun 2014, Garuda Indonesia merugi 371 juta Dolar AS. Angkanya memang sempat membaik pada 2015 dan 2016 (untung masing-masing 77,9 juta dolar AS dan 9,3 juta dolar AS) tapi merugi lagi setahun setelahnya.

Infografik HL Indepth Garuda Indonesia

Selain itu, perkembangan harga saham Garuda Indonesia juga tak pernah naik signifikan. Pada penutupan tahun 2015, nilai harga saham perusahaan dengan kode emiten GIAA adalah pada posisi Rp309 per lembar. Angkanya bahkan sempat tergerus sampai Rp290 per lembar saham.

Sementara sepanjang 2017, harga saham GIAA tak pernah melewati angka Rp400 per lembar. Ketika berita ini ditulis angkanya bahkan hanya Rp220 per lembar.

Meski demikian tetap ada capaian positif Garuda di bawah kepemimpinan Pahala. Salah satunya adalah kinerja ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance/OTP). Pada kuartal pertama OTP Garuda mencapai 88,8 persen atau meningkat dibandingkan OTP tahun lalu sebesar 86.5 persen. Kemudian, tingkat keterisian penumpang mencapai 71,4 persen. Indikator lain yang meningkat adalah aircraft utilization (rata-rata pesawat mengudara dalam periode 24 jam), dari 9.19 jam menjadi 9.41 jam.

Konflik Internal

Selain soal kondisi keuangan, satu aspek lain yang patut dicatat semasa kepemimpinan Pahala Nugraha Mansury adalah konfilik internal di tubuh perusahaan. Hal ini terkuat ketika muncul isu pilot garuda hendak mogok kerja menjelang idulfitri.

Sederhananya, Serikat dan Asosiasi Pilot Garuda (Sekarga) menganggap ada orang "bermasalah" di tubuh manajemen perusahaan dan tetap dipertahankan. Mereka menuntut Menteri BUMN merombak seluruh direksi karena dinilai gagal mengelola Garuda Indonesia. Mereka juga meminta jabatan Direktur Marketing & IT serta Direktur Kargo dihapus karena tidak sesuai dengan kebutuhan korporasi.

"Direktur pemasaran saja dipegang orang dari Pertamina yang biasa main di pasar monopoli. Tidur saja laku barangnya. Ini penerbangan, beda," kata Ahmad Irfan Nasution, Ketua Umum Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia kepada Tirto, awal Juni lalu, merujuk nama Nina Sulistyowati.

Menanggapi ini, Pahala mengatakan pimpinan tak bisa memenuhinya. Soalnya, kewenangan perombakan direksi Garuda Indonesia ada pada Kementerian BUMN dan para pemegang saham perusahaan.

"Ini di luar wewenang kami," ujar dia di kantor Garuda Indonesia, Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Pilot garuda Indonesia sendiri pada akhirnya batal mogok pada awal Juli lalu dengan tercapainya sejumlah kesepakatan.

Ari Askhara, dengan sejumlah catatan dari pendahulunya ini, jelas punya beban berat. Dia bakal bertugas memperbaiki yang masih kurang atau mempertahankan dan bahkan meningkatkan yang sudah baik.

Baca juga artikel terkait AKSI MOGOK PILOT GARUDA atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas & Rio Apinino
Penulis: Rio Apinino